Koordinasi TMMD ke 110 Kabupaten Pacitan

TMMD 110 Pacitan; Harapan Baru Warga Widoro, Donorojo

TMMD 110 tahun 2021 Regular yang digelar di Desa Widoro, Donorojo akan menjadi harapan baru masyarakat yang tinggal di wilayah barat kota Pacitan tersebut, hal tersebut diutarakan Komandan Kodim 0801 Pacitan Letnan Kolonel Kav Ibnu Khazim S.I.P., M.Si usai menggelar rapat koordinasi bersama jajaran terkait Pemda Pacitan dan Polres Pacitan, hari ini (24/02).

TMMD 110 2021 Pacitan

Dandim 0801 Pacitan, Letnan Kolonel Kav Ibnu Khazim S.I.P., M.Si

Secara umum konsentrasi TMMD ( TNI Manunggal Membangun Desa) ke 110 tahun ini berfokus terhadap pembangunan infrastruktur, renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pembangunan talud, rabat jalan, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik masyarakat maupun para perangkat desa dan tempat ibadah.

“Dari keluhan-keluhan masyarakat di Desa Widoro oleh babinsa dan koramil setempat kemudian dilaporkan kepada kami, kemudian kita akomodir lalu kami sampaikan ke jajaran pemda untuk menganggarkan kegiatan ini,” ujarnya kepada Diskominfo Pacitan.

Secara umum Widoro merupakan desa beruntung karena menjadi lokasi kegiatan TMMD bersama 50 Desa lain di Indonesia. Berbagai peningkatan infrastruktur dan SDM akan terjadi di desa yang mempunyai potensi pariwisata tersebut, mengingat seluruh instansi terkait turut mendukung kesuksesan program itu.

Rapat TMMD Ke-110 Kodim 0801 Pacitan

Rapat Koordinasi TMMD Ke-110 / 2021 Kodim 0801 Pacitan

Dikabarkan kegiatan yang dimulai 02 Maret 2021 nanti Kodim 0801 Pacitan bakal mengerahkan 150 personel yang diperkuat satuan operasional jajaran Korem 081 Madiun. “Secara ini lebih efektif, karena kita tidak perlu membayar tenaga karena dibantu prajurit yang didukung masyarakat sekitar. Jadi program ini harus berhasil,” pungkas Khazim. (bd/hf/pren/ryt/ss/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Berikut Detail Program TMMD 110 Di Widoro, Donorojo Pacitan:

  1. SASARAN FISIK.
  • Rabat jalan sepanjang 1.900M Lebar  2,8M di dsn Sukoharjo Ds. Widoro Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan.
  • Pembukaan jalan baru ( panjang 1.200M Lebar 5M)
  • Makadam jalan (panjang 1.200M Lebar 5M)
  • Memasang gorong2 5 titik
  • Membuat talud 8 titik
  • Membuat jembatan beton P 6M L 3,5M
  • Pembuatan Gapura 1 unit
  • Perehapan Mushola Latifatul Iman di dsn tumpak watu Ds. Widoro kec. Donorojo kab.pacitan
  • Renovasi RTLH 6 Unit
  1. SASARAN NON FISIK
  • Kesbangpol giat Sosialisasi bela negara tempat balai desa Widoro
  • Dinas Kelautan dan Perikanan giat Penyuluhan budidaya lobster tempat balai desa Widoro
  • Dinkes giat pelayanan pengobatan masal tempat balai desa Widoro
  • Dinas pendidikan sosialisasi Cara belajar Online tempat balai desa widoro
  • Polres giat pelayanan pembuatan SIM tempat balai desa widoro
  • BBN/Kesbangpol giat Sosialisasi bahaya terorisme dan bahaya narkoba tempat balai desa widoro
  • Kemenag giat Sosialisasi Buntal tempat balai desa widoro
  • BKKBN giat pelayanan tentang KB tempat balai desa Widoro
  • Dukcapil giat pelayanan KK dan E KTP tempat balai desa Widoro
  • Dinsos giat baksos pembagian sembako tempat balai desa Widoro
  • Disbudparpora giat Sosialisasi tentang pariwisata tempat balai desa Widoro

Bupati Resmikan Omah Cokelat Pacitan

Bupati Pacitan Indartato meresmikan Omah Cokelat Pacitan (OCP), salah satu unit kegiatan pengolahan hasil pertanian/ perkebunan yang berada di UPT Taman Teknologi Pertanian (TTP), Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan. Omah Cokelat melengkapi ragam jenis usaha dari TTP Pacitan selain pembibitan sapi, pupuk bokashi, pembuatan olahan snack jagung dan keripik, budidaya padi gogo, dan pengembangan teknologi hidroponik.
“Terus terang hari ini saya bangga karena yang menjadi angan-angan kita menjadikan Taman Teknologi Pertanian ini bermanfaat bagi petani jadi kenyataan”, ungkap Bupati, Selasa (23/02).
Tidak hanya bermanfaat bagi pertanian Pacitan, beragam inovasi dari TTP ini juga dapat menjadi daya tarik wisatawan. Terutama, untuk jenis wisata edukasi. Terkait dengan produksi cokelat, Indartato berharap kualitasnya dapat bersaing dengan produksi daerah lain seperti Gunung Kidul atau Blitar.
Omah Cokelat Pacitan memproduksi bahan baku olahan cokelat yang berasal dari buah kakao milik petani yang tersebar di Kabupaten Pacitan. Antara lain dari petani kakao Desa Wonoanti; Kec. Tulakan, Desa Gawang, Desa Sanggrahan dan Desa Gembuk Kecamatan Kebonagung; Desa Punung, Kecamatan Punung dan Desa Sempu, Desa Gondang Kecamatan Nawangan.
Buah kakao yang sudah dipanen, diambi bijinya untuk difermentasi dan diolah menjadi bubuk cokelat. Dari bubuk cokelat bisa dibuat minuman cokelat dengan berbagai varian rasa. Permen cokelat juga diolah/ dipadukan dengan berbagai varian bahan seperti milk, coffe, dark (cokelat asli), jahe, cabe, mete, dan kacang almond.
Hasil olahan OCP selain dijual di Outlet OCP untuk para wisatawan/ pengunjung TTP Pacitan, juga dipasarkan di PLUT Pacitan serta dijual secara online. (HumasPacitan/PemkabPacitan)

Hari Jadi Di Tengah Pandemi, Sederhana Tapi Bermakna

Laiknya sebuah hajatan, songsong agung itu seperti pentas panggung pertunjukan. Riuh, Berhias ornamen dengan aneka hiburan, lengkap dengan balutan ritual yang sarat pesan dan simbolitas.
Namun, kesan itu tak muncul dalam hajatan Hari Jadi kabupaten Pacitan ke-276 tahun ini. Tidak banyak ragam kegiatan serta kemeriahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya beberapa acara inti menuju prosesi,  itupun tidak melibatkan banyak orang. Pandemi covid 19 jelas menjadi alasan utama. Bupati Indartato ingin, perayaan hari jadi ini menjadi contoh bagi masyarakat. Protokol kesehatan harus dikedepankan karena pandemi belum berakhir.
“Kita menyelenggarakan resepsi hari Jadi kali ini dalam suasana penuh keprihatinan, karena masih ada saudara-saudara kita yang terpapar Korona,” tukas Bupati Pacitan, Indartato, usai gelaran Resepsi hari Jadi Kabupaten Pacitan ke-276 di Pendopo Pacitan. Jumat,(19/02/2021).
Meski terkesan sederhana, Lanjut Bupati . hal itu tidak mengurangi makna dan kesakralannya. “Perayan kali ini memang sangat sederhana tapi yang terpenting tidak lepas dari makna,” ungkapnya.
Makna dimaksud adalah untuk tidak lupa senantiasa bersyukur Kabupaten Pacitan sudah mencapai usia 276 tahun serta instropeksi diri masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Ada persoalan besar yang saat ini menjadi masalah bersama yakni melawan dan mencegah penyebaran covid 19. Ini sesuai dengan tema hari jadi ke-276 Kabupaten Pacitan “ Tangguh Ing Laku sarana Iman Aman lan Imun”.
Kesederhanaan peringatan Hari Jadi ke-276 Kabupaten Pacitan sudah terasa sejak awal bulan. Beragam acara dan kegiatan yang biasanya berlangsung meriah tidak nampak. Acara inti prosesi pengambilan tirto wening di sumur patilasan  Tumenggung Notopuro di Desa Sukoharjo serta rucuh pace dari patilasan Tumenggung Setroketipo di Desa Nanggungan berlangsung sederhana dan terbatas. Demikian pula dengan ziarah ke makam leluhur cikal bakal Kabupaten Pacitan.
Yang lebih kentara, prosesi  Atur Tirto Wening dan Rucuh Pace di Pendopo Kabupaten, yang menjadi puncak acara perayaan Hari Jadi ke-276 Kabupaten Pacitan itu hanya menghadirkan Bupati dan Wakil Bupati Pacitan, Ketua DPRD, Anggota Forkopimda serta Sekretaris Daerah Pacitan masing-masing bersama isteri.
Gelaran atur Tirto Wening dan Rucuh Pace tersebut juga diikuti oleh seluruh perangkat daerah, Pemerintah Desa dan masyarakat termasuk pelajar melalui media daring zoom, siaran streaming youtube, dan live di TV lokal. Dalam kesempatan itu Bupati atas nama pemerintah daerah menyerahkan piagam penghargaan kepada Ketua DPRD dan Forkopimda atas partisipasi dalam satuan tugas penanganan covid 19 di Kabupaten Pacitan. (HumasPacitan/Diskominfo)

https://youtu.be/qvaTZJiE-1c

https://youtu.be/Ve5xpqoMA8k

https://youtu.be/4PmJz6butOY

 

Hari Jadi Pacitan 276 : Menemukan Jati Diri

276 tahun berlalu, setidaknya angka itu merupakan selang waktu yang telah disepakati bersama, meski persepsi lain menyebut usia Kabupaten Pacitan bukan itu, lebih tua lagi, dan sebagainya.
Terlepas dari proses untuk menandai usia Pacitan, Hari Jadi Kabupaten Pacitan (Hajatan) kini telah bertransformasi menjadi satu ritual sakral, bukan hanya untuk para pemangku kebijakan di Pendopo Kabupaten saja, namun sebenarnya ini adalah wadah nyata untuk semua.
Jadi terngiang peringatan Hajatan di tahun-tahun kemarin, Hajatan selalu berhiaskan pesta rakyat hingga pelosok-pelosok wilayah.
Jika boleh membeberkan, sesungguhnya Hajatan adalah cara. Menelaah perjalanannya Pacitan dari waktu ke waktu, meneropong segala peristiwa penting yang telah usai beberapa tahun terakhir atau bahkan berabad-abad lalu, dan tentu belajar dari para pendahulu.
Patut disadari bahwa penghuni Pacitan sekarang, tentu akan tumbuh menjadi bagian penting sejarah masa depan Kabupaten Pacitan, menjadi referensi penting anak cucu untuk menghadapi kehidupannya kelak.
Sebenarnya penulis sempat canggung saat menyusun artikel ini, teringat ungkapan Goenawan Mohamad yang menghiasi Catatan Pinggir Majalah Tempo Edisi Kamis, 16 Agustus 2012, atau sehari jelang HUT RI berjudul Origami.
Walau pada akhir tulisan tersebut tertulis “Itu sebabnya kita perlu membayangkan origami itu tak mati. Dalam bentuk seekor burung undan, kita bayangkan ia terbang tinggi.”
Sekarang apakah kita telah benar-benar memahami makna peringatan Hajatan? sudahkan semua orang memetik sari pati Hajatan lalu membawanya pulang, menjadi bekal menjalani hidup, sebagai piranti memajukan Pacitan, membumihanguskan virus Corona atau sebagai jimat supaya masyarakat menjadi Madani.
Bupati Pacitan Indartato tentu berkomentar terhadap makna Hajatan ke 276, berbekal berbagai kenyataan akan persoalan yang menghimpit Kabupaten Pacitan, termasuk Pandemi yang akhirnya merambah ke berbagai sendi kehidupan.
Satu kata yang mudah diucap namun belum juga maksimal terjadi adalah, Bupati menyebut “Bersatu,”.
(DiskominfoPacitan).

Isu Gempa dan Tsunami Prioritas Bupati Baru

Kedatangan Kepala BMKG di Teluk Pacitan hari ini disambut lega Bupati Pacitan Indartato, upaya tersebut menurut Pak In merupakan perhatian nyata pemerintah pusat kepada Kabupaten Pacitan yang notabene berada dalam zona risiko bencana, khususnya gempa yang disertai tsunami.

Selebihnya hasil kajian BMKG nantinya oleh Bupati akan dijadikan sebagai bahan informasi kepada masyarakat, sehingga seluruh warga yang berada dalam zona berisiko selalu sadar dan waspada terhadap potensi tersebut.

“Meski kami tentu tidak menginginkan hal itu terjadi,” ungkapnya usai bertemu dengan rombongan BMKG (18/02).

Di lain sisi, pemerintah sependapat terhadap masukan BMKG terhadap pembangunan infrastruktur yang akan mendukung warga yang mengevakuasi diri, selain Bupati melalui BPBD Pacitan akan terus memaksimalkan langkah mitigasi termasuk kepada pemerintah. “Bencana tahun 2017 menjadi pelajaran penting,” lanjut Pak In (18/02).

Menyadari masa jabatannya yang tinggal menghitung hari, Pak In tentu akan melimpahkan masalah kondisi tersebut kepada pemimpin baru, supaya program tersebut tetap terlaksana. “Kita akan infokan kepada beliau,” pungkasnya. (bd/ryt/FRD/ss/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).