Festival Ronthek 2019 yang akan digelar nanti malam 12/09
hingga 14/09, kembali disiarkan secara Live Streaming oleh Diskominfo Pacitan
melalui akun resminya pacitankab.go.id/live
Siaran langsung itu
merupakan bentuk komitmen pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan
pelayanan maksimal. Karena Pemerintah sadar tidak sedikit warga Pacitan yang
berdomisili di luar Pacitan, atau warga Pacitan yang berhalangan hadir, mereka
dipastikan masih dapat menonton Festival Ronthek 2019.
Agus Anshori Mudzakir
Kabid Informasi Diskominfo menceritakan, demi menyuguhkan liputan terbaik
pihaknya harus menerjunkan seluruh staf dari semua bidang selama tiga malam
penyelenggaraan. Belum puas, Diskominfo juga berkolaborasi dengan berbagai
pihak. “Kami bertekat memberi yang terbaik untuk masyarakat melalui informasi,”
ungkap Dia disela persiapan Live 12/09. (DiskominfoPacitan)
Tahun ini, Pilihan Kepala Desa (Pilkades) bakal kembali
digelar serentak, tepatnya 14 Oktober nanti. Tercatat 113 desa di seluruh
Wilayah Kabupaten Pacitan akan memilih pemimpin desa untuk 6 tahun ke depan.
Pemkab Pacitan sebagai Panitia Kabupaten telah melakukan
banyak persiapan, meskipun panitia sebenarnya adalah desa masing-masing,
antaranya membentuk tim khusus, ini gabungan dari berbagai Perangkat Daerah
(PD), mulai Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD), Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Bakesbangpol) dan
Bagian Hukum. Diketuai oleh Mahmud sebagai Asisten Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat.
Semua tahapan mesti
dilalui oleh panitia desa, saat ini kata Chusnul Faozi Kasubag Pembinaan
Wilayah Bagian Pemerintahan Setda Pacitan, Pilkades telah masuk pada tahap
penetapan calon. Sedang 2 desa harus masuk proses tes karena calon lebih dari 5
orang, dan 3 desa sisanya harus kembali membuka pendaftaran calon, di tahap
kedua.
Sementara,
mengantisipasi kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi, panitia kabupaten
berusaha memetakan desa yang berpotensi, termasuk peta desa yang kondusif.
Sehingga sejak dini pemerintah bersama pihak terkait mengetahui kondisi secara
jelas. “Perebutan kekuasaan pasti ada intrik,” kata Chusnul diruangnya 11/09.
Seluruh mekanisme
yang telah diatur harus dilaksanakan seluruhnya, sesuai dengan tahapan demi
tahapan. Karena jika terabaikan gesekan mudah terjadi yang berujung pada
konflik. Memberi pemahaman kepada warga masyarakat sebagai calon pemilih
tentang pedoman Pilkades juga dirasa perlu guna mengurangi kesalahpahaman
persepsi.
Perhelatan Pilkades
disadari atau tidak merupakan wadah yang diberikan Negara untuk berdemokrasi,
masyarakat dilatih cerdas dalam memilih pemimpinnya, paling simpel tidak mudah
tergiur dengan iming-iming politik uang demi desa masing-masing yang lebih
maju. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Kambing kendit kembali disembelih masyarakat Dusun Wati,
Desa Gawang, Kebonagung. Satu pertanda Upacara Adat Baritan kembali
dilaksanakan, kemarin 08/09. Baritan atau Berwiridan adalah satu cara memohon
keselamatan kepada Tuhan, mengingat pagebluk pernah melanda desa ini.
Berjalannya waktu, Baritan tidak sekedar sarana memanjatkan
doa, tapi bertransformasi menjadi satu seni budaya yang elok, sehingga sayang
jika sampai terlewat. Akhirnya menjadi kebanggaan bukan hanya orang Gawang,
tapi juga masyarakat Pacitan.
Baritan harus terus lestari, kebal terhadap peradaban global
yang mengalir deras, karena Baritan adalah tradisi yang harus mengakar kuat di
hati masyarakat Gawang dan Pacitan. Karena dalam konteks pengembangan dan
pelestarian budaya bangsa kegiatan seperti ini sangat penting.
“Harus kita
lestarikan dan kita kembangkan. Sebagai penguat jati diri bangsa, yang lebih
popular dengan istilah “Nation And Character Building,” Disampaikan Wakil
Bupati Pacitan Yudi Sumbogo yang berkesempatan hadir pada kegiatan itu. Penting
karena generasi muda umumnya terpengaruh kultur asing yang belum tentu sesuai
dengan adat ketimuran.
Didukung dengan alam yang sejuk dan masyarakat yang ramah kian memanjakan siapa pun yang menyaksikan Upacara Adat Baritan akan dimanjakan, bisa juga menyaksikan Baritan sembari memotretnya, karena setiap momentum terasa kuat, apa lagi didukung latar belakang alam alaminya. (budi/notz/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)
Festival Ronthek 2019 bakal digelar sebentar lagi, kesenian
yang bermula dari kegiatan gugah sahur oleh masyarakat di bulan Ramadhan ini
setiap tahun begitu diminati warga Pacitan.
Bupati Pacitan
Indartato di ruang kerjanya menyampaikan, pemerintah memang fokus dengan
kesenian yang satu ini, tidak sekedar menghibur masyarakat, pemerintah bersama
semua elemen berharap Festival Ronthek menjadi Ikon Kabupaten Pacitan.
Untuk sampai pada
harapan besar ini, pemerintah melakukan berbagai berkolaborasi dengan berbagai
pihak, utamanya para seniman, baik pelaku seni di Pacitan dan para akademisi
seni baik solo dan Yogyakarta. “Kita serahkan kepada teman-teman kita yang tahu
masalah itu, minta tolong agar rontek menjadi budayanya orang Pacitan seperti
Reog Ponorogo,” ujarnya kepada Diskominfo Pacitan 05/09.
Persatuan dan
kesatuan disampaikan Indartato menjadi tema ditahun ini, dinilai penting
sebagai stimulus semua elemen untuk Pacitan yang semakin maju. Ini selaras jika
melihat pagelaran Rontek yang selalu melibatkan puluhan orang dengan tugas
masing-masing, sudah tentu membutuhkan persatuan dan kesatuan. “Saya yakin jika
tabuhan tidak seirama dengan yang lain maka didengarkan tidak enak,” kata
Indartato.
Terlebih mimpi
pemerintah menghadirkan Ronthek sebagai ikon, atau bahkan idola bagi masyarakat
di dalam dan luar Pacitan, sebuah harapan baik yang perlu diapresiasi bersama
melalui berbagai bentuk dukungan. Bupati optimis mimpi itu bisa terwujud asal
resep kekompakan terus dibangun dan dijaga pada setiap wadah yang disediakan.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).