Berita terbaru

Profesor Emeritus Dato’ Dr. Ibrahim Komoo; “Kita Harus Kenalkan Geo Tourism.”

Kawasan Geopark Gunung Sewu memiliki arti penting untuk masa depan Indonesia dan kelestarian alam dunia. Hal besar tersebut telah tergambar pada beberapa lukisan karya Doktor dan Naturalis Frans Wilhelm Junghuhn dari Jerman saat lawatannya tahun 1851.
“Masyarakat sekarang lebih memilih lanskap yang indah, tetapi patut kita ajar untuk melihat sisi lain kuasa Allah. Kita punya kesempatan mengajar pelancong dan anak-anak kita tentang itu,” ungkap Profesor Ibrahim Komoo dari Universitas Kebangsaan Malaysia saat berkesempatan memberikan sambutan dalam rangkaian Pra Revalidasi Geopark Gunung Sewu di kawasan Kabupaten Pacitan kemarin 24/03/19 di Halking Pendopo.
Geopark (Taman Bumi) tersebut, Kata Ibrahim merupakan sarana manusia mengenali segala sejarah dan perkembangan bumi serta manusia berjuta-juta tahun silam, meskipun hingga kini pengetahuan yang terhimpun masih terbatas. “Geopark di Asia Pacific masih menonjolkan keindahan pariwisata, kita harus kenalkan Geo Turism bukan pariwisata-pariwisata” ungkap Mantan Presiden Asia-Pacific Geopark Network.
Pariwisata berkonsep nilai ekonomi merupakan hal yang baik untuk dipertahankan demi peningkatan ekonomi masyarakat dan pemerintah, namun keindahan yang disuguhkan harus di dukung dengan segala informasi yang memiliki nilai edukasi bagi wisatawan. Seperti kawasan Pacitan mempunyai warisan berbagai jenis batu luar biasa yang tidak bisa ditemukan di tepat lain. Unesco dan seluruh warga dunia wajib menjaga dan melestarikannya. “Pariwisata harus dimaksimalkan dengan menyinergikan pariwisata umum dan geo pariwisata,” tandas Ibrahim berpesan pada Pemda Pacitan.
Menindaklanjuti masukan sementara Ibrahim, pemerintah secepatnya akan mengupayakan papan informasi sebagai petunjuk tentang keberadaan 13 Geo Site yang telah diakui Unesco, sebelum kegiatan validasi bulan Juni mendatang. Ini merupakan bentuk kampanye sejarah warisan dunia yang dimiliki Kabupaten Pacitan. “kita juga akan lebih memperkenalkan Geopark Gunung Sewu kepada seluruh masyarakat,” kata Sekretaris Daerah Pacitan Suko Wiyono.
Perihal perpindahan wewenang, sebelumnya di bawah Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka Suko menjelaskan pemerintah sesuai regulasi berhak mengkaji ulang hasil yang diperoleh. “Apakah kembali ke Pariwisata atau tetap di Pendidikan, namun sebelum itu otomatis koordinasi kedua OPD itu harus ditingkatkan,” tambah Dia.
Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo di kesempatan yang sama berpesan, momentum tersebut diharapkan menjadi wadah memacu diri untuk menjaga dan melestarikan warisan dunia serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam optimalisasi segala bentuk pariwisata. “Juga menjadi sarana penyatuan pemikiran Geopark Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul, ”harap Yudi. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Budayakan Pemanfaatan Penggunaan Jasa Keuangan Syariah, OJK Jatim Bagi-bagi Buku Khutbah


BUDAYAKAN SAYARIAH: Direktur Pengawasan OJK II dan Menajemen Strategis Kantor OJK Regional IV Jatim, Mulyanto menyerahkan cindera mata kepada Bupati Pacitan, Indartato usai Diseminasi Buku Khutbah. (Foto: PS/Diskominfo)

Pacitan – Pemanfaatan jasa keuangan syariah di Jawa Timur baru menempati kisaran 10 persen dari total transaksi. Sisanya masih didominasi transaksi konvensional.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur berupaya mendorong literasi masyarakat terkait sistem keuangan sesuai hukum Islam tersebut. Salah satunya dengan diseminasi buku kumpulan khutbah.

“Untuk saat ini kita targetkan 500 buku (khutbah) terdistribusikan kepada para dai dan khatib,” ujar Mulyanto, Direktur Pengawasan OJK II dan Manajer Strategis Kantor OJK Regional IV Jatim saat di Pacitan, Kamis (21/3/2019) sore.

Ratusan buku tersebut, lanjut pria yang sebelumnya bertugas di Medan, diharapkan menjadi rujukan bagi khatib. Materi yang ada dapat disampaikan melalui khutbah Jumat maupun ceramah keagamaan lainnya.

Pola itu dinilai efektif dalam memberikan pemahaman masyarakat terkait jasa keuangan syariah. Muaranya adalah optimalisasi pemanfaatan sistem transaksi berlandaskan sistem bagi hasil tersebut.

Mulyanto mengakui, angka literasi syariah di Jawa Timur relatif tinggi. Yakni mencapai 29 persen. Hanya saja, angka itu belum diimbangi tingginya tingkat inklusi. Yakni baru pada angka 12,1 persen.

Hal berbeda terjadi di Aceh. Di daerah berjuluk ‘Serambi Mekah’ tingkat literasi masyarakat terhadap sistem keuangan syariah hanya 21 persen. Namun keterlibatan mereka terhadap jasa keuangan syariah mencapai 41,45 persen.

Sedangkan di sektor perbankan, market share bank syariah di Jawa Timur baru mencapai 5,72 persen. Angka itu sedikit di bawah persentase nasional sebesar 5,95 persen.

“Jadi upaya kami salah satunya dengan meningkatkan akses keuangan syariah. Yaitu sosialisasi termasuk diseminasi buku kumpulan khutbah ini,” imbuhnya.

Buku dimaksud terdiri dari 52 judul dan terbagi dalam 7 bab. Masing-masing terdiri dari gaya hidup islami, bisnis dan enterpreneurship, keluarga syariah, dan riba. Bahasan lain meliputi Ziswak (zakat, infaq, sedekah, wakaf), bekerja, serta rezeki.

Diseminasi ratusan buku khutbah di Jatim memperkaya 8.000 buku lain yang telah dibagikan di sejumlah wilayah di Tanah Air sejak tahun 2015. Meliputi DKI Jakarta, Banten, Banjarmasin, Maluku, dan Medan.

Di Pacitan sendiri diseminasi berlangsung di Gedung Karya Darma, komplek Pendopo Kabupaten, Jl JA Suprapto. Kegiatan dihadiri 200 orang. Terdiri dari khatib, dai, dan pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Pacitan. (PS/PS/Diskominfo)

Sejak Diluncurkan, Ada 220 Aduan Masyarakat Lewat Aplikasi Wadule Pacitan

Kepala Dinas Komunikasi dan Infromatika (Diskominfo) Pacitan mengatakan sejak Aplikasi pengaduan Wadah Aspirasi Pengaduan secara Elektronik (Wadule Pacitan) diluncurkan 14 maret 2017 lalu sudah ada 220 aduan masyarakat yang diterima.

“Sejak 14 Maret 2018 hingga akhir Desember 2018 aduan yang masuk sebanyak 220 aduan 200 sudah ditindaklanjuti dan sisanya masih perlu proses untuk penganggaranya,”kata dia saat memimpin rapat evaluasi tindak lanjut Wadule Pacitan, Jumat (22/3/2019) lalu.

Rachmad mengatakan Bupati Pacitan sangat konsen dengan Wadule Pacitan. Bahkan, kata dia, Bupati selalu memantau melalui layar monitor di ruang kerjanya. “Sehingga bisa langsung mematau Perangkat Daerah mana yang kurang respon terhadap aduan masyarakat,”jelas dia.

Untuk diketahui, Pacitan memberi kesempatan kepada masyaraka Pacitan untuk turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan Kabupaten Pacitan kapan pun dan dimana pun.

Adapun, caranya adalah dengan cukup download aplikasinya di PlayStore atau mengunjungi Website wadul.pacitankab.go.id segala masukan Anda otomatis diterima oleh Instansi yang membidangi untuk ditindaklanjuti. (Riyanto)

Semua Harus Terlibat Dalam Melestarikan Air

Semua harus ikut andil dalam menjaga dan melestarikan air, mengingat air merupakan kebutuhan pokok seluruh makhluk di dunia. Menyambut momen hari air sedunia yang jatuh pada hari ini 22/03/19. Penanaman pohon buah dan bersih sungai di 10 desa di Kecamatan Kebonagung dilaksanakan jajaran pemda, dan forkopimda serta melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk merangsang budaya sadar terhadap air dan sungai. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi perhatian seluruh pemerintah dunia, yang pertama kebutuhan pangan, energi dan keberadaan air baik jumlah serta kualitasnya. Kondisi air utamanya disebabkan oleh lahan gundul dan sampah. Pada tahun 2018 tercatat Limapuluh Ribu pohon ditanam di Kabupaten Pacitan, angka tersebut dapat tercapai dengan sinergi pemerintah bersama semua pihak termasuk suwasta. “Sehingga daerah tangkapan air khususnya berdiri pohon-pohon besar yang mampu menahan air pada saat musim kemarau,” kata Bupati Pacitan Indartato disela mengikuti kegaiatan tersebut. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Pacitan yang mempunyai peran dalam peningkatan pelayanan air bersih diseluruh wilayah terus mendorong sumber mata air untuk tetap terjaga. Hingga saat ini buru 52% yang terlayani dengan baik. “Sisanya belum dapat kita penuhi, karena faktor sebaran masyarakat dan dan infestasi yang cukup besar,” ungkap Budiyanto Kepala PUPR kepada Diskominfo. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Penilaian Lomba Desa di Desa Semanten Kabupaten pacitan Tahun 2019

Tahapan demi tahapan harus dilaksanakan sebaik mungkin serta sesuai dengan prosedur yang telah disepakati, mengingat tujuan utama lomba desa yakni memacu desa menjadi semakin maju di segala aspek. Peraturan tersebut tertuang pada Permendagri Nomor 81 Tahun 2015 dan ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2015.

Mahmud, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat saat mewakili Bupati Pacitan Indartato menyampaikan pokok dari kegiatan lomba desa adalah bagaimana kepala desa bersama jajarannya mampu menggerakkan potensi yang ada melalui partisipasi aktif.

“Jika memenuhi persaratan dari para tim penilai, maka masuk tingkat Provinsi mewakili Kabupaten Pacitan, selanjutnya tingkat Nasional,” terang Dia hari ini saat Penilaian Lomba Desa dan Evaluasi 10 Pokok Program PKK Tingkat Kabupaten Di Desa Semanten, Pacitan 22/03/19.

Lomba Desa meliputi tiga bidang utama yang wajib diperhatikan, baik pemerintahan, kemasyarakatan dan kewilayahan. Hasil yang diperoleh selanjutnya dilaksanakan penilaian lapangan. Maka dari itu pihaknya meminta untuk melengkapi administrasi. “meskipun berdekatan dengan pemilu, namun administrasi harus tetap sesuai,” tambah Mahmud. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).