Pada situasi darurat, tentu pola komunikasi bencana serta informasi yang tepat dan berguna akan menjadi salah satu modal utama bagi petugas dan relawan di lapangan, baik itu bagian tim relawan lapangan yang bertugas melakukan evakuasi, maupun relawan yang mengurusi posko pengungsian.

Dalam suatu keadaan darurat baik dalam skala kecil, menengah atau besar, unsur komunikasi adalah salah-satu komponen yang berperan menentukan terhadap berhasil atau kurang berhasil, bahkan gagalnya suatu operasi penyelamatan dan pengerahan bantuan penanganan serta penanggulangan terhadap kejadian musibah atau bencana. Dari kondisi tersebut alat komunikasi yang dapat digunakan dalam kondisi darurat (saat listrik padam) adalah radio.

Berangkat dari latar belakang tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan menggelar acara Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Komunitas Radio dan Informasi yang bertempat di Gedung Pertemuan UPT PPP Tamperan, (22/12). Kegiatan tersebut diikuti oleh komunitas radio dan nelayan.

“Transparansi komunikasi adalah kunci dari pengurangan risiko bencana. Mengetahui ancaman berarti kita bisa mengetahui apa yang harus dipersiapkan. Untuk itu diperlukan kolaborasi dari banyak pihak dalam menyampaikan tentang pengurangan risiko bencana,” terang Didik dalam sambutannya

Pihaknya juga menekankan bencana merupakan tanggung jawab bersama. Yang terancam, yang tahu, yang tinggal di wilayah risiko bencana adalah masyarakat sendiri, sehingga masyarakat harus mampu menyelamatkan diri sendiri dengan edukasi bencana yang dimiliki.

Karena bencana sesungguhnya bukanlah gempa bumi dan tsunami, tapi ketidaktahuan akan ancaman bencana yang ada disekitar kita. Pengetahuan akan kebencanaan tidak diberikan untuk membuat ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat, namun sebagai langkah kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang harus diciptakan agar masyarakat dapat hidup harmonis dengan alam.

Pemaparan beragam materi yang pertama disampaikan oleh Diannitta Agustinawati dari BPBD Pacitan terkait Sinergitas Pentahelix dalam penanggulangan bencana. Selanjutnya oleh Wira Swastika dari Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Pacitan mengenai Dukungan Diskominfo Pacitan dalam kesiapsiagaan bencana.

Selanjutnya dari Orari Pacitan mengenai Etika dan Prosedur Komunikasi Radio dalam Penanggulangan Bencana yang disampaikan oleh Agus Hadi Prabowo. Materi terakhir disampaikan oleh Ronny Wahyono selaku Ketua Rapi terkait Peran Organisasi Rapi terkait Penanggulangan Bencana.

Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat merubah apa yang selama ini dilakukan agar perilaku pengurangan risiko bencana dapat diciptakan secara dua arah, dari bawah ke atas dari lingkaran sosial paling kecil yaitu keluarga sampai institusi pemerintahan maupun sebaliknya, karena kunci dari pengurangan risiko bencana adalah edukasi dan komunikasi. Dengan begitu akan mampu menciptakan budaya sadar bencana melalui ketangguhan masyarakat yang siap untuk selamat dengan mengetahui langkah-langkah pengurangan risiko bencana. (BPBDPacitan/DiskominfoPacitan).

WhatsApp chat