BNPB Turun Gunung; Gelar Gladi Ruang Dan Posko Di Pacitan

Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tiga hari ke depan menggelar simulasi Gladi Ruang dan Gladi Posko terhadap ancaman bencana khususnya potensi gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Pacitan.

Acara yang didukung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan tersebut melibatkan semua unsur Perangkat Daerah (PD) lingkup Pemda Pacitan, organisasi kebencanaan dan awak media.

dr. Bagus Tjahyono, MPH Plt. Kepala Biro Umum dan SDM BNPB dan Widyaiswara Ahli Utama Pusdiklat PB mengatakan simulasi ini merupakan puncak dari seluruh rangkaian pemahaman terhadap risiko bencana dengan mengaplikasikan langsung apa yang telah dipelajari sebelumnya pada tataran pimpinan di Kabuapaten Pacitan.

“Pada gladi posko mereka akan dikasih permasalahan-permasalahan. Begaimana mereka membuat status tanggap darurat, menerapkan sistim tanggap darurat, mamaksimalkan potensi masyarakat dan aparat untuk mencari sumber daya yang akan diserahkan kepada korban-korban,” kata Bagus.

Tahapan tertinggi yang digelar selama tiga hari yang bertempat di Parai Teleng Ria 29-01/11 tersebut merujuk pada peta risiko bencana Indonesia, di mana Kabupaten Pacitan mempunyai potensi nyata akan bahaya bencana ini. “Mudah-mudahan tidak, meskipun nyata,” ungkap Bagus.

Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten Pacitan Suko Wiyono bersyukur terhadap perhatian pemerintah pusat kepada Kabupaten Pacitan. Bahkan ia lebih lega lantaran kegiatan ini dapat diadopsi pemerintah sebagai tindak lanjut dalam memahamkan seluruh masyarakat terhadap potensi yang ada. “Kita bagikan dimasing-masing tempat dengan membuat materi yang hampir sama,” ujar Suko.

Sekda juga akan memaksimalkan peran Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk mendukung rencana ini, karena bencana gempa dan tsunami tidak dapat diprediksi, berbeda dengan banjir, tanah longsor serta yang lain sebagai kesiap-siagaan.

Masalah lain yang dihadapi pemerintah adalah kesadaran masyarakat yang tetap membangun rumah di zona rawan bencana, hal itu terjadi lantran masyarakat tidak memiliki lokasi lain untuk membangun rumah. “Pemukiman adalah satu persoalan besar,” tegas Suko.

Sementara tiga unsur yang ada pada BPBD baik kesiapsiagaan, kedaruratan hingga rekonstruksi akan dimaksimalkan untuk menindaklanjuti kegiatan simulasi tersebut. Didik Alih Wibowo Kepala BPBD sadar bahwa mitigasi dan pengurangan risiko bencana menjadi prioritasnya. “Sebagai awal masyarakat harus memahami risiko lingkungannya sendiri,” kata Didik dikesempatan yang sama.

Pelatihan ini menjadi sangat berarti bagi Wiwit Peni kepala desa Watukarung Kecamatan Pringkuku yang mempunyai potensi bencana gempa dan tsunami utamanya di dua dusun dengan 550 warganya. Ia berencana usai kegiatan secepatnya akan memberikan pelatihan kepada warga yang memiliki potensi besar tersebut. “Kami juga sudah menganggarkan untuk menyikapi ini,” kata Wiwit. (budi/rozak/riyanto/wira/DsikominfoPacitan).

Hari Sumpah Pemuda; Pacitan Kota Layak Pemuda

Pemerintah Kabupaten Pacitan memperoleh kado istimewa pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-91 28/10 hari ini, yakni diakuinya sebagai Kota Layak Pemuda yang disematkan oleh Kementerian Pemuda Dan Olahraga (Kemenpora) Tahun 2019 yang diberikan nanti malam di Jakarta.

Bupati Pacitan Indartato mengatakan untuk mendapat predikat tersebut bukan perkara mudah dan patut untuk diapresiasi serta dipertahankan. Perolehan tersebut lantaran pemerintah selalu berkomitmen melibatkan pemuda disetiap kesempatan.

Bupati juga mengajak pemuda di Kabupaten Pacitan untuk terus bersatu padu dan bersama-sama diatas setiap perbedaan. Ini penting mengingat pemuda diakui ataupun tidak memiliki peran penting dalam setiap sendi kehidupan khususnya dalam berbangsa dan bernegara. “Ini adalah kunci untuk mempertahankan bangsa,” kata Bupati.

Pemuda harus dapat berfikir dan berbuat banyak hal sesuai dengan lini masing-masing dalam melanjutkan cita-cita kemerdekaan Negara yang besar ini, dengan menghargai perjuangan para pendahulu yang telah banyak berbuat demi bangsa dan utamanya untuk kemajuan Kabupaten Pacitan.

Sementara Anugerah Pandu Negeri dua kali diraih Kabupaten Pacitan, Bupati menyampaikan hal tersebut merupakan apresiasi terhadap keberhasilan Pemerintah Pacitan dalam mengelola keuangan yang selalu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), bahkan lima kali tanpa catatan, didukung kinerja pemerintahan serta kinerja ekonomi pada porsi mengurangi penduduk miskin melalui berbagai inovasi.

Pemuda yang terlibat pada setiap kesempatan disertai berbagai penghargaan pada setiap bidang, serta pemerintahan berjalan sangat baik melalui indikator capaian-capaiannya. Dapat disimpulkan kota 1001 Goa dengan semua potensinya lambat laun akan tumbuh menjadi kota yang semakin diakui dan dikagumi dengan kekhasan masyarakat yang adem, ayem dan tentrem. (budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Gebyar Seni Kethek Ogleng; Menapaki Langkah Menuju Suguhan Internasional

Semangat masyarakat Kecamatan Nawangan utamanya Sanggar Condro Wanoro dalam membumikan tari Kethek Ogleng diapresiasi pemerintah, Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan Suko Wiyono yang hadir dalam Gebyar Seni Kethek Ogleng  Pacitan 2019 hari ini (27/10) mengungkapkan, evaluasi terus dilakukan demi menyuguhkan pertunjukan yang semakin menarik.

Rencananya ini akan terealisasi tahun depan sesuai dengan capaian yang diraih, Kethek Ogleng Pacitan ciptaan Sukisman ini diam-diam ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2019. Utamanya masalah waktu penyajian bagi Suko baik pagi ataupun sore pemerintah akan tetap mendukung dan menyaksikan. “Yang jelas acara ini sudah masuk pada agenda Kabupaten. Setiap tahun tentu akan kita perbaiki,” jelas Suko.

Sesuai arahan tersebut berbagai lini akan memperoleh perhatian khusus, orang nomor 1 di Kecamatan Nawangan Sukarwan membeberkan, pertunjukan ini benar-benar harus dapat menghibur seluruh penonton. Menggandeng Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan serta melibatkan pelaku seni di Desa dengan membentuk sanggar-sanggar. “Dari sisi SDM sudah sangat cukup. Tinggal koordinasi,” kata Dia.

Agoes Hendriyanto ketua panita dan ketua komunitas pengembangan sosial budaya mengatakan proses panjang ini akan dimaksimalkan demi cita-cita menyuguhkan satu pertunjukan yang diinginkan. Ia juga mengintip berbagai pertunjukan di kota-kota lain seperti event di Candi Prambanan. Pihaknya juga akan berusaha mandiri bekerjasama dengan pihak swasta sehingga tidak bergantung pada dana pemerintah. “Wisatawan luar kota dan Internasional menjadi sasaran kita,” kata Dia.

Sementara Daryono Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pacitan menegaskan Gebyar Seni Kethek Ogleng kali ke-3 ini bukan sekedar ada Kethek Ogleng, namun ia melihat sisi pertunjukan yang lebih variatif. “Pengunjung harus seneng. Karena akan kita garap dengan lebih baik lagi,” tambah Dia.

Monumen Jendral Sudirman yang terus dipromosikan Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Pacitan dan didukung jalan penghubung Purwantoro-Arjosari merupakan satu instrumen yang berkaitan untuk mewujudkan mimpi bersama tersebut. Andi Faliandra Kepada Dinas Pariwisata mengaku melalui Pacitan Journey yang belum lama dilakukan secara otmatis akan mendukung mimpi bersama tersebut. “Kita ingin seperti Ramayana, di Prambanan,” kata Andi.

Tinggal menunggu waktu, event yang telah dikemas dalam Calendar Of Even Kabupaten Pacitan lambat laun satu persatu akan menjadi daya Tarik wisatawan, dengan kerjasama dan profesionalitas seluruh pelaku, sehingga semua agenda akan berbuah manis untuk masyarakat Pacitan. (budi/notz/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

Lolos 16 besar; masyarakat harus memahami kualitas Perspa

Lagi-lagi Persatuan Sepak Bola (Perspa) Pacitan tidak mampu menaklukan Perseta Tulungagung pada putaran kedua Liga 3 PSSI Jawa Timur dipertandingan terakhirnya sore tadi (26/10) di Stadion Pacitan. Nahrowi Pratama Pelatih Persepa mengatakan lawannya tersebut memang beda level ketimbang kesebelasannya.

Namun Pratama mengaku cukup puas dengan permainan Perspa, sepanjang pertandingan anak asuhnya dapat menerapkan seluruh aba-aba yang ia sampaikan, meskipun satu gol yang menjebol gawang Persepa diakuinya karena faktor kelalaian lini belakang.

Pada berbagai pertemuan baik sebagai tuan rumah atau di kandang lawan, bertanding dengan Peseta menjadi perhatian khusus. Pasalnya Perseta cukup menggambarkan ganasnya 16 besar. “Secara umum semua sudah bagus, tinggal jam terbang kita,” kata Pratama.

Kepada tim liputan Diskominfo Pacitan, Pelatih Perseta Ungki Prasetio blak-blakan menyampaikan kekurangan tim kebanggaan Kabupaten Pacitan tersebut. Menurut Dia tidak ada alasan untuk bertahan di kandang sendiri. “Ini hak mereka. Tapi kalo buat saya, ngapain bertahan dikandang sendiri?,” tandas Ungki.

Langkah cepat sudah disiapkan Hudiono, sebagai manejer Perspa dirinya akan secepatnya menggelar manejer meeting yang dilaksanakan 28/10 nanti. Terpenting kata Hudi adalah pemahaman masyarakat tentang kualitas lawan Perspa yang memang jauh diatas kelas persepakbolaan Pacitan. “Kita tingkatkan kwalitas Perspa dan mudah-mudahan kita bisa menambah pemain baru lagi,” ujar Hudi. (budi/anjar/wawan/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

BPBD Pacitan Bangun Sekolah Tangguh Bencana Di SLB YKK Pacitan

Ema Dian Pratiwi dan teman di sekolahnya Geoval Fikri Premadana kini semakin paham apa yang harus dilakukan jika sekonyong-konyong terjadi bencana. Termasuk gempa bumi, mereka hafal pertama harus melindungi kepala dengan sesuatu disekitarnya, masuk ke kolong meja sampai dengan berlari keluar dari ruangan.

Salah satu program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang difasilitasi BPBD Provinsi Jawa Timur kini direalisasikan BPBD Kabupaten Pacitan di SLB YKK Pacitan. “Karena anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan hak sama terhadap materi kebencanaan,” kata Diannitta Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan hari ini (25/10).

Dian mengaku pemahaman terhadap bencana baru pertama kali masuk ke ranah ini, dengan berbagai tantangan mulai dari penyampaian materi yang harus dibantu penerjemah dan lain sebagainaya membuat waktu pelaksanaan hingga tiga hari lamanya.

Karena BPBD sangat paham untuk menciptakan sekolah yang aman dan tangguh terhadap bencana harus di dukung dengan lingkungan, manajemen dan infrastruktur yang mendukung. “Manajemen kebencanaan sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan, mengingat pada jam sekolah, anak-anak adalah tanggungjawab sekolah,” tambah dia.

Hingga hari akhir pelaksanaan Dian mengaku materi dapat diserap murid hingga 85 persen. Namun ia gundah, pasalnya sebagian sarana dan prasarana belum mendukung sepenuhnya, baik dari pintu yang sempit dan belum maksimalnya jalan khusus untuk korsi roda.

Kalimat senada juga disampaikan Totok Handoyo sebagai Kepala Sekolah SLB YKK Pacitan, 87 peserta didiknya memang harus mendapat perhatian terhadap kebencanaan, apalagi ia sadar sekali kondisi geografis Kabupaten Pacitan. “Sekiranya pemda maupun pusat memperhatikan fasilitas-fasilitas kami demi keselamatan, karena bencana dapat terjadi kapan saja,” harap Totok.

Heni Purwati juga merasa senang dengan pelatihan ini, wali murid salah satu siswa tersebut mengaku baru pertama memperoleh materi kebencanaan, sebelumnya yang ia hanya menarika anaknya saat terjadi gempa kini lebih tahu apa yang harus dilakukan. “Kalau bisa kegiatan ini juga dilaksanakan di tempat dan kesempatan lain,” harap Dia. (budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).