Desak DAS Bengawan Solo Untuk Segera Bertindak

Tanggul penahan air di Desa Widoro dan Kembang Kecamatan Pacitan ambrol tergerus air.

Curah hujan tinggi hampir diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan yang terjadi (27/01) malam, membuat tanggul penahan air di Desa Widoro dan Kembang Kecamatan Pacitan tergerus air. Akibatnya gudang elektro serta masjid di dua desa tersebut terancam terbawa arus jika air kembali meninggi, apalagi jarak bibir sungai dan bangunan hanya 3 Meter.
Meski banjir yang terjadi tidak sebesar banjir akhir tahun 2017 silam, namun warga di dua desa tersebut was-was, mengingat hujan dengan intensitas sedang dan tinggi dipastikan masih terjadi.
“Selain Masjid juga ada lahan pertanian yang dapat merugikan petani kami,” Sahudi Kades Desa Kembang kepada media, Pagi tadi (28/01).
Kondisi demikian diharap Pemdes segera direspon Pemda Pacitan dengan membangun bolder, mengingat bronjong yang sebelumnya dipasang di bantaran tidak sesuai dengan jenis tanah di Desa Kembang. “Kami yakin holder lebih kuat dan tahan terhadap gerusan air,” lanjut Sahudi.
Sementara respon cepat ditunjukkan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang(PUPR) kabupaten Pacitan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kabupaten Pacitan melakukan langkah-langkah strategis. salah satunya yakni kerja bakti bersama warga pemasangan Sand Back.
Sedang permohonan pihak desa terhadap instalasi bolder dipastikan tertunda, lantaran kewenangan aliran sungai adalah milik DAS Bengawan Solo. “Namun kami tidak bisa tinggal diam,pendekatan terhadap DAS Bengawan Solo akan terus kami lakukan, meski hari-hari ini terjadi reorganisasi,” ujar Yudo Tri Kuncoro, Kabid Sumber Daya Air PUPR kepada Diskominfo Pacitan melalui sambungan telepon. (bd/hf/rch/sus/dk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Cara Desa Sukoharjo Memaknai Sungai

Sampah, menjadi masalah bersama masyarakat di seluruh belahan dunia. Tak terkecuali bagi warga di Desa Sukoharjo, Pacitan.

Plastik-plastik yang terhanyut di sepanjang sungai Rejoso (Anak Sungai Grindulu) yang melintasi di desa itu sempat menjadi momok mengerikan pada akhir 2017, kala itu banjir bandang menerjang akibat badai siklon tropis.

“Momentum itu menjadi titik balik persepsi masyarakat kami,” ujar Aangsari Wibowo, Ketua Pokja Dusun Ngerjoso Desa Sukoharjo dengan menghadirkan Bersih Kali Kepada Diskominfo Pacitan (20/09).

Sehingga pemerintah desa beserta masyarakat menyambut baik gerakan masyarakat dengan mendukung acara bersih kali. Meski utamanya menjaga kelestarian sungai, bukan untuk desa wisata. “Desa wisata akan otomatis terbentuk jika sungai kita benar-benar bersih dan indah,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.

Sebenarnya bersih sungai bukanlah satu inovasi, dahulu kala resik kali sudah dilakukan leluhur pada musim kemarau tiba. Berjalannya waktu budaya ini seakan terabaikan, sehingga kegiatan ini perlu dibudayakan.

Masih banyak pekerjaan lanjutan untuk menunjang sungai sehingga benar-benar  bersih, penanaman pohon disepanjang bantaran pun kedepan harus dilakukan, utamanya pohon yang dapat menyimpan air.

Sekarang, berangsur-angsur sungai mulai bebas sampah, setiap warga yang menaiki Getek harus memungut sampah.

Tak hanya itu, bantaran sungai menjadi tempat yang asik bagi warga untuk bersantai ria di sore hari atau pun di akhir pekan yang panjang.

Kemarau masih panjang, debit air masih cukup, untuk kebutuhan sehari-hari melalui sumur, bahkan untuk mengairi sungai, seluruh warga bermimpi Sungai Ngerjoso menjadi icon sungai terbersih seperti sungai Hudson di Amerika. (budi/dza/riy/rch/tika/DiskominfoPacitan).