Melihat Lebih Dekat Kuda Terbang Buana Jlubang

Terinspirasi gagahnya Kuda, lahirlah satu karya pada kain yang mulai akrab ditelinga masyarakat dengan nama Batik Kuda Hitam Buana Jlubang. Lahir pada tahun 2014 lalu, karya batik jenis pace (khas Pacitan) memperkaya koleksi batik tulis Kota 1001 Goa ini.

Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut beralamat di Desa Jlubang, Pringkuku, Pacitan. Dua puluh anggota getol menciptakan karya baru tetap dengan pakem pace namun membawa simbol kuda pada setiap karyanya.

Diusianya kini yang menginjak lima tahun, kuda terbang getol mengikuti berbagai Even baik lokal kabupaten dan regional. “Konsentrasi kita masih peningkatan kualitas,” ucap Atik Hariati pengurus pada kelompok tersebut saat berbincang dengan Diskominfo 26/03/19.

Kuda terbang ari Jlubang ini memang baru di kancah batik. Dibalik karya indahnya tersimpan berbagai permasalahan. Mulai sulitnya pemasaran produk, sampai pada pengadaan bahan baku. “kita belanja bahan ke Solo, Jateng. Kami berharap pemangku kebijakan melakukan sesuatu,” harap Atik.

Pesona Batik Pace Kabupaten Pacitan pada tahun 2013 mendapat pengakuan atau hak paten dari Kemenkumham. Kabar baik itu membawa Batik Pace digemari masyarakat baik di Pacitan hingga Mancanegara.

Potensi baru di Kecamatan Pringkuku merupakan angin segar, mengingat hingga kini batik Pacitan berkiblat di Kecamatan Ngadirojo dimana lahirnya batik Pacitan juga dari wilayah tersebut. “lahirnya Kuda Terbang Buana Jlubang merupakan Inovasi yang harus kita apresiasi,” ungkap Luki Indartato Ketua Dekranasda Pacitan.

Apresiasi yang dilkukan Luki tidak sekedar kata-kata, melainkan mengajak pelaku untuk aktik mengikuti pelatihan-pelatihan yang sering digelar baik dari Dekranasda, PKK ataupun Instansi terkait suapaya kualtas produk baru tersebut mampu bersaing dengan yang lain. “kita juga terus mengevaluasi setiap produk, hingga kini Batik Kuda terbang Buana Jlubang sangat layak untuk dikenakan,” tambahnya. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Inovasi Bawa Dadapan Wakili Pringkuku Lomba Desa 2019

Melalui inovasi unggulan, Desa Dadapan melenggang mewakili Kecamatan Pringkuku pada Lomba Desa dan Evaluasi Program Pokok PKK tahun 2019 hari ini 26/03/19.

Berawal dari dinobatkan sebagai desa tertinggal pada 2007 oleh Kemendes memaksa Dadapan bangkit menciptakan berbagai inovasi baik di bidang pariwisata (Desa Wisata) Setono Genthong, Bum Des Tugu Kuning, hingga pembentukan organisasi kepemudaan bernama KEJARI (Kelas Edukasi Remaja Putri).

Proses bangkit dari status desa tertinggal tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu waktu, komitmen bersama untuk menyikapinya. “Terpenting adalah bagaimana semua (masyarakat)red. tahu dan sepakat dengan rencana pemdes,”papar Ismono Kades setepat.

Sanyoto Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) menegaskan lomba desa merupakan tindak lanjut Permendagri Nomor 81 tahun 2015 bentuk evaluasi perkembangan desa dan kelurahan. Ia menekankan tiga bidang yang menjadi prioritas baik tata pemerintahan desa, kewilayahan serta kemasyarakatan. “Indikatornya berupa menurunnya tingkat kemiskinan, sebagaimana gereget pemerintah pusat,” tegas Dia.

Lomba bukan tujuan akhir,  namun merupakan sarana mencapai tujuan yang diharapkan. Keberlangsungan program adalah yang utama. “Kami hanya mencocokkan  laporan yang diajukan, semoga hasilnya sesuai, sehingga Dadapan maju ke tingkat Provinsi,” harap Ketua Tim Penggerak PKK Luki Indartato. (TimDiskominfoPacitan).