Berita terbaru

Tempuh Segala Upaya Cerdas Untuk Kejar Pariwisata Bali

Dr. I Ketut Putra Suarthana Ketua Yayasan Tri Atma Surya Jaya di Halaman Wingking (Halking) Pendopo kabupaten Pacitan menyatakan komitmennya dukung pemerintah untuk kembangkan sumber daya ekonomi kreatif dan pariwisata Pacitan.

Hal itu disampaikan langsung di depan Bupati Pacitan Indartato, Wakil Bupati Yudi Sumbogo dan seluruh undangan yang hadir sebelum penandatanganan Memorandum of Understanding (Mou) antara Pemda Pacitan dan Yayasan Tri Atma Surya dari Denpasar Bali kemarin 28/03.

Putra Panggilan Dr. I Ketut Putra Suarthana pada kesempatan itu juga bicara teknis gambaran pekerjaannya, salah satunya ialah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) ke semua yang terlibat di kepariwisataan. “Semua pelaku langsung dan tidak langsung harus tersenyum, karena prioritasnya adalah kenyamanan tamu selama tinggal, itu minimal” ujar Dia.

Raut haru terpancar pada wajah Bupati Pacitan Indartato pada momen tersebut, pasalnya Putra merupakan orang yang ahli dalam bidang pariwisata. Pengalamannya yang sudah puluhan tahun membuat Indartato yakin bahwa setahun mendatang akan terjadi banyak perubahan positif di pariwisata Pacitan. “Mengingat saya bukan orang pariwisata, tidak sama dengan Bupati Banyuwangi. Oleh sebab itu perlu saya libatkan Pak Putra dan rombongan,” ungkap Indartato.

Salama ini pariwisata Pacitan bukan tanpa hasil, berbagai capaian telah diperoleh. Namun Indartato berharap dengan penandatanganan nota kesepakatan itu laju wisata yang ada di kota 1001 Goa dapat lebih maksimal termasuk industri kreatif yang berujung pada kesejahteraan masyarakat secara merata.

Pada kesempatan yang sama juga disepakati kedua belah pihak untuk mempersiapkan generasi muda agar lebih siap menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan. “Budaya menjadi tamu yang baik saya kira harus ditanam sejak dini,” tambah Indartato. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Melihat Lebih Dekat Kuda Terbang Buana Jlubang

Terinspirasi gagahnya Kuda, lahirlah satu karya pada kain yang mulai akrab ditelinga masyarakat dengan nama Batik Kuda Hitam Buana Jlubang. Lahir pada tahun 2014 lalu, karya batik jenis pace (khas Pacitan) memperkaya koleksi batik tulis Kota 1001 Goa ini.

Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut beralamat di Desa Jlubang, Pringkuku, Pacitan. Dua puluh anggota getol menciptakan karya baru tetap dengan pakem pace namun membawa simbol kuda pada setiap karyanya.

Diusianya kini yang menginjak lima tahun, kuda terbang getol mengikuti berbagai Even baik lokal kabupaten dan regional. “Konsentrasi kita masih peningkatan kualitas,” ucap Atik Hariati pengurus pada kelompok tersebut saat berbincang dengan Diskominfo 26/03/19.

Kuda terbang ari Jlubang ini memang baru di kancah batik. Dibalik karya indahnya tersimpan berbagai permasalahan. Mulai sulitnya pemasaran produk, sampai pada pengadaan bahan baku. “kita belanja bahan ke Solo, Jateng. Kami berharap pemangku kebijakan melakukan sesuatu,” harap Atik.

Pesona Batik Pace Kabupaten Pacitan pada tahun 2013 mendapat pengakuan atau hak paten dari Kemenkumham. Kabar baik itu membawa Batik Pace digemari masyarakat baik di Pacitan hingga Mancanegara.

Potensi baru di Kecamatan Pringkuku merupakan angin segar, mengingat hingga kini batik Pacitan berkiblat di Kecamatan Ngadirojo dimana lahirnya batik Pacitan juga dari wilayah tersebut. “lahirnya Kuda Terbang Buana Jlubang merupakan Inovasi yang harus kita apresiasi,” ungkap Luki Indartato Ketua Dekranasda Pacitan.

Apresiasi yang dilkukan Luki tidak sekedar kata-kata, melainkan mengajak pelaku untuk aktik mengikuti pelatihan-pelatihan yang sering digelar baik dari Dekranasda, PKK ataupun Instansi terkait suapaya kualtas produk baru tersebut mampu bersaing dengan yang lain. “kita juga terus mengevaluasi setiap produk, hingga kini Batik Kuda terbang Buana Jlubang sangat layak untuk dikenakan,” tambahnya. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Kalender Seni, Budaya dan Olahraga; Tarik dan Puaskan Wisatawan

Sekali lagi, Kabupaten Pacitan adalah kota wisata. Status berkembang memaksa lahirkan berbagai terobosan demi mencapai target kunjungan wisata, didukung pelayanan dan tampilan yang apik sehingga memperoleh angka kepuasan para tamu di atas rata-rata. “Sesuai arahan Bupati, kami berkumpul guna membahas kalender seni, budaya dan olahraga,” ucap Agus Ansori Mudzakir Kepala Bidang Informasi Diskominfo Pacitan sebagai Koordinator kegiatan.

Kalender Seni, Budaya dan Olahraga sebenarnya sudah dibentuk beberapa tahun lalu dan telah menjadi agenda tetap, namun mulai bulan ini Diskominfo Pacitan memperoleh stimulus untuk semakin getol menyebarkan informasi Kalender kepada khalayak. “Baik wisatawan domestik dan mancanegara,” kata Dzakir.

Sedikitnya hingga akhir Maret 2019 sampai Desember 2019 mendatang, 60 agenda disepakati dan tertulis dari bentuk Even serta waktu pelaksanaan dari tingkat kota sampai wilayah dan desa. “pelaksana agenda lebih mantap karena jadwal sudah lama ditetapkan,” Tambah Dia.

Usai dibentuknya kalender tetap menurut Joko Rinanto perwakilan Dinas Koperasi dan Perdagangan (Disperindag) Pacitan yang memiliki giat Festival Pasar Sawo merasa lebih fokus menyelenggarakan kegiatan, selain itu sebaran informasi yang dilakukan oleh Diskominfo akan menambah keberhasilan yang akan dilangsungkan.

Penyusunan kegiatan tersebut dilaksanakan kemarin 28/03 di Ruang PPID Diskominfo Pacitan yang dihadiri perwakilan Pejabat Pemkab dan Kepala Instansi terkait serta perwakilan seluruh Kecamatan dan libatkan pelaku seni yang selalu aktif di momen seni budaya. (timDiskominfoPacitan)

Disperindag Wejang Pelaku IKM Olahan Kayu

Tuladi satu dari 20 peserta pelatihan desain produk olahan kayu merasa semakin optimis dengan bisnis yang digelutinya, usai mengikuti pelatihan  yang dilaksanakn Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pacitan selama empat hari 25-28/03 tersebut dirasa mampu memperkaya  pengetahuan yang dimiliki. “Kualitas produksi kami pasti akan meningkat,” ujarnya yang menekuni industri mebel sejak tahun 2014.

Franciscus Xaverius Supriyono pemateri tunggal yang dihadirkan pada kegiatan itu menekankan pemahaman terkait desain produk hingga eksekusi desain. “Desain yang dikerjakan ini merupakan satu dari desain terbaik yang dibuat peserta, berbentuk kursi Cafe baik model pendek dan panjang,” papar Dia yang sering diundang ke berbagai negara untuk membagikan pengalamannya.

Selain itu proses finishing harus sangat diperhatikan dan dikuasai oleh perusahaan, mengingat proses finising menjadi penentu harga jual dari produk yang di ciptakan. “Meski desainnya oke, prosesnya bagus dan sesuai, tapi jika finising jelek maka harga akan hancur,” tegas Dia.

Pelaku usaha mebel harus benar-benar memahami dunia olahan kayu, termasuk mengikuti tuntutan jaman, dimana konsumen sering memesan berbagai model desain baik yang modern ataupun yang klasik. Menurutnya pelaku harus mampu melayani konsumen dengan penguasaan yang dibarengi dengan pengalaman yang dimiliki.

Perindag berkomitmen memajukan seluruh IKM di Pacitan dengan berbagai pelatihan-pelatihan. Termasuk pelatihan yang digelar ini. Mengingat secara geografi Pacitan kaya bahan yang dapat dimaksimalkan berbentuk hasil jadi. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Kesra Pacitan Jemput Bola Pahamkan Calon Penerima Dana Hibah

Bukan tidak mungkin, upaya memakmurkan masjid dan mushola berbentuk peningkatan sarana berakhir dengan jeratan hukum. Meskipun praktiknya dilaksanakan dengan baik dan benar. “Kami mencoba menyatukan persepsi agar ibadah yang dikerjakan selain diterima juga tidak menyalai aturan,” kata Arbangi, Kepala Bagian Kesra (Kesejahteraan Rakyat) Pacitan pada kegiatan Penjelasan Mengenai Tata Cara dan Pertanggungjawaban 28/03/19 di Pendopo.

Sedikitnya 317 Organisasi Masyarakat Keagamaan calon penerima dana hibah diundang untuk menerima arahan dalam mengatur dana hibah yang bersumber dari dana APBD. Dimana anggaran tersebut secara penggunaan harus sesuai ketentuan. “Meskipun hingga kini tidak terjadi temuan, namun kami menjemput bola supaya semua selamat,” Jelas Arbangi.

Meskipun APBD yang terkesan banyak, namun anggaran sebesar 1 Triliun lebih itu harus dibagi dengan berbagai program dan pembangunan, termasuk pembangunan dan peremajaan tempat ibadah. Tahun 2019 dana hibah tercatat dibagikan kepada 216 masjid dan 55 mushola. “Kami akui pada tahun ini dana yang digulirkan menurun, namun meningkat jika dibanding tahun 2017,” terang Sekda Pacitan Suko Wiyono di kesempatan yang sama.

Ia berharap pertemuan itu seluruh pengelola masjid dan mushola memahami dana hibah yang diserahkan, mengingat dana hibah termasuk bidikan pemeriksaan baik Inspektorat atau pun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Semua Item secara mendetail akan diperiksa. Sehingga praktiknya harus benar dan sesuai,” tambah Suko.

Kecemasan sempat dirasakan Tukadi, sebagai takmir masjid Al Fallah Dusun bengkal Desa Tanjungsari Pacitan yang sekali menerima dana hibah menyadari, kegiatan mulia yang Ia kerjakan beserta masyarakat dapat berimbas pada mala petaka jika tidak sesuai dengan regulasi yang ada. “Kegiatan ini menjadikan kita gambling dengan manajemen yang sah sesuai dengan ketentuan,” ungkapnya. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).