Berita terbaru

Madiun Studi Tiru ke Pacitan Wujudkan Sinergitas Kominfo

Kepala Dinas Kominfo Kota Madiun beserta delegasi berfoto bersama Dinas Kominfo Kabupaten Pacitan di halaman Pendopo Pacitan

Bertempat diruang PPID Dinas kominfo Pacitan, pada 25/1 kemarin rombongan dari kominfo kota Madiun diterima. Tidak kurang 9 delegasi Madiun bertamu dengan tujuan studi tiru. rombongan diterima langsung oleh kepala kominfo widi sumarji. “kami kesini dengan tujuan melaksanakan studi tiru ke kominfo kabupaten pacitan selain itu juga silaturahmi”. kata subakri selaku kepala dinas kominfo kota madiun.

Widi dan staf menerima dengan baik dan melayani pertanyaan,  tentang bagaimana menata dan meningkatkan kinerja informasi melalui jaringan web atau medsos agar cepat diterima oleh pelajar atau mahasiswa serta masyarakat. Kunjungan tersebut diharapka bisa sebagai jembatan kekeluargaan antar kominfo, saling berbagi ilmu, dan menjalankan tugas pemerintah dengan baik.

Subakri mengapresiasi penghargaan yang selama ini diperoleh kominfo pacitan. ” harapan kedepan di maksutkan agar adanya komunikasi dan sinergitas antara kominfo kabupaten pacitan dengan kominfo kota madiun karna pada dasarnya kita satu wilayah untuk itu kita harus saling berkesinambungan” imbuhnya.

(Anjar/Riyanto/Kominfo)

SID Program Validasi Data Desa

Dinas Kominfo bekerja sama dengan Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) memberikan pembekalan terhadap mahasiswa KKN UNS Surakarta

Pekembagan teknologi dan pembagunan diikuti dengan sarana publik yang kian pesat. Selain  berupa ketebukaan informasi publik, lingkup paling dasar yakni desa kini telah difasilitasi oleh pemerintah berupa Sistem Informasi Desa (SID). Sistem inilah yang nantinya menjadi sarana validasi data, sementara Dinas Kominfo yang bertugas sebagai pengumpul data akan meneruskan dari kepada pemangku kebijakan yakni Bupati. Berangkat dari data tersebut Bupati akan  menentukan kebijakan yakni mengentaskan kemiskinan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat di Pacitan.

Menindaklanjuti hal tersebut Dinas Kominfo bekerja sama dengan Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) memberikan pembekalan terhadap mahasiswa KKN UNS Surakarta, kemarin 24/01 bertempat di ruang PPID Dinas Kominfo Pacitan.

Mahasiswa KKN yang tersebar diseluruh desa dikecamatan Punung antusias menyimak paparan dari para narasumber,  salah satunya kepala Dinas Kominfo Widy Sumardji, Wira Swastika Kominfo, Sutarman Bappeda, Surati PMD, Frend Marsudi Humas Pemkab, Hamdani dari Desa Ngumbul, Winardi dari Desa Tulakan serta Irwandi dari Kompak.“itulah dasar yang kami paparkan sehingga kita semua paham apa guna SID dalam perannya membantu pemerintah” ujar Widy Sumarji kepala Dinas Kominfo.

Program SID yang sudah direncanakan matang pun harus melewati beberapa  permasalahan, yakni kebanyakan aparatur Desa belum mempunyai kemampuan dibidang TI. Kondisi tersebut diamanfaatkan oleh pemerintah dengan memaksimalkan para mahasiswa KKN yang notabene mempunyai pemahaman terhadap dibidang TI. Sehingga dalam waktu dua hari pemaksimalan berbagai materi dasar disampaikan oleh para narasumber. Diharapkan usai pembekalan tersebut praktik dilapangan semakin mudah.

“Kita saling bekerja sama, Kompak mengadakan pembinaan langsung di desa binaanya. Semetara Kominfo memanfaatkan tenaga prakerin dan KKN yang berlatar belakang TI untuk memberikan pemahaman pada aparatur desa,” ungkap Widi mejelaskan.

(Anjar/Budi/Riyanto/Kominfo)

Danis Kuasai 8 Alat Musik Otodidak

Danish berpose di depan piala saat di temui kominfo di sekolahnya SMP Negeri 1 Pacitan

Dunia musik seakan sudah mendarah daging dalam tubuh Adimas Akma Danish Azfar yang berusia 14 tahun. Kini ia mampu menguasai 8 alat musik secara otodidak. Sejak kelas 2 sekolah dasar ia dikenalkan oleh orang tuanya alat musik keyboard dan sejak itulah Danish bermain musik setiap hari. ” Sehari tanpa bermain musik rasanya ada yang kurang. Hampa, belum lengkap” tandasnya ketika ditemui kominfo kemari 23/01 di pendopo pacitan.

Kini Danish tergabung dibeberapa grub musik, seiring dengan hal itu ia memutuskan untuk memulai les musik, agar mendapat tambahan materi. “Setelah saya tergabung dalam grub musik saya baru ikut les, hal itu untuk memperdalam kemampuan saya, dan beberapa rekan Paguyuban Musik Kroncong Indonesia (PAMORI) selalu membagi ilmunya untuk saya”. tambahnya.

Danish yang masih duduk dibangku SMP Negeri 1 Pacitan memang jago dalam berbagai alat musik, Ia  tersebut kerap mondar mandir diundang bermusik diberbagai acara resmi,  namun Ia tetap konsekuen dengan statusnya sebagai murid.  Danish tetap menjadi 3 terbaik dikelasnya. Berbagai prestasi dibidang musik pun Ia raih, salah satunya menjadi juara 1 lomba cipta lagu FLS2N kabupaten Pacitan.

 “walaupun minat dan bakat saya bermusik namun saya tidak boleh lengah dengan disiplin ilmu yang lain, karena saya sadar semuanya penting”. imbuhnya

(Budi/Riyanto/Kominfo)

Lahirkan kekayaan literasi untuk Pacitan

Bupati menerima buku karya Pandan Raditya A. S yang berjudul Surat Dari Gunung Selurung

“Pencapaian ini luar biasa. Saya umur 64 tahun, belum mampu menulis buku,” ucap Bupati Pacitan, Indartato dalam sambutannya di acara Bedah Buku Antologi Cerpen Surat Dari Gunung Selurung dan Workshop Literasi bertempat di Pendopo Kabupaten Pacitan 23/1 kemarin. Raut bangga pada generasi Pacitan mengiringi kalimat-kalimatnya. Dengan capaian ini Indartato berharap akan banyak bermunculan penulis baru dari Pacitan.

Acara yang dislelenggarakan Dewan Kesenian Pacitan dan MGMP Bahasa Indonesia  SMP Kab. Pacitan tersebut juga dihadiri oleh Wabub Yudi Sumbogo, Kepala Dinas Pendidikan Marwan,  Kepala Perpuatakaan Kab. Pacitan Warito,  dan mengundang narasumber dari Surabaya Cahyono Widarmanto serta Giryadi.

Antologi Cerpen, Surat dari Gunung Selurung karya Pandan Raditya A. S menggambarkan keberhasilan para guru di Pacitan. Amanat yang disampaikan dalam antologi tersebut sangat bagus. “Saya harapkan berkat ketelatenan para guru untuk terus mendidik nantinya murid sekolah menengah sudah mampu membuat karya buku,” tutur Indartato.

Sebagai  tambahan motivasi untuk generasi muda, Indartato menceritakan sosok Kusuma Hadi Purnawan, penulis dari pacitan yang karyanya berjudul Dikejar Duit Dari Facebook menjadi best seller di Kompas gramedia. Selanjudnya Indartato mengingatkan mengajak semua elemen agar bersatu, karna dengan bersatu visi dan misi dapat tercapai. Dan nanti muncul penulis baru, karya baru dan SBY-SBY baru dari kota Pacitan.

(Budi/Riyanto/Kominfo)

Kopi Liberica Khas Pacitan

Supomo dan anggota kelompok Guyup kopi dan kakao Pacitan berfoto di depan stan saat launching kopi liberica khas Pacitan

Kopi, manisnya meninggalkan pahit, aromanya khas dan kenikmatanya mebuat ketagihan. Inilah yang kemudian membuat kopi menjadi salah satu minuman favorit mulai dari generasi muda hingga orang tua.

Pada 17/1 bersamaan dengan agenda upacara bersama di Pendopo Kabupaten Pacitan, wujud eksistensi kopi Pacitan  diperkenalkan pada publik. Acara tersebut dihadiri juga oleh Wabub Yudi Sumbogo dan seluruh pegawai pemerintahan.

Walaupun kemasan instan kopi Pacitan baru 5 bulan dirintis akan tetapi sudah bisa mengenalkan produk ke luar daerah hingga Ibukota.

Supomo kepala Dinas Koperindag mengatakan akan meningkatan sarana penjualan kopi dan kakao, agar tidak di jual dengan keadaan mentah, Produksi kopi dan kakao ini di pantau langsung juga dari Dinas Pertanian. ” penanamanya dipantau dari dinas pertanian, pengolahan dan penjualannya dari Dinas koperindag ” tandasnya.

Kakao Pacitan memang sangat bagus kualitasnya. Perkembangan kopi Pacitan ini di dukung juga oleh kelompok “ guyub kopi dan kakao Pacitan ” kelompok pengembang kopi Pacitan ini mendukung penuh dengan adanya peningkatan produksi dan penjualan dari kepala Dinas Koperindag Kabupaten Pacitan. Kelompok paguyuban ini juga bekerjasama dengan cafe ataupun warung kopi yang ada di sekitar kota untuk sekedar memasarkan selain melalui media sosial dan promo. ” nantinya para petani akan mejual hasil kopi dan kakao pada unit-unit yang sudah ditunjuk pemerintah, untuk menyelamatkan harga ” terang Supomo lebih lanjut.

Untuk kapasitas produksi telah mencapai kurang lebih 10 ton per bulan. Hal ini disambut baik juga oleh barista Pacitan, sebagai bentuk urun pemikiran mereka mendatangkan langsung barista dari Jakarta untuk sekedar belajar bagaimana mengolah dan menyajikan kopi khas daerah dengan lehih baik.

Supomo menegaskan akan selalu meningkatkan penjualan, karena sekarang sudah bisa di konsumsi dan bisa di produkkan oleh putra daerah sendiri. ” untuk variant kopinya sangat banyak, ada juga robusta arabica lokal dan tidak terkecuali variant andalan “ kopi liberica ” kopi yang menurut para produsen ataupun para penikmat kopi adalah kopi andalannya kota Pacitan. Untuk harga dibandrol dari 5ribu rupiah hingga 150ribu rupiah untuk kopi arabica luwak “. Pungkasnya menjelaskan.

(Anjar/Budi/Riyanto/Kominfo)