Kepala BMKG Datang Langsung Ke Pacitan, Ada Apa?

Membaca kejadian gempa bumi di Kota Fukushima, Jepang. Kajian ilmiah Negeri Sakura itu menyebut Gempa akan terjadi puluhan sampai ratusan tahun ke depan, faktanya baru 10 tahun kajian ilmiah tersebut dirilis resmi, Fukushima lebih dahulu bergoncang hingga 7,3 skala richter.

Hal itulah yang membuat angan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Profesor Dwikorita Karnawati terbayang akan keadaan Kabupaten Pacitan, apalagi beberapa waktu terakhir laporan menyebut intensitas gempa naik tak seperti biasanya, yakni mencapai 85 kali dalam 1 bulan terakhir.

Sebenarnya titik-titik peningkatan gempa tersebut tidak cuma terjadi di Pacitan saja, zona Aceh-Nias, Lampung-Bengkulu, Lombok-Sumbawa-Sumba, Sulawesi Barat-Sulawesi Tenggara-Gorontalo dan Laut Maluku juga dilaporkan mengalami peningkatan intensitas.

“Kita tidak bisa memprediksi gempa, tapi kita bisa memperkirakan zona-zonanya yang harus kita waspadai. Mana yang mulai meningkat keaktifannya,” ungkap Rita, sapaan akrab Kepala BMKG saat melihat langsung kondisi Teluk Pacitan bersama BPBD Kabupaten Pacitan, siang ini (18/02).

Berdasarkan hasil final kajian ilmiah BMKG disebutkan gempa dengan magnitudo 8 skala richter berpotensi terjadi, sedang jika titik gempa berada di dasar laut memungkinkan hadirnya gelombang tsunami hingga ketinggian 8 meter dengan gelombang bisa sampai ke pusat kota.

Satu fakta penting kejadian di masa lampau juga diakui pihak BMKG, catatan sejarah mengungkap pada tahun 1840 teluk Pacitan pernah menjadi saksi terjadinya tsunami. Kejadian hampir 2 abad lalu tersebut merupakan siklus yang akan kembali terjadi.

Melihat keterbatasan peralatan untuk mendeteksi bencana, Rita justru lebih berharap kesiapsiagaan masyarakat maupun pemerintah terhadap mitigasi bencana, selebihnya Rita berharap konsentrasi terhadap sarana dan prasarana untuk mitigasi juga menjadi prioritas pemerintah. “Karena infrastruktur tersebut memudahkan masyarakat untuk menyelamatkan diri,” tegas Dia.

Sementara, berbagai fakta yang ada diharap menjadi piranti penting masyarakat Kabupaten Pacitan untuk tetap waspada. Karena sekali lagi peralatan secanggih apapun belum bisa memprediksi kapan datangnya gempa dan tsunami. (bd/FRD/ryt/ss/dzl/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Waspada; La Nina di Awal Musim Hujan

Sejumlah ruas jalan protokol Kota Pacitan tertutup endapan lumpur, material tersebut berasal dari saluran drainase yang tidak mampu menampung curah hujan sedang dan tinggi yang terjadi semalam (11/10) hingga pagi tadi (12/10).

Fenomena ini sekaligus merubah musim kemarau menjadi musim hujan, sesuai rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang disampaikan Diannita Agustinawati, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan. Hujan diperkirakan akan berlangsung hingga Februari tahun 2021.

Sedang untuk curah hujan yang tinggi beberapa pekan terakhir karena adanya fenomena La Nina. Sebuah anomali sistem global yang terjadi dengan periode dua sampai tujuh tahun karena perubahan suhu air laut di samudera Pasifik, kondisi demikian sehingga meningkatkan volume hujan.

Kejadian tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Kabupaten Pacitan saja, namun merata di semua wilayah di Indonesia. Namun demikian BPBD mengaku hingga saat ini pihaknya masih melakukan droping air bersih di sejumlah wilayah.

Karena ternyata curah hujan di beberapa titik masih dinilai belum mampu menghidupkan kembali sumber-sumber air. Sedang beberapa tempat yang lain masyarakat dihimbau untuk senantiasa memperhatikan kondisi lingkungannya untuk mencegah kemungkinan banjir dan tanah longsor. “Cek saluran air dari sampah,” himbau Dian.

Didik Alih Wibowo, Kepala BPBD Pacitan saat memantau jalannya proses pembersihan lumpur di Jalan Ahmad Yani mengatakan, pihaknya pada proses tersebut didukung beberapa dinas terkait seperti LH, Damkar maupun PUPR Pacitan. “Lumpur ini dapat mengakibatkan bencana juga,” kata Dia (12/10) kepada Diskominfo Pacitan.

Kondisi ini sekaligus membuat BPBD harus meningkatkan konsentrasi terhadap potensi bencana di musim penghujan, seperti banjir, longsor, angin maupun ancaman pohon tumbang yang bersifat sporadis yang kerap terjadi. “Bicara musim hujan berarti rata di 12 Kecamatan,” imbuh Didik. (bd/anj/zaq/ryt/dzk/rch/DiskominfoPacitan).

Siapkah Jika Megathrust di Selatan Jawa Pecah Sewaktu-waktu

Pemerintah Kabupaten Pacitan tidak menafikkan kemungkinan ancaman tsunami setinggi 20 meter di sepanjang pesisir di pulau Jawa. Hasil analisis ilmiah Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kini viral baru-baru ini harus disikapi serius, walau siapa saja tidak menghendaki bencana ini terjadi.

Setidaknya 27 desa di 7 kecamatan masuk diantara 80 Kilometer garis pantai selatan Kabupaten Pacitan, di  zona merah itu hiduplah puluhan ribu masyarakat. Sedang potensi tidak langsung berada di wilayah kecamatan kota, khususnya sekitar bantaran sungai Grindulu.

Secara gamblang hasil riset yang dirilis Sri Widiyantoro, Guru Besar ITB tersebut berdasar terhadap kemungkinan Segmen Megathrust di selatan pulau Jawa yang berpotensi pecah. Jika terjadi secara bersamaan maka gempa besar yang disusul Tsunami setinggi 14 hingga 20 meter berpotensi terjadi.

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) juga tidak memungkiri hasil penelitian ITB itu, Dwikorita Karnawati Kepala instansi tersebut kepada CNN malah mengaku penelitian pada tahun 2014 oleh BPPT dan tahun 2016 oleh Ron Harris peneliti dari Amerika menyebutkan hasil yang tak jauh berbeda. “Metode kajian berbeda, namun hasilnya ternyata hampir sama,” katanya.

Pemerintah pusat pun telah menyiapkan berbagai mekanisme dari ancaman tersebut sejak 12 tahun silam atau tahun 2008, komitmen tersebut timbul dari pengalaman tragedi tsunami Aceh. Masalahnya ancaman ini tidak bisa diprediksi, meski melalui peralatan tercanggih sekalipun. Itu berarti pemerintah pilih fokus pada pemaksimalan mitigasi bencana terhadap masyarakat.

Lalu bagaimana kesiapan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pacitan terhadap ancaman ini, Diannita Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan mengatakan pemahaman terhadap masyarakat dinilai memenuhi standar, setidaknya mereka mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa dan kemana jika datang gelombang besar dari laut.

Namun itu semua belumlah cukup. Berbagai program seperti Desa Tangguh Bencana telah dibangun, memaksimalkan ketangguhan masyarakat melalui kemandirian diri dan desa. Belum lama juga dilaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana, program pusat bersifat marathon di pesisir selatan Jawa, dari Banyuwangi hingga Jawa barat. “Sosialisasi akan terus kami lakukan,” ujar Dia (29/09).

Sementara Bupati Pacitan Indartato justru mengaku belum memperoleh keterangan resmi dari Pusat, hanya saja Pemda mendapat undangan dari Pemprov Jatim untuk mengikuti arahan dari Gubernur melalui Aplikasi Zoom.

Yang pasti Bupati tetap berharap masyarakat tenang meski harus tetap waspada, pemerintah melalui instansi terkait yakni BPBD akan bersiaga sembari menggelar berbagai pelatihan bencana Tsunami. “Kami juga harus memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin,” ucapnya. (budi/anj/alazim/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Awas Bencana Hidrometeorologi Mengancam; Pemda Gelar Apel Kesiapan Pasukan Dan Perlengkapan.

Skenario terburuk dipilih dalam menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi di Kabupaten Pacitan di musim ini. Bersama TNI, Polri, Satpol-PP, BPBD dan yang lain apel serta gelar pasukan dilaksanakan di Lapangan Peta (09/01/2020).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, Didik Alih Wibowo mengatakan berbagai kemungkinan bisa saja terjadi, kewaspadaan harus terus ditingkatkan meskipun rilis resmi menunjukkan gambar positif, tapi alam bisa saja berubah sewaktu-waktu.

“Kita tidak berharap kejadian, tetapi yang kita siapkan kesiapsiagaannya seperti yang kita lakukan. Bukan bencananya tapi sekali lagi kesiapsiagaannya,” kata Didik yang paham betul bencana tidak dapat diprediksi meski dengan alat secanggih apapun.

Pemangku kebijakan kini mengetahui seberapa jauh kondisi seluruh personil baik pasukan hingga seluruh peralatan yang dimiliki. Apalagi Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo yang hadir pada apel tersebut mengatakan, upaya mendasar meningkatkan kewaspadaan dan budaya siaga adalah melalui latihan kesiapsiagaan. “Bersama seluruh aparatur pemerintah daerah dan sebagai langkah koordinasi semua unsur baik relawan dan dunia usaha,” kata Yudi.

Itu berlebihan jika menoleh kebelakang akan kondisi banjir dan tanah longsor yang terjadi 28 November 2016 silam karena sapuan ekor siklon tropis. Sempat beberapa waktu lalu BMKG secara resmi merilis adanya badai di timur Indonesia, meski akhirnya berjalan menjauh dari Indonesia namun hal tersebut membuat pemerintah pusat bersikap.

Mulai melakukan pemantauan rilis resmi baik dari BMKG, BNPB dan PVMBG yang diteruskan dengan pembentukan posko, menyiagakan seluruh aparat pemerintah daerah dan mengkoordinasikan dengan instansi terkait, menyiapkan sarana dan prasarana hingga menyiapkan alokasi anggaran dan menginformasikan potensi bencana kepada masyarakat.

Karena bencana semua dapat hilang dalam sekejap, baik hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama puluhan tahun hingga kondisi psikologi masyarakat yang terdampak. “Semoga dengan apel ini, koordinasi antar pemangku kepentingan di Kabupaten Pacitan semakin kuat dan menjadi tangguh dalam menghadapi ancaman bencana khususnya ancaman hidrometeorologi,” pungkas Yudi. (budi/anj/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

Waspada Hidromatologi Sepekan Ke Depan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) resmi menghimbau seluruh masyarakat agar waspada selama periode awal bulan Maret. Siaran yang disebar pada 02/03/19 menyampaikan pada bulan ini Indonesia bagian barat dan tengah berpotensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin kencang.

Saat ini teridentifikasi adanya aktivitas Madden Julian Oscilliation (MJO) di Samudera Hindia. MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.

BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatra yang membentuk daerah pertemuan angin yang cukup konsisten di Wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Jawa.

Juga dilaporkan potensi gelombang tinggi yakni 2.5 hingga 4.0 Meter yang diperkirakan terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Selat Bali bagian selatan, Samudera Hindia Barat Kepulauan Mentawai serta Lampung. (BMKG/DiskominfoPacitan)