Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kabupaten Pacitan September 2020 Deflasi 0,07 Persen

Bulan September 2020, Kabupaten Pacitan mengalami deflasi  sebesar 0,07 persen atau terjadi penurunan  Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,17 pada bulan Agustus 2020 menjadi 104,09 pada bulan September 2020. Selama kurun waktu tahun 2018 s/d 2020 inflasi bulan September yang tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 0,07 persen.

Deflasi bulan September 2020 ini dipicu oleh beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga, antara lain cabai rawit, telur ayam ras, pasir, layur, wortel, tongkol, tahu mentah, terung panjang, rokok kretek, dan gula pasir. Sementara komoditi yang menyebabkan terjadinya inflasi antara lain emas perhiasan, minyak goreng, bawang merah, cabai merah, tomat sayur, ketela pohon, semen, bayam, tenggiri dan kacang panjang. Deflasi di Kabupaten Pacitan disebabkan karena turunnya indeks harga konsumen pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar -0,46 persen.

Andil terbesar penyumbang deflasi di Kabupaten Pacitan adalah kelompok bahan makanan  yaitu sebesar -0,40 persen dan memberikan sumbangan sebesar -0,08 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara andil terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok sandang yaitu sebesar 0,22 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,01 persen, diikuti kelompok kesehatan yaitu sebesar 0,04 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,00 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok&tembakau yaitu sebesar 0,03 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,01 persen. Kelompok yang tidak mengalami perubahan adalah  kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga., dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.

Waspada; La Nina di Awal Musim Hujan

Sejumlah ruas jalan protokol Kota Pacitan tertutup endapan lumpur, material tersebut berasal dari saluran drainase yang tidak mampu menampung curah hujan sedang dan tinggi yang terjadi semalam (11/10) hingga pagi tadi (12/10).

Fenomena ini sekaligus merubah musim kemarau menjadi musim hujan, sesuai rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang disampaikan Diannita Agustinawati, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan. Hujan diperkirakan akan berlangsung hingga Februari tahun 2021.

Sedang untuk curah hujan yang tinggi beberapa pekan terakhir karena adanya fenomena La Nina. Sebuah anomali sistem global yang terjadi dengan periode dua sampai tujuh tahun karena perubahan suhu air laut di samudera Pasifik, kondisi demikian sehingga meningkatkan volume hujan.

Kejadian tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Kabupaten Pacitan saja, namun merata di semua wilayah di Indonesia. Namun demikian BPBD mengaku hingga saat ini pihaknya masih melakukan droping air bersih di sejumlah wilayah.

Karena ternyata curah hujan di beberapa titik masih dinilai belum mampu menghidupkan kembali sumber-sumber air. Sedang beberapa tempat yang lain masyarakat dihimbau untuk senantiasa memperhatikan kondisi lingkungannya untuk mencegah kemungkinan banjir dan tanah longsor. “Cek saluran air dari sampah,” himbau Dian.

Didik Alih Wibowo, Kepala BPBD Pacitan saat memantau jalannya proses pembersihan lumpur di Jalan Ahmad Yani mengatakan, pihaknya pada proses tersebut didukung beberapa dinas terkait seperti LH, Damkar maupun PUPR Pacitan. “Lumpur ini dapat mengakibatkan bencana juga,” kata Dia (12/10) kepada Diskominfo Pacitan.

Kondisi ini sekaligus membuat BPBD harus meningkatkan konsentrasi terhadap potensi bencana di musim penghujan, seperti banjir, longsor, angin maupun ancaman pohon tumbang yang bersifat sporadis yang kerap terjadi. “Bicara musim hujan berarti rata di 12 Kecamatan,” imbuh Didik. (bd/anj/zaq/ryt/dzk/rch/DiskominfoPacitan).

Mari Bersama Menanggulangi Virus Corona

3 warga Kecamatan Pacitan kembali terkonfirmasi tertular virus corona, kenyataan tersebut disampaikan Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto (10/10).

Pasien baru tersebut meliputi, pertama seorang laki-laki berusia 17 tahun, pria itu diketahui tertular dari keluarganya yang sebelumnya dinyatakan positif. Sedang kedua adalah perempuan berusia 26 tahun dan kini menjalani perawatan di Yogyakarta, sedang yang terakhir seorang laki-laki berusia 26 tahun. Pasien terakhir tersebut juga menjalani perawatan di kota Gudeg.

Banyaknya kasus selama bulan Oktober yang mencapai lebih dari 100 persen dibanding bulan September membuat gugus meminta masyarakat untuk tidak panik. Tetap tenang namun disiplin menjalankan protokol kesehatan. “3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak) merupakan vaksin berharga dalam rangka menanggulangi covid-19,” kata Rachmad.

Sementara info terakhir hasil swab massal yang dilakukan gugus saat ini telah mencapai 70 persen dari total sampel yang dites, Rachmad memohon doa seluruh warga Pacitan supaya hasil negatif seluruhnya.

Merujuk pada penambahan 3 pasien baru hari ini membuat keseluruhan kasus menjadi 164 pasien, sedang untuk kesembuhan mencapai 106 pasien. Sedang angka meninggal tetap di 4 kasus.

Berbagai hal selanjutnya bisa dilakukan Kabupaten Pacitan, jika laju penambahan covid-19 terkendali. Ajakan untuk bersama melawan pandemi bukan isapan jempol semata, seluruh masyarakat harus sama-sama tergugah, dimulai dari diri, kepada keluarga dan lingkungan untuk menjalankan protokol kesehatan secara serius dan berkesinambungan. (budi/zaq/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Lahir 18 Kasus Baru

Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat nampaknya harus semakin tertib menjalankan himbauan satgas covid-19, pasalnya kasus baru telah kembali terjadi dengan angka yang cukup signifikan yakni 18 pasien baru.

Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Kabupaten Pacitan menyampaikan 18 kasus yang rilis pada hari ini, merupakan hasil dari 50 persen total peserta swab, yang artinya penambahan dengan skala yang sama masih mungkin terjadi.

Sementara kasus baru tersebut meliputi: 1. Laki-laki (10th); 2. Laki-laki (35th); 3. Laki-laki (16th); 4. Laki-laki (33th);5. Perempuan (15th); 6. Perempuan (40th) dari Kecamatan Pacitan, tertular dari pasien sebelumnya.

Selanjutnya nomor 7. Perempuan (34th); 8. Laki-laki (72th); 9. Perempuan (26th) dari Ngadirojo yang juga terjangkit dari pasien lama.

Kasus baru juga terkonfirmasi dari Kecamatan Tegalombo , yakni; 10. Perempuan (40th) ; 11. Perempuan (28th); 12. Perempuan (27th) yang juga memiliki kontak erat dengan pasien terdahulu.

Untuk Kecamatan Pringkuku meliputi: nomor 13. Perempuan (29th). Arjosari: 14. Perempuan (2th). Kebonagung: 15. Perempuan (40th). Punung: 16. Perempuan (25th) yang memiliki riwayat dari Jakarta. Dan terakhir nomor 18. Laki-laki (57th) Domisili Tulakan, KTP Jakarta Barat.

Melihat banyaknya kasus baru yang terkonfirmasi sudah sepatutnya warga Pacitan melakukan gebrakan nyata, sehingga nantinya sektor ekonomi maupun yang lain tidak terkena imbasnya.

Sementara itu TGTP akan melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait hingga level desa, di samping memaksimalkan 3T (Tracing, Testing, Treatment).

“Kami lagi-lagi menghimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan 3M, mulai Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak,” kata Rachmad (09/10).

Akumulasi kasus dari pasien pertama hingga saat ini telah mencapai 161 pasien, sembuh 106 dan meninggal 4 kasus. (Bd/anj/zak/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Melawan Corona Dimulai Dari Diri

Sejauh ini, covid-19 terus berkembang di Kabupaten Pacitan, menyentuh angka 142 kasus dengan kesembuhan mencapai 106 pasien. Kondisi ini jika berlarut-larut akan semakin mengancam kesehatan dan ekonomi masyarakat.

Peran penting Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan tentu harus didukung komitmen seluruh masyarakat. Adapun berbagai sosialisasi telah gencar dilakukan satgas, sampai-sampai branding 3M mobil satgas pun dilakukan.

Namun ternyata hal itu tetap harus didukung dengan evaluasi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dimulai dari mengevaluasi diri, keluarga maupun lingkungannya. “Apakah kita sudah menjadi contoh apa belum,” kata Bupati Pacitan Indartato saat membagikan masker di Desa Sooka, Punung oleh BKAD Kecamatan Punung. Kemarin 08/10).

Begitu juga dengan upaya pengawasan terhadap pendatang utamanya dari zona merah, seperti Jakarta dan Surabaya. Indartato minta pemantauan tersebut tidak hanya di desa-desa, tetapi sampai tingkat RT/RW. (anj/zaq/bd/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).