Dua santri Temboro dan tiga keluarga dilaporkan kabur dari rumahnya di Desa Pagerejo, Ngadirojo Rabu sore kemarin (03/06), saat satgas Covid-19 hendak mengambil sampel mukosa sebagai bahan tes Swab.

Kabar tersebut dikonfirmasi Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan Rachmadi Dwiyanto hari ini (04/06) di ruangan, kantor Diskominfo Pacitan.

Dari awal keluarga satu atap tersebut memang cenderung mengelabui petugas yang menawarkan untuk melakukan tes Swab di rumah sakit, beberapa kali tidak bersedia datang, akhirnya petugas berinisiatif untuk melakukan pengambilan jaringan mukosa di rumah mereka.

Namun betapa kagetnya petugas, rumah yang dituju tak berpenghuni. Terpaksa demi menghindari keadaan yang tidak diinginkan TNI, Polri hingga masyarakat terlibat dalam pencarian keluarga Pagerejo tersebut.

“Kami berharap yang bersangkutan untuk proaktif dengan satgas covid. Kami tidak melakukan diskriminasi kepada siapapun, pemerintah tugasnya melindungi,” tegas Rachmad. Karena meski sementara keluarga tersebut negatif tes Rapid, namun beberapa kejadian menunjukkan positif Swab.

Keputusan keluarga Pagerejo untuk kabur dari rumah tersebut jelas-jelas berisiko merugikan banyak pihak, menularkan Covid-19 kepada orang lain yang tidak tahu menahu. “Sekali lagi tolong mengikuti aturan pemerintah. Berikan teladan yang baik kepada masyarakat, jaga nama baik Temboro,” tutur Rachmad.

Alhasil saat ini masyarakat pun mempunyai persepsi negatif terhadap keputusan yang jauh dari kata arif dan bijaksana tersebut. Lebih lanjut Jubir menganalisa bahwa kaburnya keluarga tersebut disinyalir karena kurangnya pemahaman terhadap pandemi Covid-19. “Sepertinya mereka juga takut jika harus menjalani karantina jika kedapatan positif swab,” pungas Jubir. (budi/rch/tika/DiskominfoPacitan).

WhatsApp chat