Belum kelar pemerintah menangani penyebaran Covid-19 dari cluster Temboro dan Kembang, kini momok cluster baru di depan mata, media mainstream menamainya cluster pendidikan.

Alkisah, (20/05) Dinas Pendidikan bersama BKD Jatim menggelar pelantikan kepala sekolah SMK dan Pengawas dengan metode gelombang di antara wabah Covid-19 di Surabaya yang petanya kini tak lagi merah cerah, namun semakin menghitam, menandakan jumlah positif di angka ribuan di kota pahlawan tersebut.

Usai kegiatan itu tersebar kabar satu peserta meninggal dunia, belum jelas penyebab meninggalnya beberapa kabupaten berinisiatif mengkarantina peserta tersebut. Celakanya 4 peserta dari Kabupaten Pacitan kedapatan mengikuti giat tersebut. “Semua dari Kecamatan Pacitan,” ujar Rachmad Dwiyanto Jubir Covid-19 Pacitan (04/06).

Sayangnya kondisi ini baru ditindaklanjuti pemerintah Pacitan dua hari kemarin (02/06). Petugas medis lantas melakukan tes Rapid, bersyukur hasilnya non reaktif keempat-empatnya. Meski demikian ke semua diminta untuk melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing hingga keluar hasil Swab. “Kabar terbaru, 1 positif yang dikabarkan media tadi pagi itu adalah hoax,” tarangnya.

Tergambar jelas pemerintah Pacitan enggan kembali kecolongan dalam menangani Covid-19, meski di satu sisi pemerintah telah merasa kebobolan dengan berangkatnya mereka mengikuti giat di Surabaya tersebut.

Apalagi pemerintah Pacitan semakin tidak bisa berbuat banyak lantaran SMA dan SMK kini di bawah provinsi. Sehingga yang bersangkutan merasa tak perlu melapor jika hendak mengikuti agenda.

Namun Jubir memiliki landasan penting menyikapi kejadian tersebut, pemerintah baik pusat maupun provinsi dengan segala peraturannya wajib diikuti dan dipatuhi, termasuk tidak membuat kegiatan yang melibatkan masa besar saat pandemi seperti ini. “Pelantikan secara simbolis boleh saja, kita juga bisa virtual seperti presiden upacara sendiri,” pungkas Dia. (budi/rch/tika/DiskominfoPacitan).

WhatsApp chat