Serunya Perayaan Nawangan Sumunar, Ajang Pentas Budaya dan Gelar UMKM

Ratusan penari ambil bagian ambil dalam event ‘Nawangan Sumunar’. Kegiatan tersebut merupakan gelar budaya sekaligus ajang promosi UMKM. Kemeriahan acara tergambar jelas di pelataran Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman, Desa Pakisbaru, Sabtu (4/11/2023).

Penampilan tari Kethek Ogleng menjadi pembuka event akbar tersebut. Belasan siswa SMP dan SMA tampil dengan apik membawakan karya cipta koreografer Sutiman tersebut. Undangan dan pengunjung pun dibuat terkesima menyaksikan aksi aktraktif mereka di atas panggung.

Tak berselang lama tampilan kedua disuguhkan di depan hadirin. Kali ini tarian melibatkan ratusan siswa dan warga. Penari berkostum ala kera putih berpadu dengan pengunjung berpakaian bebas. Lapangan beralaskan paving dengan tetumbuhan rumput hijau itu pun menjelma menjadi lautan manusia. Semua menari Kethek Ogleng.

“Keinginan kami semua warga Kecamatan Nawangan adalah untuk memberdayakan masyarakat sekaligus melestarikan budaya,” kata Camat Nawangan Sukarwan saat menyampaikan sambutan.

Dijelaskan, dalam kegiatan kali ini ada puluhan pegiat UMKM yang menjajakan produknya. Semuanya merupakan komoditas asli dari wilayah di ujung utara Pacitan itu. Selain berupa produk olahan, deretan lapak yang terpajang di lingkar teras pelataran juga menyuguhkan minuman. Salah satunya kopi Nawangan.

“Seperti kita tahu kopi Nawangan sudah sangat terkenal sejak zaman Belanda. Untuk panjenengan semua kami sediakan 250 gelas kopi gratis. Selamat menikmati,” ujar pejabat putra daerah Nawangan tersebut.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji tampak antusias menyaksikan tampilan Tari Kethek Ogleng. Bahkan saat sesi flashmob, orang nomor satu di Kota 1001 Gua juga ikut naik panggung bersama para pejabat di lingkup pemkab. Mereka kompak mengikuti gerakan penari dengan selingan tepuk tangan.

Bupati pun memberikan apresiasi atas terselenggaranya event kolosal itu. Atraksi budaya dan pemberdayaan ekonomi, lanjut Mas Aji, merupakan perpaduan dua unsur yang saling menopang satu sama lain. Dia berharap semua ikhtiar yang dilakukan turut berperan mewujudkan masyarakat Pacitan sejahtera dan bahagia.

“Kita semua bangga Nawangan punya monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kita juga bangga ada tari Kethek Ogleng yang sudah diakui Indonesia dan dunia,” ucapnya seraya mengajak pengunjung menyaksikan serta terlibat dalam gerakan tari.

Pembukaan ajang Nawangan Sumunar resmi ditandai dengan pelepasan burung merpati oleh Bupati Aji, forkompimcam, dan para tokoh setempat. Usai pembukaan, Mas Aji menghampiri satu per satu lapak UMKM. Dia juga tampak menikmati makan siang Lontong Pecel. Sebagai penikmat kopi, bupati juga tak melewatkan kesempatan ngopi bareng di salah satu lapak. (Pemkab Pacitan)

Lantik 21 Kades, Mas Aji Beberkan Peran Desa Bantu Atasi Dampak Kekeringan

Penanganan kekeringan tak hanya tugas pemerintah kabupaten. Seluruh pemangku kepentingan di tiap tingkatan diharapkan berperan mengatasi persoalan tersebut. Termasuk di antaranya kepala desa yang memiliki wewenang mengatur kebijakan di wilayah yang dipimpinnya.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mencontohkan upaya konkret yang dapat dilakukan oleh para kepala desa. Salah satunya menyediakan data riil terkait warga terdampak. Tak hanya identitas mereka namun juga lengkap dengan titik koordinat alamat yang bersangkutan. Dengan begitu langkah penanganan akan lebih tepat sasaran.

“Pihak pemerintah desa memberikan titik koordinat saja sudah bagus. Di RT ini, di dusun ini warga terdampak. Itu langkah paling awal,” ujar Mas Aji usai melantik puluhan kepala desa di Pendopo Kabupaten Pacitan, Jl JA Suprapto, Kamis (19/10/2023).

Setelah data valid terkumpul langkah berikutnya yang tak kalah penting adalah membangun kolaborasi dalam rangka pembagian peran. Hal itu merujuk pada upaya pengentasan persoalan kekurangan air bersih yang menjadi fenomena tahunan di sebagian wilayah pedesaan.

Seperti diketahui, Pemkab Pacitan tengah menginventarisasi sumber daya air bawah tanah di sekitar kantong kekeringan. Nantinya, air yang keluar dari sumber akan disedot dan ditampung untuk selanjutnya disalurkan kepada warga. Di sinilah partisipasi pihak desa kembali dapat diberikan, terutama menyangkut pembangunan sarana prasarana.

“Bisa bareng-bareng membangun infrastrukturnya. Misalkan (pemerintah) daerah nanti (menyediakan) pompanya atau sebaliknya, pemerintah desa (melaksanakan) pengeborannya. Jadi rasa tanggungjawab ini akan dimiliki bersama,” tandas Mas Aji.

Tak terhenti di situ, setelah alat terpasang dan beroperasi nantinya perawatan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Dalam aspek ini pula pemerintah desa dapat mengambil peran dalam menjaga perangkat yang ada dalam kondisi baik dan bisa beroperasi. Tentu saja konsekuensi biaya harus dibicarakan bersama masyarakat setempat.

Untuk diketahui, kegiatan Pelantikan Kepala Desa kali ini merupakan gelombang pertama dari rangkaian Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2023 di Kabupaten Pacitan. Tercatat 21 kepala desa mengikuti pelantikan sekaligus pengambilan sumpah yang dipimpin langsung Bupati Indrata Nur Bayuaji. (Pemkabpacitan)

Perjuangan Desa Gendaran; Supaya Air Tetap Mengalir Saat Kemarau

Sudah menjadi sejarah bagi masyarakat Gendaran, Kecamatan Donorojo. Ketika datang kemarau puluhan orang dari dua dusun yakni Ngantir dan Tumpak bekerja keras menemukan air bersih. Beruntung ada tetesan air di belik tengah lembah yang jaraknya cukup jauh.

Menunggu semalam, tetesan ini memenuhi jerigen-jerigen yang mereka telah siapkan. Pagi sebelum matahari menyingsing, bergegas warga membawanya pulang sebagai bahan memasak, mencuci dan mandi.

Bukannya pemerintah tidak cekatan, droping air pun saat itu terus dilakukan. Namun banyaknya warga yang membutuhkan membuat kuota yang didapat tidak mencukupi. Sementara jika membeli dari bak tangki keliling maka masyarakat harus membayar 250 ribu rupiah. Harga yang sangat mahal untuk kebutuhan air bersih yang menjadi kebutuhan pokok mereka sehari-hari.

Foto: Mencari solusi bersama warga dan tokoh masyarakat.

Akhir tahun 2018 bersama-sama dengan warga masyarakat mencoba mencari solusi atas krisis air bersih warga Gendaran. “Awal kami mengidentifikasi ada jaringan air bersih berupa jaringan pipa, bak & pompa submersible yang dibangun sejak 2015-2016 yang terbengkalai,” kata Wulan Fitriana, Kades Gendaran kepada PemkabPacitan (14/09/2023).

Dimulai dengan mengidentifikasi 3 permasalahan utama, jaringan belum terhubung ke rumah-rumah, kelompok pengelola belum bisa berfungsi optimal dan belum adanya sistem operasional yang memadai. Sehingga di tahun anggaran 2019, Pemdes menganggarkan 100 juta rupiah untuk pengadaan pipanisasi sebagai saluran utama menjangkau seluruh wilayah 2 dusun yang kekurangan air bersih.

Foto: Masyarakat bersemangat menyambut air yang mengalir di rumahnya dengan memasang pipa dari sumber mata air.

Sedangkan warga masyarakat yang ingin menyambung dari jaringan itu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi dari jaringan ke rumah masing-masing berikut meteran airnya. Reorganisasi pengurus HIPPAM dan musyawarah terkait dengan biaya-biaya iuran untuk operasional dilaksanakan bersama masyarakat dan pemdes.

“Kendala awal setelah dilakukan musyawarah tidak semua warga masyarakat mau menjadi pelanggan dengan berbagai alasan. Salah satunya terkait iuran bulanan yang sebenarnya sudah diupayakan seminimal mungkin,” terang Wulan.

Akhirnya dilakukan uji coba selama 3 bulan untuk beberapa rumah yang mau memasang meteran air. Selang 3 bulan berjalan kemarau panjang melanda akhirnya para warga yang awalnya tidak ikut memasang meteran berduyun-duyun mengambil ke tetangga mereka.

Hal itu menjadi cikal bakal konflik sosial, karena sebagian masyarakat memberikan tarif lebih mahal dari yang dibayar ke kelompok HIPPAM. Ketika masyarakat mau pasang baru, pelanggan lama menolak karena takut debit airnya tidak mencukupi.

Kembali melalui musyawarah bersama akhirnya yang belum memiliki akses air bersih di kedua dusun tersebut bisa bersama-sama menjadi pelanggan HIPPAM. Anggota membayar iuran wajib 35 ribu untuk pemakaian 10 kubik dan seterusnya 5 ribu rupiah per kubik, setiap akhir tahun dilaksanakan pelaporan oleh pengurus yang sifatnya sukarelawan.

Berjalan tahun berikutnya, karena banyaknya pelanggan dan debit air semakin tidak mencukupi pompa yang dipaksa bekerja keras mati. Iuran dari warga waktu itu belum mencukupi untuk membeli pompa baru, karena dalam perjalannya ada saja kerusakan-kerusakan kecil seperti pompa terlindas truk, jaringan listrik terbakar, kabel terputus pencari pakan dan sebagainya. Setelah mandek berbulan-bulan, akhirnya Pemdes menggunakan DD tahun 2020 untuk pembelian pompa submersible.

Tahun 2021 pemdes mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa jaringan air bersih dari sumur bor lainnya yang menggunakan bak existing yang awalnya tidak berfungsi. Tahun berikutnya juga mendapat hibah jaringan dan meteran air di masing-masing rumah untuk dusun lainnya.

“Saya akui tidak mudah untuk melaksanakan kegiatan penyediaan air bersih walaupun ini kebutuhan pokok masyarakat sendiri. Memberikan kesadaran kepada warga itu yang sulit,” ungkap perasaan Wulan.

Sudah dibangunkan bak tampung, diberi pompa, diberikan fasilitas lainnya, ujar kades untuk perawatan dan pengelolaan, masyarakat masih berat hati handarbeni, sehingga masih jauh jika penyedia air menjadi sumber PAD.

Perlu kerjasama yang baik antara pemerintah, tokoh masyarakat, kelompok pengelola dan warga. Mengingat seiring dengan bertambahnya waktu ketersediaan air bersih ini semakin sulit. “Jangankan berfikir untuk reservasi sumber air, untuk mengoperasikan agar lancar kebutuhan mereka sendiri saja banyak sekali alasan-alasan.” Beber Kades mendetail.

Sampai saat ini, masih banyak pembenahan-pembenahan yang kami lakukan demi kelancaran akses air bersih di desa Gendaran. Salah satunya dengan menambah sumber air dari sumur bor dalam bantuan dari Pemerintah Daerah demi kecukupan supply karena tidak mencukupi kalau cuma mengandalkan 2 sumur bor dangkal yang sekarang untuk melayani seluruh pelanggan.

Selain itu iuran air yang banyak terpakai untuk pembayaran listrik untuk operasional pompa mungkin bisa diatasi dengan menekan biaya listrik sehingga iuran warga bisa dipakai untuk perawatan jaringan. (PemkabPacitan).

Belajar Bagaimana Desa Wonogondo Mampu Lepas Dari Krisis Air Saat Kemarau

Foto: Budi Setiadi, perangkat desa mengecek langsung kondisi sumber air Banyuripan yang belum dikelola, Banyuripan berada di Dusun Pagutan Wonogondo.

Saat kemarau datang, masyarakat di Desa Wonogondo, Kecamatan Kebonagung hampir tidak pernah absen mengalami krisis air. Surat permohonan droping air kepada pemerintah daerah pun kerapkali dilayangkan, guna mencukupi kebutuhan dasar masyarakatnya.

5 Dusun yang dihuni 2023 penduduk ini semakin sengsara saat musim hujan terlambat datang.

“Selain menunggu antrian droping, solusi saat itu ya warga terpaksa membeli air yang dibawa oleh penjual musiman. Per kubik mencapai 120 ribu rupiah,” ujar Indra Rukmana Kades setempat mengenang.

Soal air adalah hal mendasar, ia membayangkan jika situasi ini terus berlalu, maka masyarakatlah yang dirugikan. Sehingga berbagai cara dilakukannya bersama para perangkat. Termasuk dukungan oleh pemda dan pusat, namun sayang, realisasi tak sesuai kenyataan karena berbagai faktor. “Kami tidak berhenti mencari cara,” lanjut Kades (13/092023).

Foto: Sugihatin, warga setempat memastikan kepada PemkabPacitan bahwa air selalu mengalir di rumahnya.

Terpenting adalah menemukan komitmen antara pemdes dan masyarakat. Menyakinkan bahwa pengolah secara mandiri semua sumber adalah keputusan bijak. Pertemuan dengan warga pun digelar, tema yang diusung adalah bagaimana Wonogondo lepas dari krisis air dengan memaksimalkan sumber yang ada.

Foto: disiplin melakukan pengecekan. Memastikan distribusi air agar tidak terjadi masalah.

Setelah menerima ide dan gagasan maka disepakatilah Kali Galang, Kali Talang, Kali Ngrancah dan Kali Kemuning sebagai suplai utama yang nanti akan dikembangkan. Desa kemudian menggambar skenario distribusi air. “Mengingat demografi wilayahnya, sehingga kita menyesuaikan, ada yang dengan pompa ada juga yang menggunakan sistem gravitasi,” beber Kades.

Tidak habis membayangkan desanya dulu kebingungan mencari air, kini semua warga tidak pernah cemas saat kemarau panjang. Cukup membayar 600 ribu rupiah untuk instalasi, masyarakat dapat mandi dirumah masing-masing. Sedang per kubik, air yang kini dikelola oleh BUMdes Berkah Abadi hanya dijual seribu rupiah.

Untuk masyarakat yang kurang beruntung pada lini ekonomi, pihak desa membentuk Bantuan Amal dan Sedekah Wonogondo (Basdewo). Dana tersebut didapat dari sukarela perangkat dan masyarakat yang memang berkeinginan membantu warga lain yang tidak mampu.

Begitu juga dengan Desa Gendaran di Donorojo, ujung barat Pacitan ini dahulu juga sering mengalami krisis air, sehingga pihak desa dan masyarakat bekerja keras menghidupkan kembali sistem pengairan yang ada. Karena mereka juga meyakini, di masing-masing wilayah desa tetap mempunyai sumber mata air.

Foto: Petugas BUMdes melakukan pengisian air kemasan yang akan segera didistribusikan.

Hanya saja bagaimana kecakapan semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk kembali mengatur dan mengoperasikan baik saat kemarau maupun hujan. Karena saat hujan, air iuran dari warga bermanfaat untuk kelangsungan peralatan, seperti pipa, pompa dan yang lain.

Foto: Dokumentasi penanaman pohon antara pemdes dan masyarakat.

Wonogondo lepas dari krisis air bersih, kini pihaknya hanya bertugas membangun budaya penting, seperti menanam pohon utamanya di titik-titik sumber air, seperti pohon beringin, trembesi dan berbagai tanaman lain dukungan dari swasta maupun pemerintah.

“Untuk desa lain, awali dengan membentuk Komitmen bersama masyarakat. Kita harus berani membangun inovasi,” pesan Indra yang mengaku limpahan air di Wonogondo ia maksimalkan sebagai destinasi wisata bernama Kolam Renang Wono Wening.

Foto: Limpahan air dimanfaatkan pihak desa menjadi kolam renang.

Wonogondo melalui KPSPAMSTirto Adem Desa Wonogondo pun pernah memperoleh Piagam Penghargaan KPSPAMS Award. Kategori Widya Tirta Paripurna, ini adalah penghargaan atau dukungan nyata dalam pencapaian 100 persen akses air minum dan sanitasi oleh Provinsi Jawa Timur. (PemkabPacitan).

Mas Aji Panen dan Sarasehan Bareng Petani Tembakau

Belum lekang oleh ingatan potensi kakao di Pacitan yang diakui kualitasnya di regional Jawa Timur, yang dirilis pacitankab.go.id kemarin.

Kali ini giliran tembakau yang tampaknya menjadi isu strategis yang layak untuk diteliti dan dikembangkan, mendukung kesejahteraan masyarakat pada sektor pertanian.

Bersama rombongan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) pagi ini berkesempatan mengikuti Panen Perdana Tembakau di Desa Tahunan Kecamatan Tegalombo, Pagi tadi (06/09/2023).

Selain melakukan panen perdana, Mas Aji juga berkesempatan sarasehan bersama para petani untuk pembangunan taman tembakau di wilayah tersebut.

“Beliau (Bupati) mendukung kegiatan pengembangan tanaman tembakau di Kabupaten Pacitan. Menjadi alternatif pilihan petani untuk memanfaatkan lahan pertaniannya agar tetap produktif pada saat musim kemarau,” kata Sugeng Santoso, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kabupaten Pacitan.

 

Mas Aji juga berpesan agar petani tembakau tetap istiqomah dan membangun komitmen bersama dengan pihak mitra yang menampung hasil panen dari petani, untuk menjaga keberlanjutan usaha tani tembakau tersebut. (PemkabPacitan).