Berita terbaru

Reforma Agraria Melalui Pemberdayaan UMKM

Dalam rangka pelaksanaan Akses Reforma Agraria atau Pemberdayaan Tanah Masyarakat yang merupakan salah satu upaya dari Kementerian ATR/BPN menggerakkan masyarakat untuk dapat mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, Kantor Pertanahan Kabupaten Pacitan melakukan identifikasi dan studi lapang terhadap potensi produk unggulan UMKM untuk dibina dan didampingi antara lain produk batik pace, kerajinan batu mulia (akik), kerajinan gerabah, kopi Pacitan, madu asli, dan aneka camilan khas Pacitan yang berpotensi dan berpeluang untuk dikembangkan guna mengungkit pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Pacitan.

Pemberdayaan UMKM dilakukan oleh Ikatan Istri Karyawan dan Karyawati (IKAWATI) Kantor Pertanahan Kabupaten Pacitan beserta Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perindustrian Kabupaten Pacitan berupa peningkatan kualitas produk, packaging, branding, dan online marketing. Pemberdayaan UMKM terus dilakukan melalui pembinaan dan bazar UMKM oleh KANWIL BPN Provinsi Jawa Timur bertempat di kantor BPN Kabupaten Madiun. Hadir pada acara tersebut Kakanwil BPN Provinsi Jawa Timur Ir. H. Jonahar, M. Ec., Dev beserta Isteri, Kepala Kantor BPN, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kabupaten/Kota se-wilayah Korwil Madiun, Manager LADARA serta para UMKM binaan.

Ahmad Syaikhu selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pacitan Hadir mendampingi UMKM dari Kabupaten Pacitan beserta Ketua IKAWATI BPN Kabupaten Pacitan, Prayitno selaku Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perindustrian dan Febri Ramadhan selaku Staf Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Pacitan, mengucapkan terimakasih atas pembinaan, pendampingan dan Fasilitasi Digitalisasi Marketing oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pacitan kepada UMKM di Kabupaten Pacitan, semoga dengan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak UMKM di Kabupaten Pacitan akan semakin tumbuh dan berkembang, UMKM bisa naik kelas dan naik pamor, serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran UMKM,” ucap Prayitno Kadis Dikuperin Kabupaten Pacitan (03/10). (PemkabPacitan)

Mari Dukung dan Sukseskan Regsosek 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan kini tengah menyiapkan kegiatan Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek). Kegiatan yang identik dengan sensus itu nantinya akan menghasilkan data tunggal. Satu data yang dihasilkan diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan.

“Basis data yang kita hasilkan nantinya berupa satu data yang bermanfaat untuk program perlindungan sosial maupun pemberdayaan masyarakat,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan, Wisma Eka Nurcahyanti.

Dari sisi penggunaan, data produk BPS juga sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah. Sebab selama ini terdapat beberapa jenis data yang diolah masing-masing lembaga pemerintah dengan variabel berbeda-beda.

“Menurut saya data hasil regsosek bermanfaat untuk mencegah duplikasi penerima program. Kalau ada potensi tumpang tindih bisa terlacak,” papar Wisma.

Dengan terciptanya satu data, tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dapat memanfaatkan bersama sesuai peruntukan masing-masing. Dengan data yang akurat, kegiatan yang dilaksanakan diharapkan efektif, efisien, dan tepat sasaran.

Untuk diketahui, kegiatan Regsosek akan berlangsung mulai 15 Oktober hingga 14 November 2002. BPS Pacitan mengerahkan sedikitnya ada 1.126 personel. Mereka terdiri dari 878 orang Petugas Pendataan Lapangan, 224 orang Petugas Pemeriksaan lapangan, dan 24 orang Koordinator Sensus Kecamatan.

“Intinya kita ingin regsosek beres. Semua data harus tersensus, nggak boleh ada yang terlewat. Mari Kita dukung dan Sukseskan kegiatan REGSOSEK 2022 di Kabupaten Pacitan, Berikan informasi yang jujur agar petugas bisa memotret dengan riil demi menyajikan data yang benar dan akurat,” pungkas Wisma yang mengaku mendapat dukungan penuh pemkab Pacitan. (Pemkab Pacitan)

 

Kisah Lettu Sutardi, Anggota TNI di Pacitan yang Piawai Mendalang

Suara Sutardi menggelegar di antara iringan gamelan. Sesekali terdengar nada melengking kala suluk mengawali sebuah adegan. Bagian itu disusul dialog antarkarakter pewayangan dengan Bahasa Jawa.

“Wargo kabeh kudu jogo jinogo ing bab katentremaning padusunan (Semua warga harus saling menjaga ketenteraman wilayah),” ucap nya sembari memainkan tokoh Semar di segmen Goro-goro.

Dialog di jagat pakeliran itu berlanjut. Bagong, yang tak lain putra Semar menanyakan contoh nyata kepedulian masyarakat terhadap keamanan lingkungan.

Sebab, menurut anggota punakawan yang dikenal jenaka ini, zaman sekarang interaksi sosial tak sekuat dulu lagi. Di sisi lain kerap terjadi bias informasi yang berpotensi memicu kesalahpahaman.

“Pangupoyo menopo ingkang saget kito tindakaken kangge nyengkuyung, Romo (Upaya apa yang bisa kita lakukan untuk mendukungnya, Romo)?” tanya Bagong.

Ki Semar yang konon merupakan jelmaan seorang dewa menjawab pertanyaan putranya dengan bijak. Ki Noyontoko, sapaan lain Semar pun membeberkan budaya Siskamling. Itu penting dibudayakan agar keamaan lingkungan terjaga.

“Kejobo kuwi ugo kanggo ngraketake paseduluran ing nataraning wargo (Selain itu juga untuk mempererat persaudaraan di antara warga),” ucap Semar seperti diperagakan Sutardi di tribun Alun-alun Pacitan beberapa waktu lalu.

Begitulah suasana saat Sutardi tampil menjadi dalang Wayang Kulit. Uniknya, dia bukanlah dalang biasa, melainkan seorang tentara. Anggota TNI berpangkat Letnan Satu (Lettu) tersebut saat ini menjabat Danramil Donorojo.

Mengenal wayang sejak anak-anak, membuat Sutardi kecil akrab dengan budaya Jawa tersebut. Terlebih mulai paman hingga kakekknya juga berprofesi dalang. Mendalang pun akhirnya menjadi tradisi. Sembari mencari rumput untuk pakan ternak, lisannya tak henti menirukan adegan wayang.

“Kalau ditanya belajar (pedalangan) dari mana, boleh jadi ya otodidak,” tuturnya di Makodim 0801, Jl Letjen Suprapto, Rabu (5/10/2022).

Mulai berdinas di jajaran TNI tahun 1989 membuatnya harus menanggalkan sementara hobi mendalang. Padatnya tugas dan kegiatan menjadi salah satu alasan. Di sisi lain, untuk memainkan wayang diperlukan waktu khusus dengan durasi tidak singkat.

Hobinya tersalurkan saat Sutardi ditugaskan di Cibinong, Jabar. Kala itu dia menempati Barak Remaja. Saat libur dirinya harus menjadi penunggu barak. Sebab anggota lain yang bertempat tinggal di daerah sekitar pulang ke rumah masing-masing.

Tak ingin larut dalam kegalauan, Sutardi mencari kesibukan. Dia pun memberanikan diri datang ke salah satu komplek tentara yang juga menjadi ajang latihan seni budaya. Dari situlah suami dari Ajeng Risnawati berlatih menjadi dalang profesional.

“Jadi di komplek itu ada sarana prasarana lengkap, mulai dari gamelan sampai wayangnya. Juga untuk latihan sendra tari,” kenangnya.

Bapak tiga putra itu mengakui kecintaan terhadap budaya sendiri motivasinya menjadi dalang. Kendati tak lagi rutin memainkan wayang seperti dulu, namun Sutardi tetap merawat hobinya itu.

Di sisi lain pendekatan budaya dirasakan cukup efektif untuk membangun komunikasi dengan masyarakat. Hal itu sangat dia rasakan saat bertugas di wilayah. Pesan-pesan pun lebih mudah dimengerti karena dikemas dengan bahasa tradisional.

“Anehnya dalam beberapa kesempatan warga justru minta dijelaskan arti dari beberapa kosa kata dalam Bahasa Jawa kuno kepada saya,” imbuhnya seraya menceritakan momen tak terlupakan di Kecamatan Tegalombo itu.

Sebagai tentara sekaligus dalang Wayang Kulit, Sutardi mengidolakan sosok Kresna. Menurutnya, tokoh Pandawa bersenjatakan Cakra itu merupakan penggambaran karakter manusia dengan intelijensi tinggi. Sifat itu makin sempurna karena pembawaannya yang bijak.

“Ada istilah ‘Ngerti Sak Durunge Winarah’ itu sebenarnya merupakan kemampuan menganalisa sekaligus memprediski,” pungkasnya mengutip disiplin ilmu intelijen. (pemkab pacitan)

Kirab Pataka HUT Jatim Tiba Di Pacitan; Keberhasilan Butuh Perjuangan

Panji-panji Hari Jadi ke-77 atau Kirab Pataka Jer Basuki Mawa Bea Hari Jadi Provinsi Jawa Timur memasuki Kabupaten Pacitan. Di titik ke-21 tersebut hujan terus mengguyur Kabupaten Pacitan hari, namun nampak tidak menyurutkan semangat HUT Jatim dengan slogannya Optimis Jatim Bangkit.

Setibannya di Pendopo Kabupaten Pacitan, Kirap Pataka disambut dengan penampilan kesenian Rontek Pacitan. Robongan diterima langsung oleh Wakil Bupati Pacitan Gagarin bersama unsur Forkopimda.

Selain pataka, rombongan juga membawa ripta prasasti. Prasasti yang ditulis di atas daun lontar itu dibacakan oleh setiap kepala daerah yang menerima kedatangan kirab.

Sebelumnya Pataka Hari Jadi melewati sekaligus diserahkan kepada Pemkab Trenggalek, direncanakan usai dari Pacitan Pataka Jer Basuki Mawa Bea akan melanjutkan perjalannya secara estafet ke kabupaten Ponorogo dan berlanjut hingga genap 38 kabupaten dan kota.

Rangkaian Hari Jadi Jatim ke-77 ini telah dimulai dan dilepas langsung dari titik Nol Jatim oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, kemarin pada 16 September kemarin dan diperkirakan Pataka HUT 77 Jatim menempuh jarak sejauh 2000 Kilometer sebelum kembali pada 11 Oktober mendatang.

Kirab Jer Basuki Mawa Bea tersebut diharapkan menjadi momentum bagi seluruh warga Jawa Timur untuk kembali optimis bangkit. Sedangkan Pataka mengandung arti sebuah keberhasilan memerlukan pengorbanan.
(PemkabPacitan).

 

Excavator Mini; Dukung Pembersihan Sedimen 2023

Pemerintah telah mengantongi rencana jangka pendek menengah dan panjang terkait persoalan banjir kota yang kerap terjadi di Kabupaten Pacitan saat volume hujan diatas rata-rata.

Seperti kemarin (26/09) catatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pacitan menyebut dari pukul 07:00 WIB s/d 14:00 WIB mencapai 104 Milimeter. Sebuah angka yang semestinya untuk hujan dengan durasi diatas 24 jam.

Lantas beberapa titik kota tercatat mengalami banjir dengan ketinggian tertentu, meski sebagian masih hanya beberapa Sentimeter di badan jalan, namun kondisi yang cukup sering terjadi merugikan masyarakat dan pemerintah.

Saluran drainase dan sungai di Kota Pacitan yang tercatat sepanjang 30 Kilometer, PUPR mengakui 70 persen diantaranya dipenuhi oleh endapan lumpur yang terbawa air saat hujan. Hal ini mengakibatkan kapasitas saluran drainase tidak maksimal mengalirkan air ke sungai utama dan muara.

Temuan lain menunjukkan beberapa jenis sampah turut menjadi penyebab banjir yang kerap terjadi di di kota Pacitan. Sehingga saat terjadi hujan lebat tak jarang dilaporkan petugas dari dari beberapa instansi terjun mengurai sampah yang berjubel di jembatan dan lokasi penyempitan.

Usai melihat langsung pembersihan sedimen oleh stafnya, Tonny Setyo Nugroho, Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Dan Air Minum PUPR mengaku, rutinitas harian tetap fokus terhadap pembersihan sedimentasi pada titik-titik yang diketahui paling parah memicu terjadinya banjir.

“Titik genangan sudah terbaca, Kali Kunir dan saluran belakang Pendopo kita lihat tidak ideal. Sehingga minimal kita kurangi sedimennya karena mengurangi volume tampung air,” ucapnya kepada Pacitan kab.go.id, hari ini (28/09).

Temuan lain juga menjadi catatan, satu titik jembatan diketahui menyempit, sehingga harus dilakukan perombakan yang terealisasi tahun depan.

Awal tahun PUPR Pacitan juga akan melakukan koordinasi dengan beberapa instansi di tingkat wilayah untuk membahas sampah rumah tangga maupun sampah basah atau organik. “Kita akan mencoba bicara dengan dinas terkait, kecamatan dan desa,” tambah Tonny.

Meskipun ini adalah pekerjaan bersama, namun PUPR tampak memiliki tanggung jawab besar menyelesaikan persoalan banjir kota yang telah terjadi lebih dari 2 dekade tersebut. Sehingga Sekretaris PUPR Yudo Tri Kuncoro mengkau bakal melakukan pengadaan Excavator Mini untuk mendukung pembersihan sedimen.

Sebenarnya darimana sedimentasi yang menumpuk di 70 persen saluran drainase tersebut, Yudo menyebut lumpur tersebut berasal dari semakin berkurangnya tutupan lahan. Sehingga rintik hujan langsung jatuh ke tanah, mengakibatkan tanah terbawa ke saluran air sehingga lambat laun menumpuk dan menjadi endapan.

Selain sampah yang menjadi tanggung jawab setiap individu, seyogyanya soal air hujan yang jatuh di pekarangan dan atap genteng masyarakat menjadi tanggung jawab masing-masing. Rainwater Harvesting menjadi perlu untuk disosialisasikan kepada masyarakat disamping menghijaukan lahan dan mengelola sampah dengan baik.

Jika semua membuka kesadaran akan 3 aspek tersebut, tentu pemerintah tidak perlu repot-repot menggelontorkan anggaran yang besar untuk membersihkan sedimen dan sampah. Namun dapat dialokasikan untuk hal lain seperti kesehatan, pendidikan atau bahkan pembangunan. (PemkabPacitan).