Serahkan Sembako; Ekonomi Pemulung Tergencet Covid

Ismirah hanya bisa menghela nafas dalam saat pandemi corona mengguncang perekonomian keluarganya. Bagaimana tidak, ia yang sehari-hari berkecimpung sebagai pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Dadapan, Pringkuku ini dalam sepekan hanya bisa mengais sampah 3 hari saja, separo dari kondisi biasanya saat tidak corona.

“Biasanya seminggu kita bisa dapat Rp. 200 – Rp. 300 Ribu. sekarang paling seratus lebih sedikit,” ungkapnya. Ketua Organisasi Pemulung Pacitan (ORPPI) itu juga mengaku kondisi semakin parah lantaran hampir semua harga rosok anjlok, cuma jenis kardus dan kresek yang masih bisa diandalkan menyambung hidup.

Kedatangan Bupati sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan Indartato ke TPA Dadapan pagi ini (15/05), dalam rangka penyerahan bantuan paket sembako dan makanan ringan diakui Ismirah dan rekan-rekannya sangat membantu. Meski sebatas mencukupi kebutuhan mereka, apalagi saat ini bulan puasa dan tinggal menghitung hari lebaran tiba.

Bupati Indartato mengaku, para pemulung dirasa perlu memperoleh paket sembako ini lantaran mereka berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Disamping kondisi ekonomi mereka yang terdampak cukup keras. “Bantuan yang kita serahkan ini tidak seberapa,” kata Bupati.

Ada beberapa program yang akan menyasar masyarakat sebagai penerima bantuan, pertama adalah bantuan berupa Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Non Tunai, Grindulu Mapan dan termasuk program bantuan dari Pemprov Jatim. Begitu juga kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaan akan mendapat perhatian dari Pemda, Pemprov hingga pemerintah Pusat.

“Bantuaan yang kami siapkan pada tahap pertama sampai hingga tanggal 29 Mei mendatang adalah 6 Miliar Rupiah, sementara cukup banyak diserap di sektor kesehatan. Kalau situasi diperpanjang jadi masalah baru lagi,” terang Bupati. (budi/wan31/rozaq/rach/tika/DiskominfoPacitan).

Kerja Bagus; 1 Pasien Covid-19 Sembuh

Pasien Positif Covid-19 di Kabupaten Pacitan hari ini berkurang satu menjadi 8 orang. Ia adalah Badri, sebelumnya adalah pasien berkode 05 dari cluster Desa Kembang, Pacitan. 14 hari Badri menjalani karantina dan perawatan di ruang Tulip, RSUD dr. Darsono Pacitan.

Kepulangan Pasien berusia 70 Tahun tersebut dihadiri Sekda Kabupaten Pacitan Heru Wiwoho, didampingi Kadinkes Pacitan dr. Hendra Purwaka, Jubir Satgas Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto dan seluruh pejabat lingkup rumah sakit, siang ini (14/05) di halaman gedung Wijaya Kusuma.

Sekda Heru usai kegiatan mengantar kepulangan mengungkapkan apresiasinya atas kerja keras semua unsur RSUD dalam menghadapi pandemi corona ini. Satu pasien sembuh tersebut menurut sekda adalah gebrakan awal untuk lebih semangat dalam berjuang menghadapi virus yang pertama muncul dari Wuhan, Hubei, China ini.

“Ini adalah prestasi pertama teman-teman rumah sakit, dokter dan paramedis lain sehingga dari 9 terkonfirmasi saat ini berkurang menjadi 8 pasien,” kata Sekda.

Lebih lanjut Sekda berharap, delapan pasien lain dapat segera mengikuti Badri yang hari ini bisa kembali ke tengah-tengah keluarganya. “Kita dan para medis akan berupaya semaksimal mungkin untuk semua pasien. Dengan memberikan pelayanan yang terbaik supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan” tambahnya.

Didik Agus Santoso, dokter spesialis patologi klinik yang merawat pasien tersebut mengungkapkan berbagai cara dilakukan para medis untuk kesembuhan pasien, tanpa mengindahkan segala risiko yang bisa saja mengancam mereka.

Hadirkan Inovasi Ditengah Pandemi; Bupati Serahkan Penghargaan Siswi SDN 3 Candi dan SMAN 1 Pacitan

Kebijakan belajar di rumah yang diputuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, membuat siswa-siswi mesti Out Of The Box Thinking, jika ingin tetap mengembangkan bakat dan kreativitasnya.

Seperti yang dilakoni 4 siswi SDN 3 Candi, Pringkuku dan siswi SMAN 1 Pacitan, lantaran videonya kampanye bahaya Covid-19, mulai dari segi kesehatan, ekonomi maupun sosial budaya.

Mereka adalah Nanetta Azka Tabitta Kelas 5, Decha Fiorentina Rakasiwi Kelas 6, Balqis Alya Al Khalifi Kelas 6 dan Devina Jule Trisnawati Kelas 5 dari SDN Candi 3 dan Aisya Auliya Sudrajad dari Kelas XI IPA 7 SMAN 1 Pacitan.

Atas capaian itu mereka berkesempatan memperoleh penghargaan dari Bupati sekaligus Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pacitan Indartato, hari ini (11/05) di Pendopo Kabupaten, penyerahan tersebut didampingi Wabup Yudi Sumbogo, Sekda Heru Wiwoho dan Kepala Dindik Daryono.

Seperti Nanetta Azka Tabitta, oleh dorongan gurunya Sri Wiharto saat pandemi mulai mewabah Indonesia ia diminta membuat pidato tentang virus corona. Meski sulit untuk ukuran siswi kelas 5 SD, namun berkat dukungan pidato tersebut kelar dibuat. Tak puas, visual pun akhirnya ditambahkan sehingga berubah wujud menjadi video yang kini viral di jagad Sosmed.

Lain kisah dengan Aisya Auliya Sudrajad atau akrab disapa Echa, awalnya ia gundah yang berujung tergerak membuat satu karya, lantaran ia melihat animo masyarakat Indonesia sangat kecil untuk memerangi Covid-19.

Tak lama Echa pun kaget, video berjudul Menjaga Nurani yang ia kerjakan 3 hari tersebut menjadi viral di Sosmed bahkan di Grup-grup Whatsapp. Sementara di akun Instagram miliknya ribuan orang menyaksikan karyanya dan ribuan lain menyukai. Satu gebrakan manis dari gadis berusia belasan tahun.

Kini, setidaknya Echa dan teman sebayanya dan semua orang yang melihat video itu minimal mengerti, ternyata ada yang lebih lelah dari sekolah, membantu orang tua, mengerjakan PR dan yang lain. Di tengah video berdurasi 2 menit 47 detik tersebut tergambar jelas Echa mengajak semua orang untuk bangkit, karena Echa tahu Covid-19 tidak dapat dikalahkan kecuali dengan kekompakan dan kebersamaan.

“Yang paling sulit adalah bagaimana video ini bisa ditangkap khalayak, sehingga pesan yang akan saya sampaikan benar-benar dapat diterima dan dimengerti. Hasilnya berujung pada perubahan positif,” pungkas Echa. (budi/anj/rach/tika/DiskominfoPacitan).

Lagi; 2 Santri Cluster Temboro Positif Corona

Bertambah 2 Orang Tanpa Gejala (OTG) terkonfirmasi Positif Covid-19, ini menambah total keseluruhan menjadi 9 orang di Kabupaten Pacitan. Penambahan itu kata Indartato sebagai Bupati dan Ketua Satgas Covid-19 Pacitan (10/05) berasal dari Kecamatan Nawangan.

“Saya minta kepada jajaran kepala desa hingga tingkat RT/RW supaya protokol kesehatan untuk benar-benar dilakukan. Dan sekaligus mungkin ada sangsi-sangsi yang akan kita ( Satgas Covid-19 Kabupaten Pacitan) lakukan bersama. Misalnya penggunaan masker, karena ini penting sekali,” kata Bupati saat konferensi pers di Pendopo.

Secara detail, Jubir Satgas Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto kepada pencari berita menuturkan, cluster tersebut sama dengan pasien terkonfirmasi berkode 07. Hanya saja 2 santri tersebut tes Swab selisih 3 hari dengan pasien 07. “Hasil Swab keluar tadi siang. Laki-laki, satu berusia 18 tahun dan yang satu 21 tahun,” kata Rachmad.

Lanjut Jubir sebenarnya sesuai regulasi yang ada, pasien terkonfirmasi yang tidak dengan penyakit bawaan cukup karantina di rumah masing-masing. Tetapi minimnya kedisiplinan termasuk masyarakat, terpaksa harus dikarantina di Wisma Atlet dengan pengawasan yang ketat. “Tidak perlu dibawa ke RSUD,” ungkap Dia.

Melanjutkan yang disampaikan oleh Ketua Gugus, sanksi penegakkan protokol kesehatan kepada masyarakat yang masih sembrono akan secepatnya ditegakkan. Fokus pertama pada pedagang pasar, selain bermasker ke depan pedagang wajib memakai pelindung wajah (Face Shield). “Pedagang dan pembeli tidak memakai masker. Disuruh pulang,” tegasnya. (budi/rozaq/rach/tika/DiskominfoPacitan)

Cluster Temboro Positif Swab

Satu Orang Tanpa Gejala (OTG) dinyatakan positif Covid-19. Penambahan ini kembali disampaikan Bupati sekaligus Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Pacitan Indartato, malam ini di Pendopo Kabupaten (07/05).

Menurut kronologi, cluster Temboro berstatus anak-anak berusia 13 tahun ini berjenis kelamin laki-laki dan menjalani karantina di Wisma Atlet. Sebelumnya sepulang dari Temboro, Magetan tersebut melakoni karantina mandiri di Rumah Istirahat Mandiri (RIM) di tempat asalnya, Kecamatan Sudimoro.

Setelah hasil Rapid tes menunjukkan positif, santri tersebut dipindahkan ke Wisma Atlet Pacitan bersama 10 orang lain. “Saat ini dalam kondisi sehat, dan akan dipindahkan ke RSUD dr. Darsono Pacitan,” kata Jubir Satgas Covid-19 Rachmad Dwiyanto di kesempatan yang sama saat melayani pertanyaan awak media.

Meskipun dibawah umur, Jubir tegaskan tidak ada perlakuan dan terapi khusus, perlakuan sama dengan pasien dewasa. Beruntung pasien nomor 7 tersebut hingga detik ini dalam keadaan sehat. “Namun jika orang tua dan sakit maka perlu penanganan tersendiri,” ungkap Dia.

Keberuntungan selanjutnya seluruh keluarga pasien hingga saat ini dinyatakan negatif Rapid tes, artinya kondisi ini tidak menambah panjang kasus baru. Sehingga keluarga cukup melaksanakan isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Semua cluster menjadi perhatian Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pacitan, terutama cluster PLTU yang kebetulan tinggal di Kecamatan Sudimoro Pacitan. Jika cluster PLTU positif Swab maka cluster ini juga menjadi tanggung jawab tim Satgas Pacitan. (budi/rozaq/rach/tika/DiskominfoPacitan).