Satu Milyar Sholawat Untuk Pacitan, NKRI juga Warga Palestina

Pembacaan 1 Milyar Sholawat Untuk Bangsa Dalam Rangka Hari Santri Nasional (HSN) 2023 kabupaten Pacitan, digelar secara serentak. Di kota Pacitan kegiatan ini dilaksanakan di masjid Agung Darul Fallah Kabupaten Pacitan, Sabtu Malam (21/10/2023) dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan, Heru Wiwoho beserta jajaran.

Diantara masyarakat yang antusias membaca Sholawat Nariyah, utamanya diperuntukkan untuk bangsa dan utamanya Pacitan yang selalu damai dan sejahtera.

Mukodi sebagai ketua panitia mengatakan bahwa pembacaan tersebut selain untuk Pacitan, Negara dan Bangsa Indonesia, juga dikhususkan untuk saudara di Palestina atas tragedi yang terjadi. “Semoga lekas berakhir, dan yang menjadi korban mendapat tempat yang terpuji disisi-Nya,” ujar dia.

Lebih jauh, Ketua PCNU Kabupaten Pacitan Sutrisno mengatakan bahwa pelaksanaan HSN lebih dari yang diperkirakan.

Sosok santri dari awal telah dicetak untuk cinta dan bakti terhadap negeri. “Tentu bersama seluruh elemen masyarakat yang juga serentak kita lantunkan hingga pelosok-pelosok wilayah. Khusus warga Nahdliyyin bersama membaca sholawat Nariyah,” tegas Sutris.

Sementara, sholawat juga diharapkan membawa atmosfer positif, jelang pesta demokrasi yang akan berlangsung di Indonesia. (PemkabPacitan).

Lantik 21 Kades, Mas Aji Beberkan Peran Desa Bantu Atasi Dampak Kekeringan

Penanganan kekeringan tak hanya tugas pemerintah kabupaten. Seluruh pemangku kepentingan di tiap tingkatan diharapkan berperan mengatasi persoalan tersebut. Termasuk di antaranya kepala desa yang memiliki wewenang mengatur kebijakan di wilayah yang dipimpinnya.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mencontohkan upaya konkret yang dapat dilakukan oleh para kepala desa. Salah satunya menyediakan data riil terkait warga terdampak. Tak hanya identitas mereka namun juga lengkap dengan titik koordinat alamat yang bersangkutan. Dengan begitu langkah penanganan akan lebih tepat sasaran.

“Pihak pemerintah desa memberikan titik koordinat saja sudah bagus. Di RT ini, di dusun ini warga terdampak. Itu langkah paling awal,” ujar Mas Aji usai melantik puluhan kepala desa di Pendopo Kabupaten Pacitan, Jl JA Suprapto, Kamis (19/10/2023).

Setelah data valid terkumpul langkah berikutnya yang tak kalah penting adalah membangun kolaborasi dalam rangka pembagian peran. Hal itu merujuk pada upaya pengentasan persoalan kekurangan air bersih yang menjadi fenomena tahunan di sebagian wilayah pedesaan.

Seperti diketahui, Pemkab Pacitan tengah menginventarisasi sumber daya air bawah tanah di sekitar kantong kekeringan. Nantinya, air yang keluar dari sumber akan disedot dan ditampung untuk selanjutnya disalurkan kepada warga. Di sinilah partisipasi pihak desa kembali dapat diberikan, terutama menyangkut pembangunan sarana prasarana.

“Bisa bareng-bareng membangun infrastrukturnya. Misalkan (pemerintah) daerah nanti (menyediakan) pompanya atau sebaliknya, pemerintah desa (melaksanakan) pengeborannya. Jadi rasa tanggungjawab ini akan dimiliki bersama,” tandas Mas Aji.

Tak terhenti di situ, setelah alat terpasang dan beroperasi nantinya perawatan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Dalam aspek ini pula pemerintah desa dapat mengambil peran dalam menjaga perangkat yang ada dalam kondisi baik dan bisa beroperasi. Tentu saja konsekuensi biaya harus dibicarakan bersama masyarakat setempat.

Untuk diketahui, kegiatan Pelantikan Kepala Desa kali ini merupakan gelombang pertama dari rangkaian Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2023 di Kabupaten Pacitan. Tercatat 21 kepala desa mengikuti pelantikan sekaligus pengambilan sumpah yang dipimpin langsung Bupati Indrata Nur Bayuaji. (Pemkabpacitan)

Dana Pribadi, Gadis Kecil Asal Bangunsari, Pacitan; Raih Juara Satu Wajah Pesona Indonesia 2023

Anastazya Sukma Ramadhan berhasil mengharumkan nama Pacitan dan Jawa Timur dalam even Wajah Pesona Indonesia Kementerian Pariwisata Ekonomi Dan Kreatif RI, 01 sampai dengan 03 September 2023 di Jakarta kemarin.

Mengusung Tema Polkadot Glamour
Kompetisi Sebagai Motivasi Pengembangan Diri Dalam Bentuk Pemuda Yang Lebih Berkarya, Taszya siswa kelas 6 dari Sekolah Dasar (SD) Bangunsari, Pacitan merasa senang menjadi juara. “Diajari Mama modeling sama presenter,” katanya (01/10/2023).

Usai berhasil menjadi yang terbaik dari 208 peserta dari 38 wilayah Se-Indonesia, Tazya masih bertekad mengembangkan diri melalui even yang lain. Terpenting adalah mengembangkan diri dan membanggakan nama Pacitan.

Meski tidak ada persiapan untuk tampil dalam momentum besar tersebut, namun Tazya memang sudah berbisa menyanyi, fashion show maupun mayoret.

Tawaran endors usai even mulai sepatu dari Jakarta dan baju dari Singapura, sempat ditawarkan kepadanya. Sayangnya masih ia kesampingkan. Ia memilih menolak karena Tazya akan menghadapi ujian sekolah. (PemkabPacitan).

Kembangkan Destinasi Geotermal Berbasis Renewable Energy Dan loT; Upaya Dukung Ekonomi Berkelanjutan

Melihat Pacitan dengan segala keragaman dan keramahtamahan masyarakatnya. Pacitan berada di hati kota lain sekaligus primadona yang layak untuk menjadi perhatian.

Berbagai pengembangan di segala sektor adalah penentu, Pacitan kian berkembang menjadi kawasan indah dan lestari. Termasuk Universitas Airlangga (Unair), mengaku harus turun dari menara gading, melihat lebih dekat eksotisme Paradise of Java tersebut.

Bertajuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PENGMAS) melalui Program Pengembangan Desa Binaan PPDB
Departemen Fisika Fakultas Sains Dan Teknologi dengan judul Pengembangan Destinasi Wisata Geotermal Berbasis Renewable Energy Dan loT Untuk Mendukung Ekonomi Berkelanjutan.

Penanggung jawab kegiatan Prof. Dr. Retna Apsari dari tergerak usai dirinya dan Unair sukses di banyak kota. Ia yang mengaku asli Pacitan ini membangun frekuensi antara dosen, mahasiswa, masyarakat dan Pemerintah Pacitan. “Saya mohon izin untuk turut mengembangkan Pacitan,” kata Retna.

Sementara itu Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) merespon positif berbagai bentuk dukungan yang diberikan oleh Unair. Kendati dirinya mengaku bahwa lokomotif utama di Pacitan adalah Pariwisata, dimana gerbongnya merujuk perdagangan (UMKM) khas maupun jasa.

Utamanya Sumber Daya Manusia (SDM), Mas Aji berharap ranah tersebut juga turut digagas bersama, oleh Unair maupun yang lain supaya lebih terbuka dengan hal-hal baru yang membangun. “Teknologi dan wisata sangat berkaitan erat, promo wisata terus dilakukan melalui media sosial dan yang lain,” beber Bupati sembari akses tetap menjadi tantangan bersama. (PemkabPacitan).

Perjuangan Desa Gendaran; Supaya Air Tetap Mengalir Saat Kemarau

Sudah menjadi sejarah bagi masyarakat Gendaran, Kecamatan Donorojo. Ketika datang kemarau puluhan orang dari dua dusun yakni Ngantir dan Tumpak bekerja keras menemukan air bersih. Beruntung ada tetesan air di belik tengah lembah yang jaraknya cukup jauh.

Menunggu semalam, tetesan ini memenuhi jerigen-jerigen yang mereka telah siapkan. Pagi sebelum matahari menyingsing, bergegas warga membawanya pulang sebagai bahan memasak, mencuci dan mandi.

Bukannya pemerintah tidak cekatan, droping air pun saat itu terus dilakukan. Namun banyaknya warga yang membutuhkan membuat kuota yang didapat tidak mencukupi. Sementara jika membeli dari bak tangki keliling maka masyarakat harus membayar 250 ribu rupiah. Harga yang sangat mahal untuk kebutuhan air bersih yang menjadi kebutuhan pokok mereka sehari-hari.

Foto: Mencari solusi bersama warga dan tokoh masyarakat.

Akhir tahun 2018 bersama-sama dengan warga masyarakat mencoba mencari solusi atas krisis air bersih warga Gendaran. “Awal kami mengidentifikasi ada jaringan air bersih berupa jaringan pipa, bak & pompa submersible yang dibangun sejak 2015-2016 yang terbengkalai,” kata Wulan Fitriana, Kades Gendaran kepada PemkabPacitan (14/09/2023).

Dimulai dengan mengidentifikasi 3 permasalahan utama, jaringan belum terhubung ke rumah-rumah, kelompok pengelola belum bisa berfungsi optimal dan belum adanya sistem operasional yang memadai. Sehingga di tahun anggaran 2019, Pemdes menganggarkan 100 juta rupiah untuk pengadaan pipanisasi sebagai saluran utama menjangkau seluruh wilayah 2 dusun yang kekurangan air bersih.

Foto: Masyarakat bersemangat menyambut air yang mengalir di rumahnya dengan memasang pipa dari sumber mata air.

Sedangkan warga masyarakat yang ingin menyambung dari jaringan itu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi dari jaringan ke rumah masing-masing berikut meteran airnya. Reorganisasi pengurus HIPPAM dan musyawarah terkait dengan biaya-biaya iuran untuk operasional dilaksanakan bersama masyarakat dan pemdes.

“Kendala awal setelah dilakukan musyawarah tidak semua warga masyarakat mau menjadi pelanggan dengan berbagai alasan. Salah satunya terkait iuran bulanan yang sebenarnya sudah diupayakan seminimal mungkin,” terang Wulan.

Akhirnya dilakukan uji coba selama 3 bulan untuk beberapa rumah yang mau memasang meteran air. Selang 3 bulan berjalan kemarau panjang melanda akhirnya para warga yang awalnya tidak ikut memasang meteran berduyun-duyun mengambil ke tetangga mereka.

Hal itu menjadi cikal bakal konflik sosial, karena sebagian masyarakat memberikan tarif lebih mahal dari yang dibayar ke kelompok HIPPAM. Ketika masyarakat mau pasang baru, pelanggan lama menolak karena takut debit airnya tidak mencukupi.

Kembali melalui musyawarah bersama akhirnya yang belum memiliki akses air bersih di kedua dusun tersebut bisa bersama-sama menjadi pelanggan HIPPAM. Anggota membayar iuran wajib 35 ribu untuk pemakaian 10 kubik dan seterusnya 5 ribu rupiah per kubik, setiap akhir tahun dilaksanakan pelaporan oleh pengurus yang sifatnya sukarelawan.

Berjalan tahun berikutnya, karena banyaknya pelanggan dan debit air semakin tidak mencukupi pompa yang dipaksa bekerja keras mati. Iuran dari warga waktu itu belum mencukupi untuk membeli pompa baru, karena dalam perjalannya ada saja kerusakan-kerusakan kecil seperti pompa terlindas truk, jaringan listrik terbakar, kabel terputus pencari pakan dan sebagainya. Setelah mandek berbulan-bulan, akhirnya Pemdes menggunakan DD tahun 2020 untuk pembelian pompa submersible.

Tahun 2021 pemdes mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa jaringan air bersih dari sumur bor lainnya yang menggunakan bak existing yang awalnya tidak berfungsi. Tahun berikutnya juga mendapat hibah jaringan dan meteran air di masing-masing rumah untuk dusun lainnya.

“Saya akui tidak mudah untuk melaksanakan kegiatan penyediaan air bersih walaupun ini kebutuhan pokok masyarakat sendiri. Memberikan kesadaran kepada warga itu yang sulit,” ungkap perasaan Wulan.

Sudah dibangunkan bak tampung, diberi pompa, diberikan fasilitas lainnya, ujar kades untuk perawatan dan pengelolaan, masyarakat masih berat hati handarbeni, sehingga masih jauh jika penyedia air menjadi sumber PAD.

Perlu kerjasama yang baik antara pemerintah, tokoh masyarakat, kelompok pengelola dan warga. Mengingat seiring dengan bertambahnya waktu ketersediaan air bersih ini semakin sulit. “Jangankan berfikir untuk reservasi sumber air, untuk mengoperasikan agar lancar kebutuhan mereka sendiri saja banyak sekali alasan-alasan.” Beber Kades mendetail.

Sampai saat ini, masih banyak pembenahan-pembenahan yang kami lakukan demi kelancaran akses air bersih di desa Gendaran. Salah satunya dengan menambah sumber air dari sumur bor dalam bantuan dari Pemerintah Daerah demi kecukupan supply karena tidak mencukupi kalau cuma mengandalkan 2 sumur bor dangkal yang sekarang untuk melayani seluruh pelanggan.

Selain itu iuran air yang banyak terpakai untuk pembayaran listrik untuk operasional pompa mungkin bisa diatasi dengan menekan biaya listrik sehingga iuran warga bisa dipakai untuk perawatan jaringan. (PemkabPacitan).

WhatsApp chat