Banyak yang bertanya-tanya, amankah berwisata ke Pacitan
setelah beredar kabar diberbagai media Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A
yang terjadi akhir-akhir ini. Bupati Pacitan Indartato dengan tegas mengatakan
berwisata di Pacitan sangat aman dari Virus tersebut. “Masalah ini secara umum
sudah selesai,” ungkap Bupati disela Tilik Warga di Sudimoro Kemarin 18/07.
Pihaknya menegaskan
bahwa sampai sekarang tidak ada pasien baru, meski diakui Bupati bahwa satu dua
pasien sempat kambuh karena memaksakan diri beraktivitas, itu pun masyarakat
yang berada di timur Pacitan, dan kenyataan wilayah wisata berada di barat Kota
Pacitan yang kenyataannya bebas Hepatitis A.
Meskipun harus
menjajal berwisata di timur kota, Bupati pastikan tetap aman, karena kini sudah
tidak ada penyebaran virus, termasuk di Sudimoro sekalipun, didukung penyebaran
penyakit Hepatitis A tidak terjadi di daerah wisata. “Meski KLB, harus diketahui
bersama bahwa penyebaran penyakit itu hanya 0,17 persen saja dari seluruh
masyarakat, dan terlokalisasi,” papar
Dia.(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Meski hingga kini nihil pasien baru, namun beberapa pasien
Hepatitis A yang sudah diperbolehkan pulang di Kecamatan Sudimoro terpaksa
harus kembali di rawat di Puskesmas setempat. Kondisi tersebut membuat Bupati
Pacitan Indartato merasa sedih. “Jangan beraktivitas dulu sebelum benar-benar
sehat,” ujar Dia saat menjenguk pasien dan Tilik Warga penyerahan Bantuan Air
Bersih di tiga desa di Kecamatan Sudimoro kemarin 17/07.
Dari awal pemerintah
memang serius menyelesaikan pagebluk ini, terlebih didukung Pemprov Jatim dan
Pemerintah Pusat. Meski sebenarnya Hepatitis A atau biasa disebut Sakit Kuning
ini notabene bukan penyakit berbahaya, cukup istirahat cukup dan makan bergizi
akan sembuh dengan sendirinya. Namun pemerintah ogah pasif, dari awal Bupati
dan seluruh jajaran di garis terdepan.
Termasuk akar
permasalahan yang ditengara masalah air, sesuai dengan arahan Bupati, Kepala
Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo mengatakan wilayah KLB Hepatitis A
menjadi prioritas utama, mendahului wilayah kering kritis dan kering langka.
“Satu desa bisa sampai empat tangki,” ungkapnya.
Kemudian, jamban juga
kerap dituding menjadi penyebab penyebaran, konon ceritanya banyak warga yang
masih menggunakan jamban komunal, Bupati mengambil jalan dengan menerjunkan
seluruh Perangkat Daerah (PD) supaya mempunyai desa binaan. Caranya yakni
mendata KK yang masih menggunakan jamban komunal, setelah sebelumnya Gubernur
Jawa Timur Khofifah juga akan memberi bantuan yang sama. “Termasuk bersama kami
akan mencari sumber air baru,” imbuhnya.
(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Banyak yang belum tahu bahwa di kawasan wisata Desa
Watukarung, Pacitan merupakan satu satunya tempat yang menyajikan 10 tempat
wisata pantai dan 1 wisata sungai, hal ini menjadi keunikan tersendiri dari
wisata tersebut.
Termasuk yang belum banyak diketahui adalah Pantai Kasap.
Katanya pantai ini mirip dengan Raja Ampat di Papua, sehingga dijuluki Raja
Ampatnya Pacitan. Daya tarik Pantai Kasap bukan dari pasir putih dengan ombak
yang merayu-rayu, melainkan pemandangan bukit bukit dan hamparan laut samudera
Hindia yang luas.
Termasuk penampakan sunset yang indah, kini Kasap menjadi
salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan matahari tenggelam diufuk
cakrawala, mempesona, tidak kalah menakjubkan karena penampakan sunset berbeda
dengan lokasi lain.
Di tempat tersebut disediakan gardu pandang yang berada di
atas bukit. “Kami berkomitmen memberikan pelayanan terbaik kepada
pengunjung yang ingin memanjakan mata menikmati keindahan Kasap. Disini juga
bisa diguanakan ,untuk Camping” Kata Ari Setiwan petugas Pantai Kasap
14/7/19.
Kasap tak selalu ramai dikunjungi, utamanaya di waktu sore,
sebelum matahari tenggelam. Dan saat libur panjang dihari besar dan libur
sekolah, pernah juga di Bukit Kasab yang sempit tersebut dimasuki 1000
wisatawan. Beruntung lokasi Kasap meskipun sempit namun memiliki tempat
terbuka, sehingga tetap ,nyaman bagi pengunjung.
Seperti halnya Hudha, wisatawan dari Yogyakarta ini nekat ke
Kasab bersama rimbongan hkarena begitu penasaran menyaksikan eloknya Sunset
yang ia lihat di Sosmed. “Saya suka dengan sunset, dan hari ini saya coba
untuk menikmati sunset di pacitan bersama-sama teman,” tuturnya.
Pantai Kasab berada di Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku,
30 Kilometer dari Pusat Kota Pacitan, berada di sebelah timur Pantai Watukarung
dan wisata sungai Kali Cokel. (adit/pkl/DiskominfoPacitan).
Beberapa gadis tampak berseri-seri mengenakan kostum tari
lengkap dengan selendang warna hijaunya, termasuk Reta Wulandari yang terlibat
dalam Upacara Adat Bersih Desa Adu Kelapa di Hari Jadi Desa Cemeng yang
dilaksanakan setiap penghitungan Jawa yaitu Bulan Longkang, Harinya Senin dan
Pasaran Legi atau kemarin 15/07.
Adu kelapa
mengisahkan lahirnya Desa Cemeng, desa ini berada di Kecamatan Donorojo,
sekitar 40 Kilometer dari pusat kota, dan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
Jawa Tengah.
Desa Cemeng ini
awalnya bernama Desa Banaran, sampai pada era penjajahan Kolonialisme Belanda
semua orang sibuk menghadapi, termasuk Kanjeng Jimat Bupati Pacitan saat itu,
merasa harus datang ke Banaran untuk memberi tahu kedatangan Belanda.
Usai memberi tahu masyarakat
Kanjeng Jimat merasa kehausan dan melihat ada kelapa yang bisa diminum airnya.
Lantas kanjeng Jimat yang didampingi oleh Kerto Gati mengadu kelapa supaya
pecah. Tapi ternyata usai mengadu kelapa muncul asap berwarna putih dan hitam,
warna hitam yang mengarah ke Desa Banaran membuat Kanjeng Jimat mengubah desa
tersebut menjadi Desa Cemeng.
Sutarno pemeran
Kanjeng Jimat di acara Adu Kelapa itu, mengaku begitu menghayati perannya, ia mengingat Adu Kelapa adalah budaya warisan
leluhurnya yang harus di jaga membuat Sutarno tidak membutuhkan waktu lama
mendalami perannya. “Semua kami lakukan dengan senang,” ujarnya usai acara yang
di gelar di halaman Kantor Desa Cemeng itu kepada Diskominfo Pacitan.
Semua warga terlibat
di acara itu, bahkan untuk peran utama dalam acara Adu Kelapa warga masyarakat
harus merebutkannya, menurut Supriyanto Pj. Kepala Desa Cemeng adalah bentuk
rasa cinta seluruh masyarakat terhadap Adu Kelapa. “Dari sini kami ingin Adu
Kelapa mendapat perhatian dari Pemkab. Supaya dapat sejajar dengan Ceprotan dan
yang lain,” harap Dia.
Semua kagum
menyaksikan Adu Kelapa, termasuk Deri Putra Wijaya, Warga Yogyakarta itu
terpukau dengan semua rangkaian. Tapi Deri merasa eksotis seni tersebut
berkurang, lantaran detail acara seperti Sound dan jadwal acara yang molor.
Belum lagi beberapa penonton tidak dapat menyaksikan acara dengan sempurna
karena terhalang pagar, “Acara seperti ini tidak ada di tempat kami, saya rasa
jika dikemas dengan baik menjadi luar biasa,” katanya.
Kepala Bidang
Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Suyadi hadir dalam hari jadi
itu mengaku senang karena setiap tahun
kegiatan semakin besar, penonton semakin banyak, ia berharap seni Adu Kelapa di
tahun depan dikemas menjadi seni pertunjukan, supaya menarik lebih banyak lagi
wisatawan. “Segala masukan dan evaluasi terus kami lakukan supaya acara semakin
baik,” pungkas Dia. (TimDiskominfoPacitan).
Usai berinovasi menciptakan aplikasi pendaftaran berbasis
online bernama “RSUD dr. DARSONO”, kini peningkatan standar kualitas pelayanan
dilaksanakan yang ditandai hadirnya Tim Survei Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS) Edisi (Ed) I, dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
yang di pimpin dr. Tumpal Simatupang, berjalan pagi ini (15/07) di ruang
Telusur Medis Lantai 3 RSUD dr. Darsono Pacitan.
Program nasional yang berkomitmen menciptakan rumah sakit
yang mumpuni di Indonesia tersebut akan memotret Rumah Sakit dr. Darsono
Pacitan saat mengimplementasikan standar yang ada, baik menejemen, dokter,
perawat dan lain-lain. “Bagaimana kami disambut merupakan ceriman bahwa RSUD
dr. Darsono berkomitmen untuk maju,” ujar Ketua Tim dr. Tumpal Simatupang.
Bupati Pacitan Indartato menyambut baik momentum ini.
Apalagi, Pemerintah Pacitan memang fokus mengahadirkan rumah sakit mumpuni yang
dapat memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh warga Pacitan. “Mengingat dulu
masyarakat harus berobat keluar kota jika sakit,” ucap Bupati.
Melalui survey yang dilakukan Rumah Sakit Tipe C tersebut
akan semakin menjadi lebih baik serta menjad berkah bagi seluruh masyarakat
melalui profesionalitas yang sesuai dengan standar pusat.
(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).