Fasilitas dan Dukungan untuk Disabilitas Produktif

Beberapa difabel produktif di Kabupaten Pacitan mendapatkan bantuan pelatihan menjahit. Mereka dilatih dari teknik dasar menjahit sampai bisa membuat produk.

“Kami mendatangkan mentor dari BLK Kabupaten Pacitan untuk melatih kewirausahaan dan dua mentor untuk melatih teknik dasar menjahit. Untuk mentor teknik menjahit, merupakan penyandang disabilitas. Kami berharap dengan dimentori sesama penyandang disabilitas ini, peserta pelatihan semakin semangat dan lebih serius sehingga mereka mempunyai keahlian.” Terang Pujono, Kepala Bidang Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial.

Kegiatan pelatihan diikuti 5 orang penyandang disabilitas dan dilaksanakan mulai tanggal 18 Juni – 05 Agustus 2022. Tujuan kegiatan ini agar disabilitas produktif bisa berwirausaha sendiri dan memperbaiki taraf hidupnya. Selain mendapatkan bantuan pelatihan menjahit, para peserta pelatihan juga mendapatkan bantuan mesin jahit.

Secara terpisah, Sumorohadi selaku Kepala Dinas Kabupaten Pacitan mengungkapkan bahwa kegiatan ini tentunya akan memberikan perspektif positif. Mereka juga memiliki hak untuk berusaha dan bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki.

Untuk kedepannya secara bertahap kegiatan pelatihan ini tetap kita adakan lagi secara bergantian agar penyandang difabel yang masih produktif bisa mendapatkan ilmu dan keterampilan serta bisa berwirausaha untuk bekal dalam menjalani kehidupannya di masyarakat. (PemkabPacitan).

Kurasi Produk UMKM Untuk Pemetaan

Bupati Indrata Nur Bayuaji menginginkan ada pemetaan yang akurat terkait status UMKM di Kabupaten Pacitan. Kejelasan status tersebut menurutnya sangat penting untuk mengetahui UMKM mana yang sudah naik kelas serta yang belum sehingga bisa segera menyusul.
“Dengan klasifikasi yang jelas maka akan mudah bagi pemerintah daerah dalam intervensi serta menentukan kebijakan,” ungkap Bupati usai memberikan pengarahan pada acara Kurasi Produk UMKM di Kantor Kadin Kabupaten Pacitan, Rabu (03/08/2022).
Kurasi produk merupakan sebuah proses penyeleksian terhadap produk UKM/IKM yang telah terdaftar sebelum produk tersebut dapat diekspor/dinaikkan kelasnya. Dengan kurasi produk ini maka status UMKM akan lebih jelas mana yang gradenya bisa naik kelas atau yang belum untuk segera mengikuti.
“UMKM kita sudah punya 4 kurator dan kita terus dibina oleh rumah kurasi Jatim. Mereka sudah bersertifikat dan ahli, kita harus belajar dari sana,” katanya kembali.
Kurasi produk yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Pacitan mengambil tema Kurasi Produk Untuk Scale Up UMKM Naik Kelas. Jumlah peserta yang ikut dalam acara tersebut sebanyak 50 UMKM terdiri dari UMKM produk craft, makanan dan minuman, gerabah dan minyak atsiri.
“Setelah dikurasi selanjutnya UMKM akan dipetakan sesuai dengan pasar. UMKM yang masih terbilang tradisional akan kami bantu untuk perijinan mulai NIB dan sertifikasi halal,” terang Ketua KADIN Kabupaten Pacitan Sutomo.
Bagi UMKM yang sudah menjadi angota rumah kurasi selanjutnya akan mendapat pendampingan hingga produk UMKM tersebut siap menuju pasar global. (Prokopim Pacitan / Pemkab Pacitan)

Kontes Kambing PE Ras Kaligesing Digelar Di Pacitan, Bupati Beri Kejutan Kejuaraan Kelas E Betina

Ratusan pecinta kambing kontes dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogja ambil bagian dalam Kontes Kambing PE Ras Kaligesing Tahun 2022 di Kabupaten Pacitan. Kontes yang awalnya untuk wilayah Eks Karesidenan Madiun tersebut berubah menjadi kelas terbuka karena antusiasme peserta yang datang dari berbagai daerah.
Selain dari kabupaten se-Eks Karesidenan Madiun peserta luar daerah yang turut ambil bagian diantaranya dari Kediri, Trenggalek, Malang, Nganjuk dan Pasuruan. Dari wilayah Jawa Tengan ada dari Wonogiri, Solo, Klaten, Magelang, Wonosobo bahkan juga dari Yogyakarta.
“Saya sangat mengapresiasi atas tersenggelaranya kontes kambing ini dan harapannya perekonomian masyarakat akan bertambah dan berkembang, ” kata Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji saat membuka Kontes Kambing PE Ras Kaligesing di Lapangan Desa Ketepung Kecamatan Kebonagung, Minggu (31/07/2022).
Kontes kambing yang diselenggarakan oleh Paguyuban Peternak Kambing Pacitan ini mempertandingkan kelas E betina, kelas E jantan, kelas D betina, Kelas D jantan, Kelas C betina, kelas C jantan, Kelas B jantan dan
Kelas A jantan. Khusus kelas E betina selain kejuaraan resmi juga ada kejuaraan dan hadiah khusus dari Bupati Pacitan dengan kriteria penilaian menurut versi Bupati dan rombongan.
Sementara, menurut perwakilan dari Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) drh. Haryo kontes ini merupakan penantian panjang dari para pecinta kambing domba setelah beberapa kali mengalami penundaan akibat wabah PMK.
“Ada beberapa tujuan orang memelihara kambing domba, ada yang digunakan untuk pengemukan, diperah susunya, untuk multi guna, atau untuk hewan kesayangan. Dan yang kita laksanakan kaki ini adalah kambing domba untuk seni kontes,” katanya.
Kambing domba menurut Haryo memiliki prospek yang besar untuk perekonomian. Bahkan, kontribusinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam satu musim perayaan Idul Adha saja ternak untuk kebutuhan qurban mencapai nominal kurang lebih Rp.69 triliun. Dari jumlah itu Rp.22 triliun dari potensi kambing dan domba.
(Prokopim Pacitan / Pemkab Pacitan)

Bangkitkan Kembali Tradisi Kuno, Bupati Bersama Ratusan Masyarakat Berjalan Kaki Menuju Pantai Pancer Door

Ada beragam cara dilakukan untuk menyambut tahun baru Islam (Syuro). Seperti yang dilakukan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menuju 1 Muharram 1444 H tahun ini. Bersama keluarga, pimpinan perangkat daerah serta berbagai komunitas masyarakat orang nomor satu di Pacitan itu membangkitkan kembali tradisi lama “Mlaku Suroan”.
Mlaku Suroan adalah tradisi berjalan kaki saat malam 1 Muharram/Suro yang dilakukan masyarakat tempo dulu. Tujuanya tak lain adalah tirakatan atau sekedar menikmati malam pergantian tahun hijriyah di pinggir pantai baik Teleng Ria maupun Pancer. Tradisi yang mulai hilang sejak tahun 90-an tersebut kini coba dibangkitkan kembali melalui kegiatan bertajuk “Kangen Mlaku Suroan”.
Berangkat dari depan pendopo kabupaten, mlaku suroan mendapat atensi luar biasa dari lapisan masyarakat. Laki laki perempuan, tua muda bahkan anak-anak turut ambil bagian dalam acara tersebut. Menggenakan ragam pakaian harian khas Pacitan, ratusan pejalan kaki melakukan napak tilas jalur menuju pantai.
“Mudah-mudahan yang kita lakukan malam ini tidak lain tidak bukan adalah bentuk manghayu bagya malam satu suro, bentuk rasa syukur kita dan bentuk lain dari perjuangan kita. Mudah-mudahan nanti semua sampai Pancer berjalan lancar dan semoga harapan serta cita-cita kita di tahun mendatang di kabulkan Allah SWT,” kata Bupati saat acara pemberangkatan.
Keluar dari kompleks pendopo kabupaten rombongan mlaku suroan melintasi jalan Ahmad Yani hingga perempatan Penceng. Selanjutnya menuju jalan Gatot Subroto dan mampir di Kelurahan Ploso dan melanjutkan ke Pantai Pancer Door. Sepanjang perjalanan rombongan mendapat sambutan meriah dari masyarakat. Bahkan, dibeberapa titik tertentu masyarakat sengaja menyediakan minum serta makanan ringan untuk peserta mlaku suroan.
Setelah lebih dari satu jam menempuh perjalanan rombongan mlaku suroan tiba di Pantai Pancer. Tiba di lokasi, Bupati dan peserta lain disambut dengan seni sholawat khataman nabi (slawatan Jawa) oleh masyarakat setempat. Setelah beristirahat sebentar, acara dilanjutkan dengan doa bersama awal tahun dipimpin oleh KH. Fuad Habib Dimyati. Acara ditutup dengan makan bersama nasi bungkus daun pisang (tempelang). (Prokopim Pacitan / Pemkab Pacitan)

Hidupkan Kembali Suroan di Pacitan

Dahulu, setiap malam Satu Muharam sudah menjadi tradisi masyarakat Kabupaten Pacitan maupun luar kota Pacitan untuk datang dan tirakat sepanjang malam. Umumnya mereka berjalan kaki menuju Pantai Pancer atau sekedar menyendiri sembari bermunajat kepada Tuhan.

“Pada saat itu tidak ada hiburan apapun, orang-orang pada datang,” kata Bambang Marhendrawan, Kadis Kominfo Pacitan, mewakili Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menjelaskan sejarah Pacitan saat malam Satu Muharam di masa lalu, (29/07).

Kedatangan orang dari berbagai penjuru kota tersebut oleh bambang ditegaskan sebagai sarana untuk introspeksi dan seraya berbenah di akhir tahun. Selebihnya usai memanjatkan doa akhir dan awal tahun, orang-orang bakal melakukan kegiatan positif hingga terbit fajar dengan dzikir maupun sholawat. “Tidak sedikit juga kok yang memilih untuk tafakur di masjid-masjid bahkan di Masjid Agung (Darul Falah),” lanjut Bambang.

Kini pemerintah mencoba untuk merestorasi kembali budaya lama khas Pacitan tersebut, tangan dingin Bupati Pacitan di momentum pasca pandemi ini diharap menjadi cikal bakal kembali menggeliatnya melekan di Pacitan.

Selain sebagai upaya membangkitkan budaya asli, Bupati juga berkenan untuk membangkitkan sektor ekonomi, yakni Pariwisata. Meski yang menjadi pondasi utama seluruh rangkaian di Pacitan adalah upaya berbenah dari masing-masing individu di tahun yang baru.

“Bukan tanpa alasan banyak orang yang memilih Pacitan sebagai tempat untuk menghabiskan satu Suro. Kita punya pondok pesantren tertua bahkan kita punya sejarah yang luar biasa di masa yang tergambar di situs purbakalanya,” ungkap Bambang melanjutkan.

Berbagai kegiatan yang dikemas masyarakat di berbagai wilayah, baik dari desa maupun komunitas menurut bambang adalah kreatifitas dari masing-masing wilayah, pertunjukan wayang yang syarakat akan makna budaya dan sejarahnya yang bisa dipetik hikmahnya dan acara lain merupakan kearifan.

Namun yang pasti pihaknya menegaskan bahwa hal tersebut adalah bungkus, sedang isi dari kandung malam satu Muharram adalah intropeksi, melihat hal-hal setahun terakhir dan lantas memperbaikinya untuk menjadi lebih baik di tahun berikutnya.

“Nanti Bapak Bupati akan melakukan mlaku bareng dari Pendopo ke Pancer Door,” tambah Bambang. Kegiatan resmi pemerintah tersebut dibuka untuk umum, siapapun dipersilahkan untuk mengikuti acara tersebut bersama Bupati. (PemkabPacitan).