Pernikahan anak menjadi permasalahan serius di Kabupaten Pacitan. Tapi itu dulu, menurut data dari Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pacitan menunjukan setiap tahun angka terus menurun, namun demikian Pemerintah melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) enggan kecolongan, berbagai sikap ditunjukan seperti mengumpulkan instansi terkait serta perwakilan pelajar se-Kabupaten Pacitan.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Ratna Susy Rahayu menyampaikan pernikahan anak mesti disikapi serius walaupun tren terus turun. Karena angka bisa saja kembali naik jika pemerintah teledor. Apalagi banyak hal negatif mengancam pelaku, mulai gangguan mental, gangunan kesehatan jasmani, bahkan kondisi bayi yang dilahirkan berpotensi stunting. “Kami juga memberikan pengetahuan terhadap penyakit anemia, penyakit ini banyak terjadi pada generasi muda,” ujar Ratna.

Kegiatan yang masuk dalam Rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2019 tersebut bukan satu-satunya, Ratna membeberkan berbagai pendekatan terhadap remaja terus dilakukan disepanjang tahun baik kesekolah-sekolah maupun ke komunitas-komunitas remaja. tidak jarang Dinkes mendatangkan para tokoh remaja untuk memberi motivasi kepada mereka. “Mengingat remaja acapkali mengikuti gaya orang yang dikagumi, seperti artis dan lain-lain,” tambah Dia.

Agnes Safitri Adi salah satu narasumber yang diundang dalam acara itu secara gamblang memaparkan berbagai kerugian ketika anak memilih menikah diusia muda yakni di bawah 19 tahun. Kenyataan yang disampaikan tersebut dipastikan dapat merangsang remaja untuk berfikir dua kali ketika hendak menikah muda atau hal-hal yang bisa menimbulkan hamil sehingga berujung pada Marred By Accident (MBA). Kendati tersebut peran orang tua dan lingkung sudah barang tentu nomor satu. “Pernikahan anak juga berdampak kondisi ekonomi hingga pesikologi,” ujar Dokter Spesialis Ibu Dan Anak tersebut.

Enggan forum tersebut berakhir sia-sia, Agnes mengharap kehadiran Media benar-benar nyata, sehingga seluruh khalayak dapat ikut mengerti kondisi tersebut, karena menurutnya pernikahan anak erat hubungannya dengan tradisi dan budaya di wilayah tersebut, jadi perubahan tidak serta merta terjadi begitu saja mesti terus menerus dan berkelanjutan.

Bangsa Indonesia yang akan mendapat bonus demografi harus didukung, masyarakat Kabupaten Pacitan sudah pasti ingin terlibat di kabar gembira itu dengan menjadi bagian dari 18 persen usia produktif Indoneisa di Dunia, ramalan itu tahun 2050 bangsa Indonesia diperkirakan berada pada urutan ke-4 ekonomi global. Momentum itu harus disikapi dengan berbagai progam supaya generasi muda yang digadang benar-benar berkualitas dalam rangka membangun Indonesia. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

WhatsApp chat