Dari Dalam dan Luar Kota; Berebut Piala Bergengsi Bupati

Memeriahkan HUT RI Ke-78 para atlet catur dari tingkatan pelajar dan umum turut andil dalam pesta kemerdekaan.

Digelar di Gedung Karya Dharma Pacitan, ratusan peserta baik dari dalam dan luar kota ikut merebutkan Piala Bupati. Digelar 2 hari berturut-turut yakni 12 sampai dengan 13 Agustus 2023.

Resi Aji Pelaksana kegiatan dari Percasi Kabupaten Pacitan menyebut, regu yang bertanding mengalami peningkatan secara signifikan. “Yang senior, tahun lalu hanya 16 regu, kini sampai 60 regu bertanding,” tegas Resi.

Sementara di kelas pelajar, pihaknya mengaku antusiasme lahir dari kota-kota dari luar Kabupaten Pacitan. Mereka tertantang untuk andil dan turut memeriahkan kegiatan ini, sekaligus berusaha memboyong piala bergengsi Bupati.

Secara umum Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) mengaku turnamen ini dimaksudkan sebagai sarana mengasah kemampuan para atlet catur dan wadah pencarian bibit unggul asal Pacitan, mengingat tidak lama lagi dihelat kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim.

Sejalan dengan program prioritas dalam bidang pemuda dan olahraga yakni pembinaan atlet sejak dini.

“Untuk itu, Pemkab mengajak seluruh pelatih cabang olah raga agar terus melakukan kaderisasi dan semangat mengikuti kejuaraan,” kata Turmudi, kepala Disparbudpora dikesempatan terpisah (14/08/2023).

Ada Peserta dari Pacitan di ToT KAP Intensif UNICEF Indonesia

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi komunikasi perubahan perilaku menekankan proses dialogis antara tenaga kesehatan sebagai komunikator dengan komunitas, baik secara individual maupun kelompok.

Selain itu, intervensi komunikasi perubahan perilaku pun perlu membangun lingkungan pendukung yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berinisiatif, mempraktikkan, dan mempertahankan perilaku positif, sehingga program-program kesehatan dapat berjalan efektif dan efisien sesuai harapan.

Tanpa komunikasi yang tepat sasaran dan efektif, upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesadaran tentang pola hidup sehat, serta mengatasi berbagai isu kesehatan dapat mengalami hambatan signifikan.

Pokja RCCE+ dan Forum Pelatih KAP yang didukung oleh UNICEF Indonesia menyelenggarakan pelatihan “Training of Trainer Komunikasi Antar Pribadi (ToT KAP) Intensif Angkatan 1” secara in class dan praktik lapangan. Peserta pada ToT KAP Intensif Angkatan 1 ini dipilih melalui seleksi dari ratusan pendaftar dan diambil sebanyak 20 orang yang berasal dari berbagai instansi dan provinsi di Indonesia salah satunya adalah AMINATU ROFI’AH, S.KM, Petugas Promosi Kesehatan dari Puskesmas Gemaharjo, Kab. Pacitan yang merupakan perwakilan dari Provinsi Jawa Timur.

ToT KAP Intensif Angkatan 1 ini dilaksanakan di Hotel Aviary, Bintaro, Tangerang Selatan mulai tanggal 7-11 Agustus 2023 dengan Pelatih Risang Rimbatmaja, Spesialis Komunikasi Perubahan Perilaku dari UNICEF Indonesia.

Rangkaian dalam kegiatan ToT KAP antara lain: Pendalaman Metode Komunikasi Antar Pribadi, Praktik lapangan edukasi warga, praktik melatih komunikasi tenaga kesehatan dan kader, dan menyusun rencana aksi melatih.

Aminatu Rofi’ah menyampaikan bahwa pelatihan ini diharapkan dapat menciptakan para pelatih komunikasi yang mumpuni, yang nantinya akan mengimplementasikan dan menyebarkan pengetahuan dan keterampilan ini ke berbagai wilayah di Indonesia, Pacitan dan Jawa Timur khususnya. Sehingga, pesan-pesan kesehatan yang lebih efektif dan berdampak positif dapat disampaikan, dan masyarakat dapat lebih sadar dan berperan aktif dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka.

Peselancar Dalam dan Luar Negeri Ramaikan Kompetisi The Hidden Point Competition Pacitan

Tak hanya dikenal karena keelokan alamnya, Kabupaten Pacitan yang berada di kawasan ujung Barat Daya Jatim ini juga menjadi tujuan favorit para pecinta wisata olahraga. Dewasa ini sport tourism cukup berkembang di Kota 1001 Gua. Salah satunya surfing (selancar).

Setelah terhenti selama 2 tahun karena COVID-19, Minggu (13/8/2023). kompetisi surfing The Hidden Point kembali digelar di Pantai Pancer Door.
“Mempertandingkan 4 kategori, open long board, soft board, under 16, dan expression session,” terang Ketua Pacitan Surfing Club (PSC) yang juga ketua panitia kegiatan, Khoirul Amin.

Menurut Amin, dipilihnya Pancer Door untuk spot surfing karena mempertimbangkan peserta yang rata-rata surfer pemula. Tentu saja cukup berbahaya jika dilaksanakan di lokasi seperti Pantai Watukarung.

“Intinya tujuan kita untuk menciptakan atlet muda sekaligus persiapan Pra PON (pekan olahraga nasional) di Bali,” tambahnya terkait event yang diikuti 48 peserta.

Sementara itu Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir pada ajang itu mengakui event kali ini lebih menarik. Pasalnya, peserta tidak hanya atlet lokal. Beberapa peserta luar daerah juga turut berpartisipasi.

“Beberapa surfer mancanegara juga turut menyemarakkan event yang sudah menginjak edisi ke 15 ini. Tentu ini sangat bagus untuk promosi wisata kita,” kata Mas Aji yang juga menjajal langsung empasan ombak Laut Selatan.

Masih menurut Aji, pengembangan wisata surfing selama ini banyak dilakukan komunitas. Tentu saja ada alasan tersendiri. Para pegiat dinilai lebih paham kebutuhan.

Di sisi lain pemkab juga tak berpangku tangan. Pihaknya berupaya membantu meningkatkan kapasitas SDM melalui workshop surfing maupun penjaringan bibit muda melalui ektrakurikuler di sekolah.

“Surfer Pacitan sudah mendapat nama di Pulau Jawa, tapi masih kalah dengan Bali,” tutur pimpinan daerah yang hobi surfing sejak muda.

Diakuinya, Pacitan memiliki banyak spot surfing kelas dunia. Bahkan, beberapa kawasan di Pacitan kerap dijadikan lokasi penyelenggaraan kejuaraan surfing internasional. Selain Pancer Door, spot lain yang digandrungi peselancar adalah Pantai Watukarung.

 

Diresmikan 17 Agustus Nanti; Pacitan Bangga Punya Museum Dan Galeri Seni SBY-Ani

Bangga, Salah satu Museum kepresidenan terbesar di dunia yakni Museum Dan Galeri Seni SBY-Ani akan diresmikan 17 Agustus mendatang. Kabar tersebut disampaikan Direktur Eksklusif Museum Dan Galeri Ossy Dermawan kemarin (12/082023) di Pendopo Kabupaten.

Membutuhkan waktu 3,5 tahun proses pembangunan, nantinya Museum dan Galeri Seni SBY-Ani tersebut bakal menjadi warisan bagi Kabupaten Pacitan dan generasi muda.

“Setiap presiden diberi hak untuk membangun museum, sebagai legasi bagi generasi muda,” ungkap Ossy. Dimana museum akan dibuka untuk umum sehari setelahnya, yakni (18/08/2023).

Bangunan ini merupakan rekam jejak putra terbaik Pacitan dalam meniti karir, dari militer hingga memimpin Indonesia sebagai Presiden RI Ke-6 selama 2 periode.

“Pacitan membentuk karakter dan kepemimpinan beliau, prinsip kehidupan beliau, semua tidak lepas dari tanah Pacitan,” paparnya.

Tidak hanya potret perjalanan seorang SBY, Museum dan Galeri juga menyimpan Buku, puisi, lukisan dan bahkan jejak pengabdian SBY. Sehingga diharap museum menjadi kebanggan masyarakat Pacitan, Jawa Timur serta Indonesia.

Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Sekda Pacitan Heru Wiwoho Supardi Putra dan sejumlah pejabat lingkup Pemkab. (PemkabPacitan).

 

Begini Pentingnya Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Bayi Cegah Kebisuan

Gangguan pendengaran dapat terjadi pada beragam usia. Mulai anak-anak, remaja, hingga usia tua. Dalam beberapa kasus, kasus gangguan indera pendengaran dapat diatasi. Kuncinya adalah deteksi dini serta penanganan secara tepat.

“Yang penting sebenarnya waktu bayi. Karena kalau bayi lahir kemudian dia tidak bisa mendengar kemunginan besar dia akan menjadi bisu,” kata pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr Puguh Setyo Nugroho, Sp.THT-KL Sabtu (24/6/2023).

Jika hal tersebut terjadi, tentu saja kurang baik bagi masa depan penderita. Mulai dari dampak pada kehidupan, sosialisasi, maupun pendidikannya. Oleh karena itu dokter umum yang ada diharapkan berperan aktif melakukan deteksi dini di wilayah kerja masing-masing.

Bayi dengan risiko lebih tinggi gangguan pendengaran, lanjut Puguh, adalah yang lahir dengan kelainan khusus. Semisal bayi prematur, gangguan jalan lahir, maupun bayi dengan gejala penyakit kuning. Tentu saja, orang tua berperan penting memantau perkembangan anak di usia dini.

“Ketika kemudian (bayi) usia 8 bulan dia tidak respons ketika dipanggil atau dalam bahasa kita ‘dikudang’ nggak respons, ada suara keras nggak noleh, maka kita harus curiga,” ujarnya di sela Seminar dan Pelatihan ‘Penatalaksanaan Penyakit Telinga Hidung Tenggorok’ di RSUD dr Darsono, Pacitan.

Saat seorang bayi menginjak usia 2 tahun namun belum mampu bicara, imbuh Puguh, orang tua wajib memberi perhatian khusus. Rekam jejak si bayi sejak lahir pun harus dibuka. Hal itu untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kelainan pendengaran.

“Kalau gangguan pendengaran terjadi saat anak berusia di bawah 2 tahun, sebelum dia bisa bicara, maka kemungkinan besar anak ini akan menjadi bisu. Karena periode usia emas itu 8 bulan sampai 2 tahun,” katanya.

“Periode emas itu mereka belajar untuk bicara. Untuk bicara maka dia harus mendengar. Yang mereka dengar sejak lahir sampai usia 8 bulan itu ya bahasa ibunya. Sehingga syarat untuk bicara, dia harus bisa mendengar,” tambah dokter kelahiran Punung, Pacitan tersebut.

Dia pun membeberkan teknologi mutakhir yang mampu mengoreksi gangguan pendengaran berat hingga kembali berfungsi sempurna. Yaitu dengan implan koklea atau rumah siput. Informasi semacam itu, lanjut Puguh, penting diketahui masyarakat sehingga kasus dapat ditangani tanpa menunggu penderita dewasa.

Pada kesempatan sama, Plt Dinas Kesehatan Pacitan dr Daru Mustikoaji memaparkan masih minimnya jumlah tenaga medis di bidang tersebut. Sejauh ini tercatat hanya 1 dokter spesialis THT di Kota 1001 Gua. Tentu hal tersebut tak sebanding dengan jumlah penduduk yang mencapai 500 ribu orang lebih.

“(Dokter spesialis) THT, Syaraf minimal di rumah sakit ada 2. Dan untuk (poli) yang besar seperti bedah, obgyn, penyakit dalam, penyakit anak itu ada 3 idealnya,” kata dr Daru.

Tentu saja kondisi itu mengharuskan upaya lebih keras untuk menyosialisasikan tata cara mengetahui gangguan pendengaran kepada masyarakat. Di sisi lain dinkes berupaya memanfaatkan jejaring dokter umum di wilayah untuk skrining warga. Jika didapati gejala, dapat segera ditindaklanjuti pada fasilitas kesehatan lebih atas.

“(Alat uji pendengaran) Garpu Tala saja kita baru ada sekitar 30 persen dari total jumlah dokter. Ini juga masih jadi pekerjaan rumah kita bersama,” katanya terkait perlunya peningkataran sarana. (Pemkabpacitan)