Bupati Pacitan Indartato sekaligus Ketua Satgas Penanganan
Covid-19 Kabupaten Pacitan kembali mengumumkan penambahan pasien positif
Covid-19. Ini disampaikan Bupati (26/04) di Halaman Wingking Lingkup Pemkab
Pacitan. “Hari ini kita prihatin, karena yang positif menjadi 2 orang,” kata
Bupati.
Pasien dari Kecamatan Pacitan tersebut dapat terjangkit
Covid-19 lantaran kontak aktif dengan pasien pertama, sedang status pasien
positif tersebut sebelumnya Orang Tanpa Gejala (OTG).
Dr. Hendra Purwaka Kadinkes Pacitan menyampaikan,
pemeriksaan tes cepat atau Rapid Tes hasil ditunjukkan Negatif, namun satgas
penanganan Covid-19 enggan kecolongan sehingga dilakukan Swab Tes, secara
mengejutkan hasil tes menunjukkan hasil yang positif.
Terpaksa saat ini yang bersangkutan harus menjalani
karantina di Rumah Sakit dr. Darsono Pacitan.
Bertambahnya satu pasien di Kabupaten Pacitan tersebut
membuat pemerintah melakukan upaya lebih keras.
Senin besok (27/04) pemerintah akan melaksanakan tes kepada
66 orang santri dan santriwati dari pondok temboro. Tes dilakukan di rumah
sakit ataupun di puskesmas. “Mudah-mudahan hasilnya negatif,” harap Bupati.
(budi/rozaq/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Ini Dia Riana Wardani, seorang Promkes yang berdinas di Puskesmas Pembantu Desa Jeruk, Bandar, dikenal tidak kenal waktu menyumbangkan seluruh tenaganya mensosialisasikan pencegahan virus Corona hingga di luar wilayah kerjanya di Kecamatan Bandar.
“Setiap pasaran Pon dan Legi (Pasar di Kecamatan Bandar) mbak Riana selalu membawa megaphone dan bengok-bengok. selain itu Dia selalu ada di perbatasan menyemprotkan disinfektan,” kata Suwoto Camat setempat saat mendampingi Riana memperoleh penghargaan dari Bupati Pacitan Indartato sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan, pagi ini (23/04) di Halking Pendopo Kabupaten.
Mendengar kisah yang disampaikan Suwoto, Luki Indartato ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan sekaligus istri Bupati tertegun atas berbagai kesah Kartini muda dari Kabupaten Pacitan itu. “Mbak Riana yang jauh dari keluarga tetap bisa melakukan hal yang luar biasa, tanpa pamrih dan tidak pernah mengeluh,” kata Luki.
Semangat Riana dalam bekerja demi kemanusiaan itu juga turut dirasakan Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, di kesempatan yang sama ia memuji semangatnya mencegah virus Corona supaya tidak semakin merugikan orang banyak, tak peduli kulitnya tangan dan lengannya legam terpapar terik matahari.
“Orang yang semangat seperti ini tolong di perhatikan (Dinkes Pacitan),” ujar Wabup. Supaya semangat Riana sebagai Kartini masa kini, merangsang Riana lain untuk berkarya melalui wadah masing-masing untuk kemajuan diri, orang sekitar dan Kabupaten Pacitan.
Namun, perempuan 27 tahun tersebut merasa belum melakukan apa-apa, ia merasa banyak yang lebih pantas menerima penghargaan ini. “Masih banyak teman dan senior saya yang lebih pantas diundang ke Halking,” katanya rendah hati.
Namun pengakuan tersebut atas dasar pemikiran orang disekitar yang menyaksikan langsung semangatnya, penghargaan itu kini telah disematkan kepada perempuan yang hobi lintas alam dan menanam pohon tersebut. “Kini tidak ada kata lain selain lebih giat lagi berbuat sesuatu demi masyarakat,” kata Dia.
Melihat perjuangan petugas, sudah selayaknya sebagai masyarakat mematuhi setiap peraturan yang diberlakukan. Seperti selalu menggunakan masker saat di luar rumah atau saat interaksi dengan orang lain. Supaya tidak merugikan orang lain dan orang yang kita cintai.(budi/rozaq/riyanto/rach/tika/DiskominfoPacitan).
Ini Dia Riana Wardani, seorang Promkes yang berdinas di
Puskesmas Pembantu Desa Jeruk, Bandar, dikenal tidak kenal waktu menyumbangkan
seluruh tenaganya mensosialisasikan pencegahan virus Corona hingga di luar
wilayah kerjanya di Kecamatan Bandar.
“Setiap pasaran Pon dan Legi (Pasar di Kecamatan
Bandar) mbak Riana selalu membawa megaphone dan bengok-bengok. selain itu Dia
selalu ada di perbatasan menyemprotkan disinfektan,” kata Suwoto Camat
setempat saat mendampingi Riana memperoleh penghargaan dari Bupati Pacitan
Indartato sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan, pagi ini (23/04)
di Halking Pendopo Kabupaten.
Mendengar kisah yang disampaikan Suwoto, Luki Indartato
ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan sekaligus istri Bupati tertegun atas
berbagai kesah Kartini muda dari Kabupaten Pacitan itu. “Mbak Riana yang
jauh dari keluarga tetap bisa melakukan hal yang luar biasa, tanpa pamrih dan
tidak pernah mengeluh,” kata Luki.
Semangat Riana dalam bekerja demi kemanusiaan itu juga turut
dirasakan Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, di kesempatan yang sama ia memuji
semangatnya mencegah virus Corona supaya tidak semakin merugikan orang banyak,
tak peduli kulitnya tangan dan lengannya legam terpapar terik matahari.
“Orang yang semangat seperti ini tolong di perhatikan
(Dinkes Pacitan),” ujar Wabup. Supaya semangat Riana sebagai Kartini masa
kini, merangsang Riana lain untuk berkarya melalui wadah masing-masing untuk kemajuan diri,
orang sekitar dan Kabupaten Pacitan.
Namun, perempuan 27 tahun tersebut merasa belum melakukan
apa-apa, ia merasa banyak yang lebih pantas menerima penghargaan ini. “Masih
banyak teman dan senior saya yang lebih pantas diundang ke Halking,” katanya
rendah hati.
Namun pengakuan tersebut atas dasar pemikiran orang
disekitar yang menyaksikan langsung semangatnya, penghargaan itu kini telah
disematkan kepada perempuan yang hobi lintas alam dan menanam pohon tersebut.
“Kini tidak ada kata lain selain lebih giat lagi berbuat sesuatu demi
masyarakat,” kata Dia.
Melihat perjuangan petugas, sudah selayaknya sebagai
masyarakat mematuhi setiap peraturan yang diberlakukan. Seperti selalu
menggunakan masker saat di luar rumah atau saat interaksi dengan orang lain.
Supaya tidak merugikan orang lain dan orang yang kita cintai.(budi/rozaq/riyanto/rach/tika/DiskominfoPacitan).
Selalu ramai menjadi perbincangan dalam komentar media resmi
Pemkab Pacitan. Saat Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Pacitan men-share
berita soal penyerahan bantuan Beras 10 Kilogram kepada masyarakat terdampak
Covid-19.
Lalu siapakah sebenarnya yang berhak menerima bantuan
tersebut? Pemkab Pacitan beberapa kali menginformasikan sarat penerima bantuan
dari Jaring Pengamanan Sosial. Kali ini akan kembali diulas supaya masyarakat
semakin memahaminya.
Jubir Satgas Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto mengatakan,
pertama penerima bantuan ini ditujukan kepada masyarakat yang jatuh miskin
karena pandemi Covid-19. Menyebabkan mereka kesulitan atau sama sekali tidak
dapat mencukupi kebutuhan pangannya. “Pekerja Informal seperti itu harus kita
bantu,” kata Rachmad (22/04).
Kurang mampu saja tidak cukup, bagi yang sudah tercatat
dalam program BLT Non Tunai, Grindulu Mapan, PKH dan Rastra tidak akan
memperoleh Jaring Pengamanan Sosial karena duplikasi.
Kemudian masyarakat yang Positif Covid-19 dari tes Swab dan
harus menjalani karantina atau perawatan di rumah sakit. Mereka dijamin
kebutuhannya seperti pangan dan obat-obatan yang diberikan. Termasuk biaya
kamar.
“Masyarakat harus jujur. Jangan mengambil hak orang lain,
begitulah caranya mendukung program pemerintah,” ungkap Rachmad.
Diancam Hukuman Mati
Masyarakat tidak perlu cemas memikirkan penyaluran bantuan
jaring Pengamanan Sosial tersebut, pemerintah akan berpikir seribu kali jika
memiliki niat menyelewengkan anggaran. Sesuai dengan Kejaksaan yang telah
me-Warning akan menghukuman mati kepada pelaku yang memainkan dana kemanusiaan
tersebut.
Ikuti saja mekanismenya, jika diketahui dan benar ada
permainan saat penyaluran laporkan saja kepada pemerintah atau kepada aparat
berwenang. “Penyaluran ini semua sudah ada peraturannya,” terang Dia.
Pada Fase pertama Penanganan Covid-19 di Pacitan pemerintah
menyiapkan anggaran sebesar Rp. 25 Miliar hingga akhir Mei 2020. Jika kondisi
belum dapat stabil maka Fase kedua saat ini telah disiapkan hingga akhir
Agustus 2020.
“Jika perlu seluruh APBD diperuntukkan untuk menangani
Covid-19, meski tetap harus melewati mekanisme yang berlaku” pungkas Rachmad.
(budi/rach/riyanto/tika/DiskominfoPacitan).
Donorojo – Seorang anak perempuan mengendarai sepeda mini di sebuah jalan sepi. Dia lalu berhenti. Usai membuka masker yang menutup mulut dan hidung, dirinya lalu menyampaikan serangkaian pesan.
“Hari ini tanggal 22 April 2020 kita semua memperingati Hari Bumi,” begitu kalimat pembuka yang diucapkan Diah Ayu San Kamila, siswi SMPN 2 Donorojo dalam rekaman video seperti dilihat, Rabu (22/4).
Diah lalu menyampaikan ajakan untuk sesaat meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil, baik mobil maupun motor. Sebagai gantinya, dia mengajak masyarakat meluangkan waktu mengayuh sepeda.
“Karena bersepeda merupakan salah satu upaya kita agar udara menjadi lebih bersih dan tidak tercemar,” ucap siswi yang masih duduk di kelas VIII tersebut.
Dimulai dari langkah kecil seperti itu, menurut Diah, masyarakat dapat berkontribusi bagi terciptanya lingkungan yang bersih, asri, serta mengurangi polusi. “Come on!” serunya sembari melanjutkan kayuhan sepedanya.
Diah hanyalah satu dari 20-an siswa yang menampilkan kreasi saat peringatan Hari Bumi. Karya lainnya berupa poster maupun cipta lagu. Semuanya berisi pesan pentingnya menjaga planet Bumi dari kerusakan dan pemanasan global.
Beragam thema pun diangkat. Semisal tentang konservasi alam, hemat air, serta hemat energi. Ada pula yang mengangkat isu polusi akibat penggunaan plastik. Hal itu lalu disertai imbauan agar membiasakan diri membawa tas dari rumah saat berbelanja.
“Itu semua kreativitas anak-anak. Kami menyemangati saja,” ujar Iswanti (39), pengajar di sekolah tersebut dikonfirmasi melalui telepon.
Sebelumnya, imbuh guru Bahasa Inggris tersebut, pihaknya memang menyampaikan pemberitahuan kepada siswa. Isinya agar mereka membuat karya kreatif berisi pesan bijak terkait Hari Bumi.
Selama ini, lanjut Iswanti, SMPN 2 Donorojo berstatus sekolah adiwiyata. Karenanya kelestarian lingkungan merupakan salah satu aspek yang dibudayakan di lingkungan sekolah.
Sejumlah lembaga nirlaba internasional pun aktif mendukung kegiatan di sekolah yang terletak di Desa Kalak tersebut. “Karya anak-anak ini selanjutnya kami posting di Instagram,” katanya. (PS/PS/Diskominfo)