Dinamika Masyarakat Pacitan menjadi Perhatian Bakesbangpol Kabupaten Tulungagung

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Pacitan Hari ini (23/12) kembali menerima tamu. Kali ini kunjungan kerja dari Bakesbangpol Kabupaten Tulungagung. Dalam kunjungan ini, Bakesbangpol Kabupaten Tulungagung sharing soal langkah-langkah yang telah ditempuh dalam pencegahan dan penanganan konflik selama Tahun 2021 di masing-masing wilayah.

“Saling belajar untuk memelihara keamanan dan kenyamanan wilayah,” kata Tri Mudjiharto, Kepala Bakesbangpol Kabupaten Pacitan.

Menurut Eko Hadi Prabowo, Kapala Sub Bidang Anggaran Program dan Keuangan Bakesbangpol Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Pacitan punya potensi besar terkait dinamika masyarakat, kesatuan bangsa dan politik, sehingga harus saling mengunjungi untuk bertukar informasi. (BakesbangpolPacitan/DiskominfoPacitan)

Sekretariat BKAD Pawonsari Berpindah

Setelah 3 tahun berada di Kabupaten Pacitan Sekretariat BKAD (Badan Koordinasi Antar Daerah) Pawonsari (Pacitan Wonogiri Wonosari) resmi berakhir. Selanjutnya sekretariat BKAD Pawonsari akan berpindah ke Kabupaten Wonogoiri Provinsi Jawa Tengah. Ini sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati Gunung Kidul No. 305 tahun 2002, 06 tahun 2002, 242/KPTS/2002 tentang Pembentukan Sekretariat Badan Kerjasama Antar Daerah BKAD.
Sekretariat BKAD Pawonsari dirancang bergilir tiap tiga tahun sekali. Untuk mempermudah koordinasi antara ketiga kabupaten. Acara serah terima Sekreatriat BKAD Pawonsari berlangsung Kamis (23/12) di Halaman Wingking (Halking) Pendopo Kabupaten Pacitan. Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dan Wakil Bupati Pacitan Gagarin, Sekda Wonogiri Hariyono mewakili Bupati Wonogiri serta Siwi, Asisten Pemerintahan Kabupaten Gunung Kidul mewakili Bupati Gunung Kidul.
Serah terima Sekretariat BKAD Pawonsari ditandai dengan penyerahan buku memori strategis dan stempel BKAD Pawonsari dari ketua sekretariat lama Sekda Pacitan Heru Wiwoho kepada Sekda Wonogiri disaksikan Bupati Pacitan dan perwakilan dari Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul serta Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul. (Humas Pacitan / Pemkab Pacitan)

Komunikasi dan Edukasi Kunci Utama Kurangi Risiko Bencana

Pada situasi darurat, tentu pola komunikasi bencana serta informasi yang tepat dan berguna akan menjadi salah satu modal utama bagi petugas dan relawan di lapangan, baik itu bagian tim relawan lapangan yang bertugas melakukan evakuasi, maupun relawan yang mengurusi posko pengungsian.

Dalam suatu keadaan darurat baik dalam skala kecil, menengah atau besar, unsur komunikasi adalah salah-satu komponen yang berperan menentukan terhadap berhasil atau kurang berhasil, bahkan gagalnya suatu operasi penyelamatan dan pengerahan bantuan penanganan serta penanggulangan terhadap kejadian musibah atau bencana. Dari kondisi tersebut alat komunikasi yang dapat digunakan dalam kondisi darurat (saat listrik padam) adalah radio.

Berangkat dari latar belakang tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan menggelar acara Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Komunitas Radio dan Informasi yang bertempat di Gedung Pertemuan UPT PPP Tamperan, (22/12). Kegiatan tersebut diikuti oleh komunitas radio dan nelayan.

“Transparansi komunikasi adalah kunci dari pengurangan risiko bencana. Mengetahui ancaman berarti kita bisa mengetahui apa yang harus dipersiapkan. Untuk itu diperlukan kolaborasi dari banyak pihak dalam menyampaikan tentang pengurangan risiko bencana,” terang Didik dalam sambutannya

Pihaknya juga menekankan bencana merupakan tanggung jawab bersama. Yang terancam, yang tahu, yang tinggal di wilayah risiko bencana adalah masyarakat sendiri, sehingga masyarakat harus mampu menyelamatkan diri sendiri dengan edukasi bencana yang dimiliki.

Karena bencana sesungguhnya bukanlah gempa bumi dan tsunami, tapi ketidaktahuan akan ancaman bencana yang ada disekitar kita. Pengetahuan akan kebencanaan tidak diberikan untuk membuat ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat, namun sebagai langkah kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang harus diciptakan agar masyarakat dapat hidup harmonis dengan alam.

Pemaparan beragam materi yang pertama disampaikan oleh Diannitta Agustinawati dari BPBD Pacitan terkait Sinergitas Pentahelix dalam penanggulangan bencana. Selanjutnya oleh Wira Swastika dari Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Pacitan mengenai Dukungan Diskominfo Pacitan dalam kesiapsiagaan bencana.

Selanjutnya dari Orari Pacitan mengenai Etika dan Prosedur Komunikasi Radio dalam Penanggulangan Bencana yang disampaikan oleh Agus Hadi Prabowo. Materi terakhir disampaikan oleh Ronny Wahyono selaku Ketua Rapi terkait Peran Organisasi Rapi terkait Penanggulangan Bencana.

Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat merubah apa yang selama ini dilakukan agar perilaku pengurangan risiko bencana dapat diciptakan secara dua arah, dari bawah ke atas dari lingkaran sosial paling kecil yaitu keluarga sampai institusi pemerintahan maupun sebaliknya, karena kunci dari pengurangan risiko bencana adalah edukasi dan komunikasi. Dengan begitu akan mampu menciptakan budaya sadar bencana melalui ketangguhan masyarakat yang siap untuk selamat dengan mengetahui langkah-langkah pengurangan risiko bencana. (BPBDPacitan/DiskominfoPacitan).

Hari Ibu Dan Kisah Diyana Lestari

“Aku tidak bisa menggambar. Karena ingin ikut lomba foto hari ibu, aku minta tolong digambarkan ibu dan bapakku yang sudah tiada”
Itulah sepenggal curahan hati Diyana Lestari. Bocah belia yang baru duduk di kelas 3 SDN Gemaharjo Tegalombo. Kisahnya mengharu biru, kala narasi perjalanan hidup bocah yatim piatu itu turut dibacakan dalam peringatan Hari Ibu ke 93 di Pendopo Kabupaten, Rabu (22/12).
Sontak, kisah tersebut membuat Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji bersama isteri serta hadirin yang lain terpaku haru. Diyana yang berkeinginan mengikuti lomba foto memperingati hari ibu terpaksa memendam hasrat karena tiada mengenal wajah ayah bundanya. Sejak usia 3 bulan Diyana menjadi yatim karena sang bunda telah tiada. Pun demikian dengan sang ayah yang menyusul meninggalkan Diyana kecil saat usianya baru 5 tahun.
Sebagai seorang perempuan sekaligus seorang ibu, Ny. Efi Suraningsih tak kuasa menahan pilu. Tangis isteri Bupati Indrata Nur bayu Aji itu pun pecah. Seketika Ketua TP PKK Kabupaten Pacitan itu menghampiri Diyana. Memeluk, mencium dan mengusap rambut sang yatim piatu penuh kasih.
“Diyana yang kuat ya, semoga ananda menjadi anak yang pintar, sukses bermanfaat untuk sesama membanggakan orang tua,” ucapnya sambil terisak.
Dengan wajah polos Diyana tersenyum bahagia mendapat apresiasi langsung dari Bunda PAUD Kabupaten Pacitan. Air matanya turut menetes namun itu adalah ungkapan bahagia. Pelukan hangat Ny. Efi Suraningsih seakan menjadi jawaban kerinduannya akan pelukan hangat seorang bunda.
Untuk Diyana, ibunda dari Pinayung Bhaskara Putri Azzahra itu memberikan cinderamata khusus. Sebuah boneka berbahan benang rajut yang dibuat sendiri oleh Isteri bupati. Kisah Diyana Lestari terangkat pertama kali setelah narasi curahan hati yang disertai gambar sederhana sosok ayah dan bunda diunggah di media sosial sdn5gemaharjo_41.
Masih dalam situasi pandemi covid 19, Hari Ibu Dan Kisah Nadia ke-93 tahun 2021 di Kabupaten Pacitan diperingati dengan sederhana. Prosesi puncak dilaksanakan di Pendopo Kabupaten. Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Pacitan, Forkopimda masing masing beserta isteri. (Humas Pacitan / Pemkab Pacitan)

Karanganyar Ingin Adem, Ayem lan Tentrem Seperti Pacitan

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Karanganyar Hari ini (21/12) bersilaturahmi dengan Bakesbangpol Kabupaten Pacitan, dengan sambutan hangat oleh Tri Mudjiharto, Kepala Bakesbangpol Kabupaten Pacitan.
“Kami berterima kasih dengan Bakesbangpol Kabupaten Karanganyar telah berkunjung,” kata Tri.
Selain silaturahmi yang tersambung, kerjasama pun terjalin. Saling belajar dengan karakteristik masing-masing daerah menambah ilmu untuk membuat strategi terbaik dalam menangani Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG).
“Saling bekerjasama dan menimba ilmu dan pengalaman dalam menghadapi ATHG,” ujar Agus Kandiawan, Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Bakesbangpol Kabupaten Karanganyar.
Dipandangan Agus, Kabupaten Pacitan dinilai berhasil membuat wilayah yang adem, ayem, tentrem. Menurutnya pencapaian tersebut dapat diadaptasi dengan karakteristik wilayah Kabupaten Karanganyar yang mirip dengan Kabupaten Pacitan. (BakesbangpolPacitan/DiskominfoPacitan).