Diskominfo Resmi Rilis Pemenang Lomba Website PPID 2019

Diskominfo Kabupaten Pacitan kembali menggelar Lomba Website PPID 2019, seperti biasa lomba ini selalu bertepatan dengan HUT RI. Pemenang telah diumumkan akhir Agustus lalu, terpilih menjadi yang terbaik tahun ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan 196 poin, menjadi Runner Up Dinas Perpustakaan Daerah dengan 194 Poin dan peringkat ke tiga diduduki Badan Kepegawaian Daerah dengan 193 Poin.

Secara umum agenda tahunan Diskominfo ini semata merujuk pada keterbukaan informasi publik yang terkandung pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, di dalamnya termaktub semua badan publik diwajibkan untuk menyediakan informasi publik. “Tahun ini ada peningkatan berupa uang  pembinaan untuk Admin (Pengelola) yang menang dan tentu piala,” ujar Kabid Informasi Diskominfo Pacitan Agus Anshori Mudzakir 26/09.

Melalui kegiatan ini haruslah seluruh instansi pemerintahan termotivasi untuk terus membangun saluran komunikasi dan informasi demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat melalui informasi yang selalu Up Date dan berkualitas. Sehingga diharap masyarakat yang membutuhkan informasi tidak mengalami kesulitan. “Umumnya Up Date dilakukan setiap hari,” terang Dzakir.

Mengacu pada kriteria pemenang pada Lomba Website Perangkat Daerah kata Dzakir, pertama adalah kelengkapan isian data PPID perangkat daerah, hal tersebut penting dan wajib untuk diisi sempurna dan tentu belakangnya adalah keaktifan mengunggah informasi terbaru atau Up Date tentang kegiatan dan program perangkat daerah. Selanjutnya didukung kualitas isi, fitur, layanan dan inovasi yang dilakukan.

Lomba ini tidak main-main, menurut pengamatan Tim Peliputan Diskominfo, proses penilaian Website dari masing-masing instansi membutuhkan waktu hingga 15 hari, Dzakir mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk melihat Website yang terbaik dengan didukung tiga penilai independen.

Instansi pemerintah harus termotivasi pada gelaran ini, supaya masyarakat puas dengan apa-apa yang telah dilakukan pemerintah dengan detail termasuk berbagai program yang dilaksanakan, hingga bagaimana capaian yang diperoleh instansi melalui program yang telah direncanakan demi pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Pacitan. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Bupati Dan Ketua DPRD Secepatnya Layangkan Unek-Unek Mahasiswa Pacitan

Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Pacitan turun ke jalan menggelar aksi menolak pengesahan RUUKPK. mereka menyuarakan aspirasinya di tiga titik sekaligus, diawali di Depan Kantor Bupati, dilanjutkan di Perempatan Penceng dan diakhiri di depan DPRD.

Bupati Pacitan Indartato berkesempatan hadir pada kesempatan itu mengapresiasi masukan yang disampaikan, selanjutnya pemerintah daerah akan menindaklanjuti berbagai masukan yang diterima. “Kami semaksimal mungkin akan berusaha sampaikan aspirasi ini. Meskipun hasil akhir tetap menjadi wewenang Pemerintah Pusat,” kata Bupati.

Setidaknya ada Sembilan poin yang disampaikan pada aksi tersebut, pertama penolakan RUUKPK, RUU KUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU P-KS, masalah Kebakaran Hutan, Penindasan Papua, Demokrasi Dikebiri dan terakhir Dwi Fungsi Aparat. “Kita tetap akan menggelar aksi sampai kebenaran tersebut benar-benar ditegakkan,” ujar Imam Rifai Asisten Koordinator usai orasinya.

Kalimat senada Bupati diucapkan Ketua DPRD Pacitan Ronny Wahyono di halaman Gedung DPRD Pacitan, Secepatnya berbagai masukan akan dilayangkan ke Pusat, mengingat segala aspirasi tersebut tidak lain adalah suara rakyat yang mesti menjadi perhatian. “Kami tadi minta surat resmi yang dapat kami kirim pusat, agar tidak terjadi perbedaan persepsi,” kata Ronny mengakhiri. (budi/royanto/DiskominfoPacitan).

Jambore PKK Kabupaten Pacitan; Libatkan Diri Kendalikan Stunting

Stunting menjadi masalah Bangsa, termasuk di kota yang mempunyai Pantai Watukarung ini. Semua komponen bergerak bergandengan tangan menyikapi masalah kekurangan gizi kronis tersebut. Antaranya PKK Kabupaten Pacitan, organisasi wanita ini cukup fokus ambil bagian dengan berbagai gebrakannya karena semua sadar masalah ini kudu segera disikapi.

 Di Pacitan teridentifikasi dua sumber penyebab Stunting, pertama adalah kemiskinan, sampai detik ini pemerintah mencatat masyarakat Pacitan yang masuk katagori miskin berada pada angka 14 persen dan faktor ketidaktahuan.

 “Sekitar 27 persen Stunting di Pacitan, jika ditinjau dengan persentase Nasional sebenarnya masih rendah, namun demikian harus tetap disikapi,” kata Bupati Pacitan Indartato saat berkesempatan menghadiri Jambore Kader PKK Kabupaten Pacitan hari ini 24/09.

 Di hadapan para Kader Pak In, panggilan akrabnya menyampaikan bahwa pemerintah sangat bersyukur dengan kerja keras para anggota PKK Kabupaten Pacitan, meskipun tanpa upah dalam bekerja tapi mampu bekerja penuh semangat. “Terus jaga kekompakan, jangan selegenje,” tambah Pak In. Seraya mengharap kerja keras anggota PKK terus dapat menekan angka Stunting di Pacitan.

 Secara terperinci Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan Luki Indartato memaparkan kerja anggota dalam menghadapi Stunting, mulai menggelar berbagai sosialisasi kepada masyarakat di berbagai kelompok masyarakat di desa dan kecamatan. “Pada kegiatan rutin kita ini juga kami laksanakan evaluasi dari apa yang telah kita lakukan,” terang Luki di damping Ninik Yudi Sumbogo sebagai Wakil Ketua Kabupaten dan Betty Suko Wiyono sebagai Ketua Pelaksana.

 Suci Hariati, Koreografer Line Dance jauh-jauh dari Kota Pahlawan datang menciptakan Atmosfer sehat dan semangat melalui Senam pada pembukaan Jambore, dilanjut sebagai MC untuk Lomba Jingle mengaku terkesan melihat para Kader PKK Kabupaten Pacitan, melihat Kader yang cukup Up Date dengan perkembangan jaman membuat masalah Stunting bakal semakin mudah dikendalikan.

 Sebagai wanita kekinian yang datang dari kota besar, Suci melihat harapan cerah pada masa depan Kabupaten Pacitan, melalui semangat para anggota PKK tersebut. “Up Date wajib ya, tapi jangan melepas Kultur Pacitan, karena sebagai identitas,” terang Suci. Secara alami membuat para Kader dalam menjalankan tugasnya akan muncul bermacam-macam inovasi yang akhirnya memudahkan kerja mereka. (budi/wawan/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Lagi; Dinas Pertanian Kembangkan Potensi Hortikultura Berbasis Kawasan Di Arjosari

Kecamatan Arjosari mempunyai lahan sawah seluas 989 ha. Biasa ditanami padi oleh masyarakat setempat, dan bisa hasilkan panen padi sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. Kondisi ini dapat dimaksimalkan untuk peningkatan dan pengembangan tanaman hortikultura untuk menambah penghasilan petani.

Tanaman hortikultura sebenarnya sudah menjadi bagian dari sumber penghasilan masyarakat Arjosari sejak lama. Strategi selanjutnya, untuk meningkatkan produksi hortikultura adalah dengan pembentukan kawasan hortikultura.

Dibentuknya kawasan hortikultura akan memudahkan pengembangan budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penanganan pasca panen hingga tahapan pemasaran.

“Secara spesifik pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi biaya dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditi unggulan,” kata Dian Anggarimurni Kasi Produksi Tanaman Hortikultura Dinas Pertanian kemarin19/09.

Strategi dasar pengembangan kawasan hortikultura di Arjosari dapat diawali dengan optimalisasi komoditas unggulan yang telah berkembang seperti sayuran, cabai, pepaya, semangka, durian dan biofarmaka yang secara terfokus dan terarah kemudian dikembangkan melalui pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. “Harapannya daerah menjadi maju dan masyarakatnya menjadi sejahtera sesuai dengan yang dicita-citakan,” harapnya.

Sedangkan Kelompok Tani di Kecamatan Arjosari sudah mulai mengembangkan tanaman-tanaman hortikultura seperti cabai, melon, semangka, pepaya california, durian dan biofarmaka. Tanaman cabai tumbuh baik di beberapa desa, antaranya ada di Desa Kedungbendo, Pagutan, Gunungsari, Borang, dan Gembong.

Di Desa Kedungbendo, petani menanam cabai varietas Dewata sekitar seluas 3 ha. Tanaman cabai bisa tumbuh sehat dan subur dengan hasil panen yang melimpah.  Hasil panen cabai dapat meningkatkan kesejahteraan petani, dengan harga jual cabai saat ini mencapai Rp.25.000-Rp.30.000 per kilogram. Dengan harga sebesar itu, petani sudah memperoleh keuntungan.

Kendala di lapangan tidak terlalu banyak, keluhan yang sering dijumpai menurut Sartono salah satu petani cabai, adalah masalah harga mulsa yang dinilai mahal, yakni sekitar Rp. 700.000 satu gulung.

Menyikapi masalah Sartono dan kawan-kawannya sesama petani cabai, Dinas Pertanian tahun ini memberi pendampingan bimbingan teknis dan  bantuan sarana produksi pertanian berupa mulsa dan pupuk. Bantuan ini bersifat stimulan yang digunakan untuk pengembangan kawasan cabai seluas 6 hektar di Desa Gembong, Pagutan dan Temon.  Luas tanam cabai rawit  tahun 2018 mencapai 17 ha dengan produksi 41 ton dan produktivitas 45 ku/ha (data  Dinas Pertanian 2018).

Berdasarkan data Dinas Pertanian tahun 2018, tanaman buah lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan di Arjosari adalah pisang, durian dan pepaya. Jumlah tanaman durian sekitar 15.541 pohon, produksi 202 ton dan rata-rata produksi 0,22 ku/pohon.  Tanaman pisang 22.522 rumpun, produksi 846 ton dan provitas 0,60 ku/rumpun.  Sedangkan pepaya jumlah pohonnya 9.822, produksinya 160 ton dan provitas 0,18 ku/pohon.

Tanaman pepaya banyak dikembangkan oleh kelompok tani di Desa Gunungsari dan Pagutan. Pada saat ini, Pepaya jenis California telah dibudidayakan pada lahan seluas sekitar 0,5 ha. Pepaya jenis ini sangat laku di pasaran.  Selain rasanya yang manis, juga teksturnya lebih keset dibanding pepaya jenis lainnya sehingga tahan lebih lama.  Harga pepaya yang cenderung stabil sekitar Rp.6.000/kg  bisa menjadi tambahan pendapatan petani.

Dinas Pertanian dan petugas lapangan terus berupaya untuk mengembangkan potensi hortikultura di wilayah Arjosari. Pengembangan kawasan hortikultura membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama dari pemerintah setempat. Peran kelompok tani menjadi dominan sebagai sarana untuk bimbingan, pendampingan dan diskusi untuk mengatasi masalah yang timbul hasilnya kawasan hortikultura terwujud di Kecamatan Arjosari. (DinasPertanian/budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Angkat Isu di Sekitar; Kecamatan Pringkuku Kembali Juara Umum

Durbala Singkir, berhasil membuat Kecamatan Pringkuku kembali menjadi juara dua kali berturut-turut pada gelaran Festival Ronthek 2019. Melalui tangan dingin banyak nama, di malam kedua santri Raung Bambu sukses menghipnotis ribuan pencinta Ronthek dan tiga juri, ditandai riuh tepuk tangan.

Pringkuku melihat kesenian Ilir, atau di daerah lain Edan-edanan tampak mulai ditinggalkan saat upacara pernikahan, Padahal itu penting jika sedikit mau menengok fungsi sebenarnya, konon dalam cerita yang beredar, Ilir berfungsi sebagai penolak balak saat kedua mempelai melaksanakan ritual temu manten.

Terangkatlah Ilir, menjadi Durbala Singkir atau Pengusir Kekuatan Jahat itu menjadi judul yang mewakili Kecamatan Pringkuku, tersaji apik dan penuh warna. Dr. Deasylina da Ary, satu nama yang tertulis pada sinopsis melalui sambungan telepon menjelaskan konsep yang diusung pada penyajian Durbala Singkir mengedepankan sajian sederhana tanpa bermewah-mewah. “Karena seni tidak harus mewah,” ujar Dia kemarin 18/09. 

Kalimat Deasylina tersebut tidak Ngelantur. Pasalnya, meskipun Kecamatan Pringkuku hanya didukung Bedug serta Teropet pada pembukaan, namun pada durasi penyajian kurang lebih 15 menit hampir tidak terbuang sia-sia, ditandai dengan lensa para Fotografer yang tidak henti-hentinya membidik seluruh Gesture yang membentuk momentum, didukung aransemen musik yang benar-benar berbeda. “Semua harus pas komposisinya, di mana semua itu saling mendukung pertunjukan yang kita suguhkan,” Paparnya.

Daryono Camat Pringkuku pada 15/09 pukul 03:00 WIB belum terlelap di rumahnya, sekonyong-konyong sang istri mengabarkan rilis juara Festival Ronthek 2019 dari salah satu grup Whatsapp. Kabar Grup menyampaikan Kecamatan Pringkuku kembali Penjadi Juara Umum. “Awalnya saya tidak percaya, Aku kira kabar Hoax,” Katanya 16/09. Namun akhirnya Daryono percaya informasi tersebut usai ia mengklarifikasi kepada Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan sebagai panitia. 

“Sungguh persiapan yang singkat, kata Daryono mereka bersiap hanya kurang dari 3 minggu, namun mereka profesional dan sangat disiplin dalam berseni,” tambah Dia. Menjadikan waktu singkat tersebut dapat dimaksimalkan. Daryono mengatakan bahwa Raung bambu jika melatih memiliki target. Meskipun kurang persiapan namun dukungan konsep yang sempurna membuat Raung Bambu dapat kembali menjadi yang terbaik.

Ronthek harus benar-benar berkarakter, kalimat itu mungkin selalu ada pada banyak kepala, baik para pemangku kebijakan, seniman, wartawan bahkan masyarakat sebagai penikmat, Deasylina yang menyelesaikan Disertasinya berjudul Pacitanian (Model Pendidikan Seni Berorientasi Lingkungan) mengaku dari tiga malam pertunjukan Ronthek,  dua malam ia di antara penonton menikmati persembahan Ronthek mengaku banyak kejutan dari tiap-tiap penampil.

Bahkan kepada Diskominfo Pacitan ia mengaku kalau wakil desa ternyata lebih siap dan kompetitif, sudut pandangnya menujukan bahwa Ronthek bukan masalah besaran biaya yang ada, namun lebih pada selera seni yang diwujudkan melalui berbagai disiplin keilmuan seni. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).