46 Pejabat Struktural Lingkup Pemkab Pacitan kembali
dilantik pagi ini Jumat 23/08/19 di Pendapa Kabupaten oleh Bupati Pacitan
Indartato. Dalam sambutannya ia mengingatkan untuk menjunjung tinggi
Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 dan Pancasila, karena dua hal tersebut
adalah landasan negeri ini. “Jadi kita pilih hari Jumat dan pasaran Kliwon yang
nilainya 4 dan 5, jadi 45,” terang Bupati disambut tawa seluruh hadirin.
Pemerintah terus
berupaya membangun Pacitan sebaik mungkin berlandaskan berbagai indikator yang
ada, meskipun indikator pemerintah dalam melayani masyarakat sangat banyak,
sementara kekurangan di sana-sini Bupati meminta untuk tetap optimis dan
bersemangat dalam mengemban tugas. “Ingat kita semua diambil sumpahnya,” kata
Dia.
Bicara indikator
pelayanan salah satunya ialah Wadah Aspirasi dan Pengaduan Secara Online atau
Wadule Pacitan, media komunikasi masyarakat kepada pemerintah Pacitan tersebut
harus benar-benar diperhatikan. Semakin banyak laporan maka bisa dikatakan
bahwa kebijakan atau kerja pemerintah kurang diterima. “Jika tidak banyak maka
bisa saja baik,” tambah Bupati.
Seperti apa pun
beratnya tugas yang diterima, pemerintah harus benar-benar hadir
ditengah-tengah masyarakat, ini menjadi penekanan Bupati, karena Dia ingin maju
dan sejahtera bersama rakyat terlaksana secara sempurna. “Saya mohon bantuan
Bapak dan Ibu, Hierarki kita laksanakan sebaik-baiknya,” pungkasnya mengakhiri.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)
Pacitan Karnaval benar-benar menghibur masyarakat Kabupaten
Pacitan siang hari ini 22/08/19. Wasi Prayitno Ketua Seksi PPHBN 2019
mengatakan, penekanan utama adalah pesan yang harus tersampaikan kepada
masyarakat yang sesuai Sub Tema yakni Pariwisata, Pelayanan Publik, Geopark
Gunung Sewu dan Pangan yang mesti dikemas menjadi hiburan yang enak ditonton.
Ini juga menjadi
sarana elemen pemerintahan di Kabupaten Pacitan untuk melaporkan kepada
masyarakat semua hasil pembangunan yang dilaksanakan. Hal ini menjadi penting
karena masyarakat mesti tahu seluruh informasi capaian pembangunan yang telah
dilaksanakan dalam bentuk visual mobil hias dan teatrikal yang penuh
kreativitas.
Selanjutnya kelompok
peserta yang terbagi menjadi delapan kelompok mulai dari Forkopimda, PD, BUMD,
Sekolah, Perguruan Tinggi, Perbankan dan Perusahaan Swasta tahun ini
berlomba-lomba menjadi yang terbaik, karena pelaksana kegiatan menyiapkan
hadiah puluhan juta rupiah.
“Semangat 17 Agustus
Pemerintah Membangun Perekonomian Masyarakat Melalui Segala Potensi Yang
Dimiliki Untuk Pacitan Unggul” menjadi semangat rangkaian HUT RI tahun ini,
masih tetap bertumpu pada tema Nasional, yakni “74 Tahun Indonesia Unggul”.
“Jadi semangat dulu,
bangun perekonomian masyarakat, menggerakkan potensi daerah, ujungnya adalah
Pacitan unggul,” jelas Wasi Yang selanjutnya digodok menjadi sub tema penilaian
lomba yang penting. Tersurat kepada khalayak luas dengan segala potensi Pacitan
demi kemajuan bersama. (budi/riyanto/wira/TimDiskominfoPacitan).
Kemeriahan HUT RI turut dirasa siswa siswi Yayasan Keluarga
Kependidikan Sekolah Luar Biasa (SLB YKK) Pacitan melalui lomba-lomba yang
digelar sekolah kemarin 20-21/08/19. Lilik Mugianto Wakasek Kesiswaan
mengatakan, generasi muda yang mempunyai berbagai hambatan tersebut didorong
mengenali bangsa mereka yang besar serta sarana bersyukur telah terlahir di
Negara besar berusia 74 tahun.
Lebih jauh, Lilik
melanjutkan dari berbagai lomba yang dilaksanakan diharap anak-anak memiliki
nilai semangat juang dalam mengisi kemerdekaan dengan segenap kemampuan yang
dimiliki. “Mengingat kita semua sama,” kata Dia.
Kegiatan ini juga
menjadi sarana bagi sekolah untuk mensosialisasikan kedekatan antara anak
dengan hambatan tersebut kepada keluarga, masyarakat dan yang lain. Ini penting
mengingat semua mempunyai kesempatan untuk turut serta membangun bangsa melalui
kemampuan masing-masing. “Kita berusaha jangan sampai mereka dipandang rendah.
Kata Pak Bupati Nguwongne Uwong” tegas Dia.
Dari pantauan Tim
DiskominfoPacitan, berbagai lomba yang digelar selama 2 hari tersebut peserta
lomba yang juga melibatkan orang tua dan masyarakat tersebut sangat meriah,
para siswa maupun orang tua sangat menikmati lomba yang disiapkan, juga menjadi
tontonan yang berbeda pada peringatan HUT RI tahun ini.
Karisma Putri
Ferdianti salah satu siswa yang mempunyai hambatan pendengaran senang menjadi
salah satu peserta lomba, ia juga bangga bisa ikut serta memeriahkan HUT RI.
Saat ditanya cita-cita risma hanya ingin dapat bekerja, mandiri dan tidak lagi
merepotkan orang lain. “Bekerja di pabrik,” kata Risma dengan bantuan gerakan
tangan. Risma terinspirasi dari kakak kelasnya yang kini telah bekerja dibanyak
perusahaan dan salah satunya pabrik sepatu.
Lomba yang disiapkan
panitia, baik makan kerupuk, pecah balon, makan jambu sampai menangkap ikan
lele juga satu sarana terapi bagi para siswa, membentuk jalinan yang lebih erat
antara orang tua, keluarga dan masyarakat sekitar, terutama yang menjadi
jembatan ialah semangat orang tua dan keluarga. “Jangan Minder, dorong dan
dukung mereka melalui sekolah inklusi atau sekolah kami,” pungkas Lilik.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Musim kemarau tahun ini akan lebih panjang, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal hujan turun pertengahan
bulan Oktober. Ini jadi masalah, karena krisis air sudah berlangsung di 45
desa, untuk kebutuhan primer masyarakatnya mengandalkan droping air bersih dari
pemerintah. Kenyataannya angka itu pasti akan terus bertambah, terlebih jika
hujan terlambat datang.
Sementara stok air
yang dipunya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan sudah berkurang
188 tangki, tersalur ke berbagai desa yang masuk pada kriteria kering kritis
dari jumlah stok 360 tangki. “Jumlah total hasil dari anggaran yang kami
alihkan untuk kemarau ditahun ini,” ujar Didik Alih Kepala pelaksana BPBD
kemarin 19/08.
Beruntung, BPBD masih
memiliki tambahan 300 tangki, diperoleh dari hasil koordinasi dengan Gubernur
Jatim melalui BPBD Provinsi. Tugas selanjutnya adalah memanajemen angka
tersebut sehingga tersalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan sampai pada akhir
kemarau yang belum pasti kapan berakhir.
Tapi akankah musim
kemarau ditahun-tahun yang akan datang selalu terjadi krisis air, masyarakat
kebingungan air bersih, mengandalkan droping dari pemerintah yang hanya cukup
untuk kebutuhan primer?
Menjaga alam mesti
dilakukan, sarat wajib supaya sumber tetap mengalirkan air. Dengan berbagai
kearifan lokal yang dimiliki masing-masing wilayah. “Masyarakat harus sadar
akan ini (Menjaga Alam), sederhananya menjaga pohon sekitar sumber air, atau
justru menambah pohon, atau menjaga ikan yang diyakini dapat mencari sumber air
dan lain sebagainya,” papar Didik.
Semua ancaman umumnya
sudah dapat diprediksi, termasuk kekeringan. Diannitta Agustinawati, Kasi
Pencegahan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan menyampaikan, wilayah harus membuka diri
dengan ancaman ini. “Kita menoleh ke belakang, melihat apa yang terjadi
dilingkungan kita,” ucap Diann.
Sumber air hilang
tentu mempunyai disertai banyak sebab, yang bisa dipelajari bersama, seperti
memahami jenis-jenis pohon yang dapat mengikat air atau pun sebaliknya,
masyarakat harus paham jika ingin air mengalir di seluruh sendi kehidupan
setiap musim sepanjang tahun. Terlepas dari kepentingan ekonomi yang sejatinya
bisa disesuaikan, supaya alam dan ekonomi berjalan berdampingan.
Siap tidak siap,
tahun depan kemarau akan kembali datang, durasinya tidak bisa dirumuskan dengan
pasti, pemerintah dan semua elemen harus melek, memulai sesuatu bersama-sama
dalam rangka mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya, supaya Pacitan
bebas krisis air dan tidak disalahkan anak cucu kelak.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Krisis air tidak berlaku di Desa Sidomulyo Kecamatan
Ngadirojo. Berkat tangan dingin pemerintah desa dan masyarakatnya yang menjaga
dan memaksimalkan sumber air dari Kali Cilik yang berada di Dusun Tempursari.
Tim Liputan
Diskominfo Pacitan bersama BPBD Pacitan berkesempatan mengunjungi Kali Cilik
yang kini menjadi pertahanan masyarakat desa saat terjadi kemarau. Tampak
sumber air mengalir, air di bendungan terlihat jernih sehingga memantulkan
warna biru, ikan-ikan berenang seakan tidak takut dengan aktivitas pengelola
Bumdes Rejo Mulyo yang sejak awal tahun lalu memproduksi air tersebut menjadi
air kemasan bermerek Anyess.
Tyas Anggoro Kepala Dusun
setempat mengatakan biasanya saat kemarau warga masyarakat Dusun Ledok Kulon
dan Ledok Wetan krisis air bersih karena kondisi geografis dua dusun tersebut
lebih tinggi ketimbang dusun lain.
Kini perusahaan air
minum tersebut setiap harinya mampu menjual 150 galon, angka yang besar dengan
usia Anyess yang masih seumur jagung, angka itulah yang membuat Dusun Ledok
Wetan dan Ledok Kulon terbantu dari hasil penjualan yang disisihkan untuk
mengirim air lewat pipa dengan kekuatan listrik. “Tidak memenuhi sepenuhnya,
tapi masyarakat di sana tidak perlu minta droping air,” kata Tyas.
Sementara, Bumdes Rejo Mulyo tidak serta merta tumbuh dan
berdiri begitu saja, banyak kekurangan yang menghadang, mulai dari alat, jumlah
karyawan hingga stok galon yang dimiliki menjadi masalah diawal-awal berdiri,
namun Arif Murdani karyawan yang kini menjadi Bendahara itu mengatakan bahwa
kekompakan yang selalu dibentuk kepala desa membuat berbagai kesulitan dapat
dilewati. “Anyess memberikan ekonomi lebih kepada kami,” ujar Arif yang
sebelumnya bekerja di salah satu pabrik triplek.
Kini produk tersebut
mulai memasuki desa lain di sekitar Desa Sidomulyo, Arif mengatakan promosi
dilakukan pada waktu yang telah dijadwalkan, karena menurutnya masyarakat akan
lebih memilih air kemasan yang bermerek nasional jika tidak telaten dijelaskan,
karena kenyataannya kandungan Total Dissolve Solid (TDS) 10 kali lebih rendah.
“Semua izin sudah lengkap, dan kualitas produk kami lebih baik,” ungkap Dia.
Melalui inovasi yang
dimaksimalkan, desa bukan saja berdaya, namun kemungkinan terbaiknya desa tidak
lagi bergantung dengan pemerintah di atasnya, Tyas mengatakan bahwa pemerintah
Sidomulyo bersemangat dalam berinovasi dengan berbagai potensi yang dimiliki
desa. “Kami harus bekerja keras, sebelum dana desa yang berlimpah disetop satu
saat nanti,” terang Tyas.
Ini diapresiasi Didik Alih Wibowo Kepala BPBD Pacitan yang
berkesempatan mendampingi Tim Diskominfo Pacitan, berbagai strategi mesti
dilakukan demi memaksimalkan desa, termasuk di dalamnya penguatan terhadap
berbagai kemungkinan bencana.
Kemandirian perlu
dilakukan masyarakat Pacitan, mengingat Bumdes yang baru berdiri 8 bulan dapat
tangguh dari kemarau panjang ditahun ini. “Kami berharap dengan adanya sampel
ini, desa lain tumbuh daya kreatif walaupun tidak menyangkut tentang air. Tapi
dengan inovasi yang meningkat kemudian akan berdampak pada kemampuan
mempertahankan diri dari ancaman bencana khususnya kekeringan,” harap Didik.
/tim liputan Diskominfo (budi/riyanto/wira/Diskominfopacitan).