Memasuki kemarau dibulan ke tujuh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kabupaten Pacitan akan memfokuskan droping air bersih hanya dari pemerintah. Hal itu disampaikan Didik Alih Wibowo, sebagai kepala BPBD kepada Diskominfo Pacitan melalui sambungan Telepon hari ini (31/10).
Bentuk sinergitas mulai dunia usaha dan organisasi yang telah berjalan terpaksa harus dihentikan lantaran berbagai faktor penting, terutama kata Didik untuk mengoptimalkan droping kepada titik yang benar-benar membutuhkan air bersih.
“Berkaitan dengan hal tersebut prasarana kami berupa tanki akan diopresionlakan untuk melaksanakan bantuan yang berasal dari pemerintah,” kata Didik.
Sementara Asisten Bidang Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat Mahmud pada apel pagi tadi di Lingkup Pemkab Pacitan menyampaikan, bantuan air bersih dari masyarakat seharusnya melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pacitan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. “PDAM kan menjual dan berorientasi pada provit,” kata Mahmud. (DiskominfoPacitan).
Produktivitas tanaman kakao di Kabupaten Pacitan dinilai
masih rendah ketimbang wilayah lain, berkisar 200 kilogram per hektar, kondisi
demikian membuat Dinas Pertanian setempat mencari penyelesaian menjalin
kerjasama dengan Universitas Jember (Unej).
Kerjasama tersebut berbentuk kegiatan KKN dan Magang
Mahasiswa, serta penelitian dan pengabdian baik Dosen maupun Mahasiswa
Unej. Kegiatan KKN telah dilaksanakan
pada Bulan Agustus sampai November ditiga desa di Kabupaten Pacitan yaitu
Wonoanti, Gembuk dan Punung.
Hasil kegiatan
Mahasiswa dapat ditangkap beberapa permasalahan dalam perkakaoan di Pacitan.
Beberapa permasalahan tersebut antara lain pertama masalah harga kakao yang
tidak menentu dan cenderung dibeli dengan harga murah. Kedua biji kakao dijual
di pasar tradisional.
Ketiga kualitas biji kakao yang rendah dikarenakan biji
kakao tidak difermentasi. Keempat pada musim hujan buah kakao akan terserang
sejenis penyakit Phytophthora yang menyebabkan buah busuk sehingga menurunkan
produksi, belum lagi usai pohon yang telah tua karena ditanam pada tahun
1995-1996 dan klon yang tidak jelas.
Masalah lain tanaman kakao bukan tanaman utama (Tumpangsari)
dengan berbagai tanaman keras seperti kelapa, cengkeh, durian, mahoni dan
tanaman tahunan lainnya. diperparah perawatan mulai pemangkasan, pemupukan, dan
pengendalian (Organisme pengganggu Tanaman (OPT) tidak dilakukan.
Permasalahan pada sisi kelembagaan yakni kelompok tani kakao
masih tergabung dalam kelompok tani dengan komoditi pertanian secara menyeluruh,
meskipun pertemuan dilakukan secara rutin tetapi tidak membahas masalah-masalah
pertanian.
Anggota kelompok tani cenderung melakukan semua kegiatan
pertaniannya secara perseorangan dan tidak bersama-sama dalam kelompok. Kendala
di teknik budidaya, maupun perawatan tidak pernah didiskusikan di pertemuan
rutin kelompok.
Kualitas biji kakao yang tidak difermentasi karena hasil
dari masing-masing petani sedikit, kurang dari kapasitas minimal kotak
fermentasi. Itu membuat petani memutuskan untuk menjualnya ke pasar tradisional
dengan jumlah atara 0,5-1 Kilogram yang menyebabkan kakao dihargai murah.
Solusi agar masalah ini terpecahkan adalah petani harus mau
mengumpulkan hasil panen kakaonya ke kelompok untuk kemudian diolah
bersama-sama agar bisa memenuhi kapasitas minimal kotak fermentasi. Biji kakao
hasil fermentasi inilah baru dijual ke pasar.
Namun hal ini hanya bisa dilakukan apabila semua anggota kelompok tani
berkomitmen dan ingin meningkatkan kualitas biji kakao yang mereka hasilkan.
Jumino, Kepala Dusun Bulih, Wonoanti, Tulakan dan Ketua
Kelompok Tani Gemah Ripah 4. mengatakan, tanaman kakao daerahnya sudah tua
berharap adanya bantuan bibit yang jelas klonnya. Kelompok tersebut juga
memerlukan pendampingan karena mayoritas anggota kelompok tidak merawat tanaman
kakao dan seakan-akan pasrah terhadap keadaan. “ada buah kami panen, tidak ada
buah ya tidak masalah,” kata Jumino.
Sementara itu, Diana Fauziyah, Dosen PS Agribisnis (UNEJ)
bersedia membantu mencarikan pasar penjualan biji kakao dengan harga tinggi
namun dengan catatan biji kakao harus difermentasi dengan baik. “Cukup banyak
pasar yang bersedia menampung,” terangnya.
Ada tiga sarat minimal terhadap biji kakao yang memiliki
harga tinggi, mulai biji harus fermentasi, kadar air maksimal 7,5 % dan kadar
kotoran maksimal 2%. Ada juga mansyaratkan kontinuitas dan volume minimal 1
pick up dalam satu kali pengiriman.
Tentunya syarat-syarat ini hanya akan terpenuhi jika petani
melakukan tahap pasca panen secara bersama-sama di kelompok. Oleh karena itu, peran kelembagaan Kelompok
Tani harus lebih besar. Peran kelompok diawal mungkin bisa dimulai dengan
mengumpulkan buah kakao milik anggota yang selanjutnya secara bersama-sama
melakukan fermentasi.
Pada sosialisasi Diana bersama yang lain juga mengunjungi
Kelompok Tani Gemah Ripah 04, menghasilkan anggota bersemangat dan sepakat
untuk mengumpulkan buah kakao ke kelompok dan melakukan fermentasi bersama di
kelompok sebelum melakukan penjualan.
Hal ini dipertegas
juga oleh Rena Yunita Dosen PS Agribisnis (UNEJ), langkah ini merupakan langkah
awal untuk meningkatkan harga jual biji kakao. Dengan melakukan pengolahan
bersama, jika biji kakao sudah kualitasnya bagus maka pasar akan datang sendiri
untuk berebut membeli biji kakao. “Terpenting semua anggota kelompok harus
punya komitmen yang sama untuk meningkatkan kualitas biji kakao” jelasnya.
Unej juga memberi bantuan klon kakao berjenis MCC 02;
Sulawesi 1 dan ICS 60 dari bibit hasil sambung sebanyak 100 batang. Berharap
menjadi solusi untuk membuat kebun entres dan meremajakan tanaman kakao yang
sudah tua secara bertahap.
Mereka juga membagikan ilmu sambung bibit kakao dengan
melibatkan 30 petani untuk dilatih dalam sambung bibit kakao. Berharap petani
nantinya dapat melakukan pembibitan secara mandiri dan mengetahui teknik
sambung bibit pada kakao. Sambung kakao dewasa (peremajaan) caranya tidak jauh
berbeda dengan sambung bibit, namun pada kakao dewasa entres kakao ditempelkan
pada batang tanaman kakao tua.
(Istimewa/Unej/DinasPertanian/DiskominfoPacitan).
Ribuan warga masyarkat Kabupaten Pacitan pagi ini (29/10)
berkumpul di Lapangan Lanud Iswahyudi Pacitan untuk melaksanakan Sholat
Istisqo, berdoa bersama agar hujan segera turun. Bupati Pacitan Indartato yang
hadir pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa kemarau sudah berlangsung
tujuh bulan. “Sumber-sumber banyak yang berkurang,” kata Indartato.
Jika hujan yang diharapkan tidak kunjung datang maka
pemerintah akan menggunakan dana cadangan yang ada untuk membantu masyarakat
yang kekurangan, Indartato menambahkan anggaran takterduga tersebut semoga
tidak terpakai untuk kebutuhan lain. Sementara ribuan tanki air bersih sudah
tersalurkan ke titik-titik kekeringan yang tersebar diseluruh Wilayah Pacitan.
Muhammad Nurul Huda Kepala Kementerian Agama (Kemenag)
Kabupaten Pacitan mengaku bahwa ide tersebut sebenarnya dari Bupati, lalu ia
ditunjuk untuk merealisasikan doa bersama tersebut. Dua ekor kerbau juga tampak
di lokasi, kata Huda itu merupakan bagian sarat Sholat Istisqo. “Semoga segera
turun hujan yang berkah yang tidak menimbulkan musibah,” pungkas Dia.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) tiga hari ke depan menggelar simulasi Gladi Ruang dan Gladi
Posko terhadap ancaman bencana khususnya potensi gempa bumi dan tsunami di
Kabupaten Pacitan.
Acara yang didukung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Pacitan tersebut melibatkan semua unsur Perangkat Daerah (PD)
lingkup Pemda Pacitan, organisasi kebencanaan dan awak media.
dr. Bagus Tjahyono, MPH Plt. Kepala Biro Umum dan SDM BNPB
dan Widyaiswara Ahli Utama Pusdiklat PB mengatakan simulasi ini merupakan
puncak dari seluruh rangkaian pemahaman terhadap risiko bencana dengan
mengaplikasikan langsung apa yang telah dipelajari sebelumnya pada tataran
pimpinan di Kabuapaten Pacitan.
“Pada gladi posko mereka akan dikasih
permasalahan-permasalahan. Begaimana mereka membuat status tanggap darurat,
menerapkan sistim tanggap darurat, mamaksimalkan potensi masyarakat dan aparat
untuk mencari sumber daya yang akan diserahkan kepada korban-korban,” kata
Bagus.
Tahapan tertinggi yang digelar selama tiga hari yang
bertempat di Parai Teleng Ria 29-01/11 tersebut merujuk pada peta risiko
bencana Indonesia, di mana Kabupaten Pacitan mempunyai potensi nyata akan
bahaya bencana ini. “Mudah-mudahan tidak, meskipun nyata,” ungkap Bagus.
Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten Pacitan Suko Wiyono
bersyukur terhadap perhatian pemerintah pusat kepada Kabupaten Pacitan. Bahkan
ia lebih lega lantaran kegiatan ini dapat diadopsi pemerintah sebagai tindak
lanjut dalam memahamkan seluruh masyarakat terhadap potensi yang ada. “Kita
bagikan dimasing-masing tempat dengan membuat materi yang hampir sama,” ujar
Suko.
Sekda juga akan memaksimalkan peran Desa Tangguh Bencana
(Destana) untuk mendukung rencana ini, karena bencana gempa dan tsunami tidak
dapat diprediksi, berbeda dengan banjir, tanah longsor serta yang lain sebagai
kesiap-siagaan.
Masalah lain yang dihadapi pemerintah adalah kesadaran
masyarakat yang tetap membangun rumah di zona rawan bencana, hal itu terjadi
lantran masyarakat tidak memiliki lokasi lain untuk membangun rumah. “Pemukiman
adalah satu persoalan besar,” tegas Suko.
Sementara tiga unsur yang ada pada BPBD baik kesiapsiagaan,
kedaruratan hingga rekonstruksi akan dimaksimalkan untuk menindaklanjuti
kegiatan simulasi tersebut. Didik Alih Wibowo Kepala BPBD sadar bahwa mitigasi
dan pengurangan risiko bencana menjadi prioritasnya. “Sebagai awal masyarakat
harus memahami risiko lingkungannya sendiri,” kata Didik dikesempatan yang
sama.
Pelatihan ini menjadi sangat berarti bagi Wiwit Peni kepala
desa Watukarung Kecamatan Pringkuku yang mempunyai potensi bencana gempa dan
tsunami utamanya di dua dusun dengan 550 warganya. Ia berencana usai kegiatan
secepatnya akan memberikan pelatihan kepada warga yang memiliki potensi besar tersebut.
“Kami juga sudah menganggarkan untuk menyikapi ini,” kata Wiwit.
(budi/rozak/riyanto/wira/DsikominfoPacitan).
Pemerintah Kabupaten Pacitan memperoleh kado istimewa pada
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-91 28/10 hari ini, yakni diakuinya sebagai
Kota Layak Pemuda yang disematkan oleh Kementerian Pemuda Dan Olahraga
(Kemenpora) Tahun 2019 yang diberikan nanti malam di Jakarta.
Bupati Pacitan Indartato mengatakan untuk mendapat predikat
tersebut bukan perkara mudah dan patut untuk diapresiasi serta dipertahankan.
Perolehan tersebut lantaran pemerintah selalu berkomitmen melibatkan pemuda
disetiap kesempatan.
Bupati juga mengajak pemuda di Kabupaten Pacitan untuk terus
bersatu padu dan bersama-sama diatas setiap perbedaan. Ini penting mengingat
pemuda diakui ataupun tidak memiliki peran penting dalam setiap sendi kehidupan
khususnya dalam berbangsa dan bernegara. “Ini adalah kunci untuk mempertahankan
bangsa,” kata Bupati.
Pemuda harus dapat berfikir dan berbuat banyak hal sesuai
dengan lini masing-masing dalam melanjutkan cita-cita kemerdekaan Negara yang
besar ini, dengan menghargai perjuangan para pendahulu yang telah banyak
berbuat demi bangsa dan utamanya untuk kemajuan Kabupaten Pacitan.
Sementara Anugerah Pandu Negeri dua kali diraih Kabupaten
Pacitan, Bupati menyampaikan hal tersebut merupakan apresiasi terhadap
keberhasilan Pemerintah Pacitan dalam mengelola keuangan yang selalu Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), bahkan lima kali tanpa catatan, didukung kinerja
pemerintahan serta kinerja ekonomi pada porsi mengurangi penduduk miskin
melalui berbagai inovasi.
Pemuda yang terlibat pada setiap kesempatan disertai
berbagai penghargaan pada setiap bidang, serta pemerintahan berjalan sangat
baik melalui indikator capaian-capaiannya. Dapat disimpulkan kota 1001 Goa
dengan semua potensinya lambat laun akan tumbuh menjadi kota yang semakin
diakui dan dikagumi dengan kekhasan masyarakat yang adem, ayem dan tentrem.
(budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).