Bank Jatim Pacitan Jadi Yang Pertama Tangguh

Kini giliran dunia perbankan yang menjadi perhatian Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan, diawali dari Bank Jatim Pacitan, Bupati Pacitan Indartato selaku Ketua Satgas meresmikan lembaga tersebut yang dinamai ‘Obvitter (Objek Vital Tertentu) Tangguh Semeru’. Pagi tadi (30/07).

Ini adalah terobosan strategis di waktu penting, mengingat tren kasus positif covid-19 terus mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan saat ini Pacitan berada di angka 11 kasus aktif dari jumlah total 55 kasus. Angka tersebut membuat Kabupaten Pacitan kembali menjadi zona kuning dan terus ditekan menjadi zona hijau.

Pimpinan Cabang (Pinca) bank Jatim Pacitan, Murjoko Teguh Hariyanto yang baru menjabat 5 bulan di Kota 1001 Goa itu memimpin 110 karyawan dengan pelayanan 5 hari kerja. Hal tersebut membuat lembaga ini berinteraksi aktif dengan ribuan masyarakat, sehingga harus memiliki jiwa disiplin tinggi akan protokol kesehatan. “Ini wujud kami mendukung penanganan covid-19 di Pacitan,” katanya.

Kapolres Pacitan AKBP Didik Hariyanto yang hadir dalam kesempatan tersebut kembali mengingatkan, bahwa menghadapi covid-19 cara parsial bukanlah cara yang baik, yang dibutuhkan kompak bersama empat komponen mulai pemerintah, TNI/Polri, perusahaan dan masyarakat itu sendiri. “AKB (Adaptasi Kabiasaan Baru) suka tidak suka harus kita laksanakan dengan kedisiplinan tinggi,” ungkap Dia.

Sementara Komandan Kodim 0801 Pacitan Letkol Nuri Wahyudi lebih tegas berkomentar, baginya komitmen adalah pondasi penting. Terlebih kegiatan tersebut diharapkan bukan semata giat ceremony belaka. “Jangan sampai kita membuat aturan tapi kita tidak melaksanakannya,” ungkap Dia.

Kian menurunnya penambahan kasus di Pacitan saat ini turut disinggung Bupati pada sambutannya, keberhasilan tersebut tidak lain merupakan buah dari kerja keras seluruh komponen, tidak terkecuali warga Pacitan. “Selanjutnya supaya tidak lahir cluster baru, saya ingin kantor-kantor seperti ini, Menerapkan 3M (Mencuci tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak) dan yang lain,” kata Bupati. (budi/aalazim/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Wacana PJJ Permanen; Dindik Pacitan Anti Alergi

Bagaimana kesiapan dunia pendidikan di Kabupaten Pacitan jika merujuk pada komentar Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim. Saat rapat kerja bersama Komisi X DPR RI (02/07), soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang direncanakan menjadi sistiem permanen benar-benar terjadi.

Meninjau berbagai kondisi yang ada utamanya di sisi geografi dan topografi Pacitan, berakibat 10 persen peserta didik tidak memperoleh akses internet yang memadai. Disamping faktor efisiensi dan gaya baru yang bakal membuat metode pendidikan lebih beraneka ragam melalui kreativitas guru, siswa maupun orang tua.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindik) Pacitan Daryono yang turut mendengar wacana tersebut mengakui metode pendidikan terbaik adalah tatap muka langsung. Siswa benar-benar menyerap sempurna materi yang disampaikan guru, mereka juga dapat belajar bersosialisasi aktif bersama teman dan lingkungannya.

Namun demikian Daryono mengaku ia tidak alergi terhadap wacana tersebut jika sekali lagi benar adanya terealisasi. Terlebih pihaknya telah mempunyai metode untuk mengusung inovasi tersebut yang kini telah digunakan. “Jika iya, kita tunggu surat resmi dari pusat,” ujarnya (29/07) kepada Diskominfo Pacitan.

Apapun metode yang bakal disahkan oleh Nadiem kelak, namun Dindik Pacitan tetap berkomitmen terhadap masa depan 50.000 peserta didik di Kabupaten Pacitan. Walau untuk menuju ke arah tersebut Daryono menerka perlu perdebatan panjang ditingkat pusat.

Lalu bagaimana langkah pemerintah terhadap angka 10 persen blankspot yang bakal mengganggu pembelajaran peserta didik, walaupun sekolah telah memberlakukan program home visit hingga saat ini.

Kepala Bidang (Kabid) Teknologi Informatika (TI) Diskominfo Pacitan Supriyono dikesempatan terpisah mengungkapkan, perlu komunikasi bersama pihak ketiga untuk memberantas angka 10 persen tersebut.

Utamanya dukungan masyarakat dan yang lain dalam rangka instalasi infrastruktur yang dilakukan oleh pihak ketiga tersebut. Tanpa menafikkan kebutuhan biaya yang tidak sedikit. “Kita harus melobi pihak ketiga maupun masyarakatnya,” ungkap Supriyono jujur. (budi/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Elpiji 3 Kg di Pacitan Lancar; Tersedia di Pangkalan Harga Normal

Tidak ada mendung ataupun hujan, salah satu media di Kabupaten Pacitan merilis kelangkaan tabung melon Gas Elpiji 3 Kg. Kabar tersebut sontak membuat Kabid Perlindungan Konsumen Disperindag Pacitan Siti Naimah bersama tim melakukan pemantauan langsung ke sejumlah titik, mulai Sudimoro, Arjosari dan yang lain. “Tidak ada kelangkaan,” katanya kepada Diskominfo Pacitan (28/07).

Bahkan perhari pihak SPBE menggelontorkan volume gas 70 Ton. Angka yang cukup besar, apalagi ternyata stok tersebut rata-rata kebutuhan sehari saja. Apalagi  jelang momentum Hari Raya Idul Adha pihaknya telah melobi untuk penambahan kuota. “Kita sudah mengajukan tambahan fakultatif untuk Idul Qurban,” tambah Siti.

Tak puas, Tim Liputan Diskominfo Pacitan pun mencoba mengecek kondisi salah satu pangkalan Pratama Yuda Saputra, di Arjowinangun Pacitan. Hingga pukul 13:00 masih terdapat puluhan tabung gas yang siap dibeli konsumen.

Dari 150 kuota yang dikirim setiap harinya tidak ada keterlambatan maupun pengurangan, termasuk pada akhir Juli ini. “Hingga hari berikutnya pasti ada sisa 5 sampai 10 tabung. Harganya 16 Ribu Rupiah,” terang Yayuk Puji Lestari pemilik pangkalan tersebut.

Masih belum puas, Tim kemudian mencoba menghubungi Ketua Hiswana Migas Madiun, Agus Wiyono. Rupanya Agus telah mendengar informasi tersebut melalui grup Whatsapp dan dan membuatnya cemas. “Kami takut masyarakat kebingungan,” kata Agus.

Pasalnya hingga detik ini pihaknya telah mengirim kuota gas ke Kabupaten Pacitan sesuai dengan permintaan yang ada. Bahkan dirinya mengaku penambahan terus dilakukan jelang hari besar Idul Adha.

Menurut pengamatannya, bisa jadi media yang merilis informasi tersebut belum sepenuhnya memahami mekanisme penyaluran gas bersubsidi tersebut. Sehingga kekurangan yang terjadi di pengecer dianggap sebagai kelangkaan di pangkalan, semakin runyam lagi jika disebutkan di SPBE. Jika yang kehabisan di pengecer, itu merupakan satu kewajaran, mengingat pengecer tidak masuk dalam sistem regulasi.

“Media belum mengerti tentang mekanisme distribusi gas Elpiji 3 Kg,” lanjut Agus. Seharusnya masalah distribusi yang harus disinggung adalah agen dan pangkalan, bukan SPBE. terlebih gas melon merupakan barang bersubsidi yang mempunyai perlakuan khusus, membuat agen sebelum distribusi terlebih dahulu harus mengirim data yang disebut Simolek.

Usai konfirmasi data, barulah gas dapat didistribusikan. Sehingga kemana arah pengiriman gas dapat dipantau pihak Pertamina secara menyeluruh, pemantauan bahkan hingga pada Pertamina pusat. “Jadi jika agen melakukan suplay yang tidak benar maka akan terlacak,” terangnya.

Agus secara gamlang juga mengaku bahwa ada tambahan agen baru di Pacitan, membuat pertamina memberi penambahan kuota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari 528 pangkalan yang dibagi oleh 5 agen di Kabupaten Pacitan.

Agus juga tidak main-main, jika ternyata pada pemberitaan tersebut salah satu pangkalan di bawahnya ternyata kedapatan bermain lewat belakang, maka ia tidak segan untuk mendelete tanpa perhitungan. “Yang antri ingin jadi pangkalan banyak, tapi kita harus selektif dan taat aturan pemerintah dan Pertamina” tegas Dia.

Pihaknya juga telah memenuhi laporan realisasi penyaluran Elpiji 3 Kg ke Disperindag yang dilakukan setiap bulan, hal tersebut merupakan acuan nyata sebagai pertanggungjawaban kepada pemerintah secara sah. “Untuk itu kepada masyarakat saya harap untuk tetap tenang terkait informasi tersebut,” pungkas Agas. (budi/wan31/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).

12 Pasien Pulang; Terimakasih Petugas Begitu Baik

Betapa terkejutnya DP tiga pekan lalu, saat itu Ibu muda tersebut saat itu dinyatakan positif covid-19 oleh petugas, seketika itu pun ia tengriang-ngiang bagaimana nasib keluarga dan terutama anaknya KA yang masih berusia 5 bulan.

Apalagi DP semakin syok saat mendapat kabar bahwa buah hatinya tersebut juga terkonfirmasi positif covid-19, dan harus dikarantina di Wisma Atlet. Meski pada akhirnya KA menjadi satu ruang bersamanya.

Namun hari ini semua telah berakhir, ia bersama 11 pasien lain di Kabupaten Pacitan dinyatakan negatif covid-19 termasuk anaknya. “Saya disini 3 minggu, dan anak saya 2 minggu, ” ungkap DP sambil meneteskan air mata saat pelepasan 12 pasien terkonfirmasi covid-19 di halaman Wisma Atlet (28/07).

Jubir Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto yang hadir pada kesempatan tersebut mengungkapkan, pelepasan pasien saat ini adalah yang terbanyak sejak covid-19 melanda Pacitan selama 4 bulan. Sehingga membuat pasien yang dikarantina hanya tinggal 11 orang. “PDP di rumah sakit juga Nol,” kata Jubir.

Fenomena tersebut sekaligus membuat angka kesembuhan di Kabupaten Pacitan menjadi 76,4 persen, angka yang cukup besar dari jumlah total keseluruhan sebanyak 55 kasus. Termasuk merubah status Paradise Of Java ini kembali menjadi zona kuning. “Jika terus membaik maka zona hijau di depan mata,” terangnya.

Jubir juga menerangkan betapa menderitanya dinyatakan positif covid-19, di samping berbahaya utamanya bagi yang berusia rentan, yang bersangkutan mau tidak mau harus diboyong ke Wisma Atlet untuk menjalani karantina, jauh dari keluarga dan tidak bisa beraktifitas.

Namun demikian, petugas melalui satgas covid-19 akan terus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik, sementara masyarakat harus sadar akan disiplin protokol kesehatan. Melalui 3M yang terus dikampanyekan. “Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak penting adanya,” pungkas Dia. (budi/wan31/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Tambah 2 Positif; 12 Yang Lain Bisa Pulang

Penambahan kasus positif covid-19 kembali terjadi di Kabupaten Pacitan, Jubir Satgas Penangan Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto mengumumkan penambahan dua kasus baru, sore ini (27/07).

Penambahan tersebut pertama adalah warga Kecamatan Tulakan yang tertular dari pasien positif dari Desa Kasihan, sebelumnya mereka sama-sama merantau dari Surabaya. Setelah pulang ke Pacitan kebetulan di dalam satu travel yang sama. “Secepatnya akan di pindahkan ke Wisma Atlet,” kata Jubir.

Kemudian kasus kedua merupakan warga Ngadirojo, berbeda dengan kasus pertama, kasus kedua tersebut tertular dari istrinya yang sudah dahulu positif. Kasus kedua tersebut masuk dalam cluster lain-lain karena usai melakukan perjalanan dari Pulau Kalimantan.

Adapun dari penambahan 2 kasus baru, jubir juga membeberkan penambahan 12 kasus sembuh. Ini adalah rekor selama pandemi bergejolak di Kabupaten Pacitan, membuat persentase kesembuhan naik drastis menjadi 76,3 persen. “Yang sembuh meliputi 7 dari Sudimoro, 1 dari Tegalombo, 2 dari Ngadirojo dan 2 lagi dari Tulakan,” beber Jubir.

Hingga pada akhir bulan ke 4 masa pandemi di Kabupaten Pacitan, Jubir tak lelah menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan dengan metode 3M. Mulai Mencuci tangan dengan sabun, Menjaga jarak dan Memakai masker. “Selain penting, semenatra waktu saya mohon untuk stay at home (tetap di rumah),” pungkas Rachmad. (budi/alazim/rch/tika/DiskominfoPacitan).